Kamis, 16 Mei 2013

The World of Raysa

Raysa bukan anak visual. Dia sebenarnya tidak begitu tertarik dengan stimulus-stimulus visual. Tapi dia anak kinestetik yang selalu tertarik melakukan eksperimen.

Kamera menjadi sarana belajar Raysa yang menarik. Dia bisa belajar melatih keahlian pengamatannya (observational skill) dengan kamera. Kamera mengakomodasi gairah kinestetik Raysa untuk bergerak dan memanfaatkan alat. Ia cepat sekali mempelajari penggunaan kamera. Ditambah lagi dengan kemudahan teknologi digital yang membuat penggunaan kamera menjadi semakin mudah.
Beyond the Yellow

Kebanyakan Raysa menggunakan kamera nyaris asal pencet. Awalnya ia membutuhkan berkali-kali menekan tombol sebelum gambarnya benar-benar terekam. Ini mungkin karena jari-jarinya yang memang belum terlalu kuat untuk melakukan pemotretan dengan kamera saku.

Di kali yang lain ia memotret sambil berputar-putar sehingga gambar yang terekam menjadi blur dan tidak jelas apa yang sebenarnya ingin dipotret. Beberapa hasilnya menjadi bagus seperti yang satu ini. Di sini terlihat gambar tangan di balik bias warna kuning. Tangan adalah salah satu objek favorit Raysa. Banyak sekali fotonya yang memuat tangan sebagai fokusnya.
Benang-benang Sembunyi

Kamera membantu kita dalam melakukan pengamatan terhadap detil. Banyak dari foto-foto karya Raysa memperlihatkan detil ini. Seperti foto di samping kiri ini yang memperlihatkan detil benang-benang sarung bantal kursi.

Di Balik Jeruji
Di kali lain Raysa menghalangi lensa dengan benda lain sehingga hasil jepretannya memberikan sensasi seperi mengintip. Berbagai benda pernah digunakan Raysa untuk menghalangi lensa, mulai dari tangannya sendiri, hingga sisir. Gambar di samping diambil dengan menghalangi lensa dengan sisir. Hasilnya sangat menarik, detil motif sajadah dengan bias jeruji hijau yang cantik.

Go Diego Go!
Objek-objek bidikan Raysa biasanya adalah benda-benda favoritnya atau hal-hal yang menarik baginya. Kaki, tangan, ayah, laptop adalah sebagian objek favoritnya. Buku cerita favoritnya pun termasuk dalam kategori ini. Di gambar ini Raysa mengabadikan buku cerita Diego kesukaannya. Dia menjepret buku ini berkali-kali dan inilah satu jepretan terbaiknya.

Princess of Rock
Sebenarnya tak banyak bidikan Raysa yang benar-benar fokus membidik satu benda secara utuh. Kebanyakan ia membidik detil-detil dari suatu benda. Saat di Kebun Raya Bogor Raysa berhasil membidik ibu dengan cukup fokus hingga hasilnya pun tak terlalu buruk. dua foto ini menjadi jepretan terbaik Raysa di Kebun Raya Bogor.

Under Diego Tree
Bunting
Saat kucing peliharaan Novel bunting, puting susunya pun menjadi pusat minat Raysa. Ia menyadari ada kesamaan antara puting susu kucing dengan dadanya sendiri. Ia menyebutnya dada kucing, walaupun secara anatomis sebenarnya  puting susu ini terletak di perut kucing bukan di dadanya, hehehe....

Memang membiarkan balita memainkan barang-barang elektronik akan menuai risiko kerusakan. Kamera saku kami pun beberapa kali sudah mengalami error yang membuatnya tidak dapat menyala. Lensanya tak dapat terbuka sehingga kamera pun tak dapat digunakan.

Tapi hasil jepretan Raysa berhasil menunjukkan perkembangan dalam kemampuan menggunakan kamera sebagai alat memotret. Begitu pula kemampuan pengamatannya. Dan hasil jepretannya juga memberikan informasi untuk lebih mengenal dunia di mata Raysa.

Yeah...teruslah memotret Raysa....melihat dunia melalui lensa...:-)


Selasa, 07 Mei 2013

Raysa Belajar Berhitung

Belajar berhitung sejatinya adalah mempelajari urutan. Mengurutkan bisa dimulai dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Belajar berhitung juga belajar membandingkan, mana yang lebih besar, mana yang lebih kecil.


Raysa si pembelajar auditorik. Ia belajar dari suara-suara yang ia dengar, dari percakapan yang ia simak, juga dari lagu-lagu yang terdengar. Selain auditorik ia juga seorang kinestetik. Ia mudah sekali menirukan gerakan tarian hanya dengan sekali melihatnya. Saat melihat gerakan, matanya nyaris tak berkedip. Setelah selesai ia akan mulai menirukan bagian yang ia ingat. Tak heran perbendaharaan gerakannya sudah lumayan banyak saat usianya belum lagi 4 tahun.

Dengan memanfaatkan dua modalitas belajarnya ini, aku mengajaknya bernyanyi 1,2,3 untuk berkenalan dengan angka. Liriknya sangat sederhana, hanya 1, 2, 3, 4, 5 lalu diulang berkali-kali hingga ia hafal urutannya. Selain menyanyikannya, aku pun memperagakannya dengan gerakan tangan sehingga lengkaplah ia memanfaatkan kedua modalitas belajarnya sekaligus.

Video ini diambil kurang lebih sepekan setelah Raysa belajar lagunya


Setelah ia berhasil menghafalkan 1-5, kemudian berlanjut 6-10. Masih dengan nada yang sama dan ditambah gerakan tangan. Alhamdulillah, dengan cara ini Raysa tidak butuh lama menghafalkan urutannya.

Sebelumnya Raysa sudah mengenal angka. Namun ia masih kebolak-balik dalam mengurutkannya. Bisa jadi setelah 3 langsung loncat ke 7 atau 6. Angka kesukaannya adalah tujuh, angka ini tak pernah lepas jika ia berhitung kebolak-balik. Dengan mengurutkan melalui lagu, Raysa menjadi terbiasa dengan urutannya.

Selanjutnya di Bimba, Raysa mengaitkan angka dengan simbolnya. Menghitung berurutan lalu mengaitkannya dengan simbol angkanya. Sekarang di Bimba pun Raysa sudah naik ke level berhitung 0-10.

Yeah.. maju terus Raysa...

Sabtu, 04 Mei 2013

Beach Pool....Rekreasi Keluarga Murah Meriah

 Sekali lagi ke Taman Impian Jaya Ancol. Kali ini karena terbatasnya waktu, kami hanya singgah ke Beach Pool di Ancol. Kami sampai di sana ketika matahari sedang panas-panasnya. Jam makan siang pastinya, karena perut kami sudah mulai minta di isi. Sayang sekali, kami sama sekali tidak bawa bekal, padahal Beach Pool tempat yang asyik banget buat piknik keluarga.

mari main pasir...
Waktu nyampe di Beach Pool...penuh sesak! Pantainya ruaaaammeeee banget penuh dengan orang-orang yang piknik. Mereka ada yang bawa tiker sendiri ato nyewa tiker di sana. Kayanya nikmat banget makan bareng dirayu angin pantai...aiiihhh..padahal makannya cuma pake kering tempe atau mendoan...,"Sayang ya mah kita ngga bawa makanan..."

Awalnya Raysa dan Novel hanya main pasir aja di pantai. Mereka sebenarnya ingin nyebur ke laut, tapi kami para mak-mak ini ngga bisa menemani. Ayah pun ngga mau kare ngga bawa baju ganti. Dengan muka agak cemberut Novel dan Raysa main pasir seadanya.

dayung....dayung...
Tapi memang Ayah adalah Ayah yang baik, yang selalu mengutamakan kebahagiaan anak-anaknya, Ayah pun akhirnya mengalah. Ayah menyingsingkan celana panjangnya sampai lutut dan menyewa dua buah pelampung untuk Novel dan Raysa. Novel dan Raysa pun tiduran sambil mengambang di laut. "Gayung....gayung..." begitu Raysa bersenandung dengan riang. Maksudnya dayung-dayung, tapi pengucapan Raysa memang sering kebolak-balik konsonannya.

Ada sedikit insiden sih...mungkin karena badan Raysa masih kecil sedangkan ban pelampungnya lebih besar, akibatnya Raysa jatuh. Katanya matanya perih kena air laut. Akhirnya Raysa lebih dulu menepi. Novel menepi tak lama kemudian karena waktu sudah terlalu sore dan umi harus mengejar pesawat.


Novel senang sekali kali ini. Esoknya dia punya rencana baru, "Kita mo ngumpulin duit sampe banyak....jadi ntar kalo jalan-jalan ibu ngga usah keluar duit, pake duit kita aja." "Emang Novel mau kemana?" tanyaku. "Kita mau ke pantai lagi!" aku hanya tersenyum. Sebenarnya ke pantai lagi biayanya ngga gede-gede amat. Hanya biaya transpornya aja yang gede...secara Bogor-Ancol gitu loh...Tapi biaya masuk Ancolnya hanya 15ribu perorang, dan sewa bannya 6ribu perban....Aih..Novel baik hati banget ya....iya deh..kapan-kapan kita ke sini lagi ya....;-)

Jumat, 03 Mei 2013

PPIPTEK Taman Mini Indonesia Indah

Kalo mau ke Taman Mini ngga cukup sehari! Ya iyalah...secara Taman Mini itu luasnya berhektar-hektar! Plus buanyak banget museum dan tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi. Ada Taman Bunga, ada Taman Burung, berbagai macam museum yang semuanya menarik, dan puluhan anjungan propinsi yang lumayan bakal menguras energi kalau mau dijelajahi dalam sehari.

Lobby PPIPTEK
Karenanya hari Ahad itu kami memutuskan untuk mengunjungi PPIPTEK aja. Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan ini ternyata juga terlalu luas untuk bisa dijelajahi sehari itu. Kami sampai di sana sekitar pukul 11 siang. Di jam segitu semua acaranya sudah dimulai, jadi kami tidak akan kebagian melihat acara-acara peragaan yang banyak itu. Petugas tiket menyarankan agar kami datang lagi jam 1 siang.

Pipa Musik
Itu berarti 2 jam lagi...wah lama juga...mau sholat blom waktunya, mau makan siang masih belum cukup lapar....akhirnya kami main-main dulu di halaman PPIPTEK.

Di halaman PPIPTEK ini banyak juga alat-alat peraga sains. Ada pipa musik yang menggambarkan prinsip kerja alat musik yang memanfaatkan udara sebagai pembuat nada. Pipa musik ini terdiri dari deretan pipa berdiameter sekitar sejengkal yang disusun berurutan sesuai dengan panjangnya. Bagian atas pipa terlihat seperti cerobong asap yang menjadi bagian keluarnya suara. Sementara bagian bawah pipa melengkung ke atas dan mulut pipanya diberi lapisan karet. Bagian bawah pipa inilah yang dipukul-pukul dengan alat semacam bet pingpong sehingga mengeluarkan suara. Raysa asik sekali memainkannya, tau sendiri dia sangat tertarik dengan segala hal yang bersuara apalagi ditambah dengan gerakan-gerakan memukul-mukul, asli Raysa banget, bongbongbong!
Parabola Berbisik

Tak jauh dari pipa musik ada parabola berbisik. Parabola berbisik adalah dua buah marmer yang dibuat berbentuk parabola besar. Jika kita berbisik pada salah satu parabola, maka suara kita akan terdengar di parabola di seberangnya. Syaratnya, kita harus berbisik tepat di tengah parabola agar gelombang suaranya terkumpul dan terpantul sempurna. Sayangnya salah satu parabola tampak sudah retak, mungkin ini mengurangi efektivitas pemantulan suara. Jadinya kami tidak berbisik, tapi bersuara agak keras barulah terdengar seperti gema di parabola seberangnya.

Umi ditimbang dulu ya....
Di seberang parabola berbisik ada Timbangan Raksasa. Timbangan raksasa ini untuk memperagakan pengukuran berat tentunya, hehehe....Ada sebuah bangku di salah satu ujung timbangan dan alat ukurnya seperti timbangan beras yang ada di pasar. Umi kebagian duduk menjadi orang yang hendak ditimbang beratnya. Ayah menarik bandul timbangannya agar berada dalam posisi setimbang. Berapa ya berat Umi.....? Sudah lupa tuuuuuhhh.....;-)

Puter-puter
Selesai timbang menimbang, matahari sudah tinggi. Kami pun memutuskan untuk segera mencari makanan pengisi kampung tengah. Seperti biasa, yang paling sulit adalah Buya. Selera Buya ini susah susah gampang. Setelah berjalan sepanjang jalan kuliner, Buya pun akhirnya memutuskan di warung makan yang pertama kali kami datangi...hihihi..emang yah pengetahuan menyeluruh itu diperlukan sebelum mengambil keputusan akhir....

Tak jauh dari tempat kami makan ada persewaan motor APV (bener ngga sih ini namanya...?). Novel dan ayah naik APV itu untuk puter-puter di sekitar jalanan situ. Novel senang sekali, Raysa pun tak mau ketinggalan. Ketika Novel selesai, Raysa pun minta ditemani naik APV. Tapi hanya puter-puter di sirkuitnya aja. Kata ayah, "Panas, kita puter-puter di sini aja ya..." Kalo puter-puter di sirkuitnya itu bisa enam kali puteran, tapi kalo di jalanan hanya satu kali muter....hmmm..sebenernya enakan yang mana ya....

Selesai makan kami pun beranjak ke masjid. Kami sholat di Masjid Diponegoro yang berada di kompleks tempat ibadah. Sebenarnya masjid ini cukup luas, tapi hari itu banyak sekali pengunjungnya sehingga terasa sesak. Aku dan Raysa ngantri di kamar mandi. Di masjid ini disediakan dua buah WC dan satu kamar mandi. Sayangnya beberapa orang menggunakan WC untuk mandi, akibatnya antrian WC pun panjaaaaaaannnggg sekali. Kami mengantri selama hampir setengah jam, itu pun akhirnya Raysa pipis di kamar mandinya bukan di WC-nya. Berbeda dengan kamar mandinya yang sangat minim, kran berwudhunya banyak sekali dan sepertinya cukuplah untuk melayani pengunjung sebanyak itu. Tidak sampai terjadi antrian di kran berwudhu. Tapi bagian yang digunakan untuk sholat perempuan masih terasa sempit. Mungkin karena beberapa orang memanfaatkannya untuk tidur juga selain sholat. Akibatnya tempat sholat ini terasa pengap dengan jumlah pengunjung sebanyak itu.

Ternyata pengunjung hari itu tidak hanya dari seputaran Jabodetabek, tapi juga dari luar kota. Ada pengunjung dari Bandung, Cimahi, bahkan ada juga rombongan yang berasal dari Solo. Pantaslah Masjid Diponegoro hari itu terasa sesak.

Selesai menunaikan kewajiban sholat, kami pun segera beranjak ke PPIPTEK. Saat itu sudah pukul setengah dua, yah...peragaan IPTEK-nya sudah dimulai. Tapi petugas tiketnya menyarankan agar kami masuk saja ke ruangannya. Beneran! Ruangan peragaan IPTEK yang seperti bioskop kecil itu sudah penuh oleh anak-anak SD yang sedang field trip. Kami hanya sempat menyaksikan 2 macam peragaan sebelum berakhir.

Main Karet
Setelah peragaan berakhir, petugas meminta siswa salah satu SD untuk keluar dan meminta siswa SD lainnya untuk tinggal di tempat. Nah..berarti masih ada acara lagi nih. Acaranya ternyata adalah pemutaran film tentang energi dan asal-usulnya. Novel memutuskan untuk tinggal. Dia penasaran tentang filmnya. Novel duduk dengan Umi di tempat strategis dan aku duduk dengan Raysa di dekat pintu keluar.

Angklung Mekatronik
Aku tahu Raysa pasti akan bosan menonton film. Film ini didesain untuk anak-anak usia SD, bukan balita. belum setengah jam film diputar, Raysa sudah minta keluar. Kami pun keluar melihat bagian lain dari PPIPTEK.

Kami mulai menyusuri lorong yang bagian sisi dekat dindingnya di isi meja-meja peraga sains. Ada peraga tentang luas segitiga, gaya sentripetal, magnet, dan banyak lagi. Raysa mencobanya satu per satu. Di ujung lorong kami menemukan angklung mekatronik. Angklung yang bisa digerakkan dengan menekan tombol merah di bawahnya. Masing-masing tombol akan menggerakkan satu angklung. Raysa sudah pasti menyukai yang satu ini. Dia menekan tombolnya berulang kali. Mencoba semua nada dan semua tombol. Ada satu tombol yang bisa menyanyikan satu lagu. Ini sangat menyenangkan.
Raysa dan T-Rex

Raysa baru berhenti bermain ketika ada suara geraman besar. Raysa langsung berlari memeluk kakiku. Ia memang mudah ketakutan mendengar suara yang keras. Ternyata suara itu berasal dari patung T-Rex yang berdiri gagah di atrium. Tidak hanya menggeram, T-Rex itu juga bergerak. Lehernya bergerak-gerak dan matanya merah mengedip-ngedip. Raysa ketakutan hingga perlu digendong untuk melihatnya lebih dekat. Butuh beberapa waktu sebelum akhirnya Raysa merasa nyaman berada di dekat T-Rex. Alat peraga yang satu ini ternyata sedang dalam masa uji coba, jadi kami beruntung sekali bisa melihatnya bergerak...hehehe...

Pesawatku...
Setelah puas bercengkerama dengan T-Rex, kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri lorong. Dinding lorong bagian ini dihiasi gambar para ilmuwan besar, Copernicus, Keppler, Newton, dan siapa lagi aku tak ingat. Di bawahnya ada meja-meja peraga lagi. Raysa pun mencobanya lagi satu per satu.

Kemudian kami sampai di bagian pesawat. Ada simulasi pesawat, dan ada juga pesawat yang bisa dinaiki di sini. Ada pipa yang menghembuskan udara. Raysa suka bagian pipa ini. Hembusannya yang kencang membuatnya penasaran.

Keluar dari bagian pesawat, kami masuk ke bagian visual. Ada mikroskop yang bisa digunakan untuk melihat benda di bawahnya. Ada juga bagian ilusi visual. Ruangan ilusi visual sengaja dibuat remang-remang agar ilusi bisa lebih terlihat nyata. Tapi Raysa tidak suka di bagian ini, mungkin karena suasana remang-remangnya membuat bulu kuduk berdiri. Emang agak serem sih masuk ke ruangan ini. Serasa masuk rumah hantu.

Raysa dan Teman-teman
Ilusi-ilusi visual di ruang ini kebanyakan sudah pernah aku lihat di bulu psikologi ketika membahas persepsi. Seperti ilusi warna yang bertukar, ilusi volume, atau ilusi  cahaya. Sayang ngga sempat melihat semuanya, Raysa benar-benar tidak nyaman di ruangan ini.

Raysa lebih suka di bagian cermin. Raysa masuk ke ruang cermin. Ruangan ini keseluruhan sisinya dipasangi cermin. Saat berdiri di sudut, pantulan cahaya terjadi berulang kali, "Raysa punya banyak teman." Dia tak bosan-bosan di ruangan ini. Berkali-kali becermin, bergaya...xixixi...emang dasar centil...


Di bagian dinding area visual ada balap lari. Kita ditantang untuk balap lari dengan cahaya. Raysa suka bagian berlarinya...tapi ia tak pernah menang..hehehe..ya iyalah...lawan cahaya gitu loh...
 
sky lift
Perjalanan hari itu diakhiri dengan naik sky lift. Ini permintaan Novel yang didukung oleh Raysa. Yang lama tuh...ngantrinyaaaaaaaa.....mungkin karena long weekend jadi ngantri panjaaaaaaaannnnggg banget! Begitu naik rasanya lega..... melihat rumah-rumah daerah dari 27 propinsi...blom nambah deh kayanya...

Hari sudah sore ketika kami berhasil mengitari Taman Mini dengan sky lift. Perjalanan dilanjutkan lagi...mungkin kapan-kapan kita akan lihat bagian lain dari Taman Mini...Insyaa Allah....

Rabu, 27 Maret 2013

Novel's Wishlist

Awalnya karena Novel terpaksa ikut ngajar ke NF. Ketika itu semester awal dan di setiap kelas yang dimasuki isi materinya sama: MOTIVASI. Di setiap kelas yang sama masuki saya selalu memutar video yang sama: Video 100 Keinginan-nya Danang Prabowo.

Saat video itu dibuat, Danang sedang menjalani masa studinya di salah satu universitas di Jepang. Ia menceritakan bahwa ia telah menuliskan semua keinginannya dalam dua lembar folio. Sejalan dengan berlalunya waktu, ia melihat bahwa satu persatu keinginannya terkabul. Tidak sekadar terkabul, bahkan Allah memberikan yang lebih baik dari apa yang diinginkannya.

Rupanya Novel sangat terinspirasi oleh video ini. Dia pun mulai menuliskan daftar keinginannya di selembar kertas di buku gambarnya. Daftar keinginannya itu dihiasi oleh gambar gunung, katanya itu karena ia mau mancapai cita-cita (jiaaahhh...sok filosofis ni anak).

Keinginannya susah-susah gampang mengabulkannya. Inilah daftar keinginan Novel:
1. Jago [maksudnya Novel ingin jadi anak yang hebat, jagoan]
2. Kreatif
3. Cerdas
4. Punya mobil sendiri
5. Pergi haji
6. Jadi manusia terpilih [maksudnya Novel ingin jadi seperti Nabi Muhammad]
7. Aku mau rumahku dipasang keramik
8. Ke Korea
9. Ke Taman Wisata Air Matahari
10. Jadi orang kaya
11. Ke Portugal
12. Nonton di bioskop
13. Ke Gunung Fuji
14. Ke hutan
15. Ke Prancis
16. Ikutan Sekolah Bola
17. Jadi ranking satu
18. Hapal 1 Alqur'an
19. Masuk surga
20. ke Italia
21. Anak pintar

Itulah 21 keinginan Novel. Ada 2 yang menurut Novel sudah tercapai: Ikutan sekolah bola karena ia sudah ikut ekskul futsal dan jadi anak pintar karena menurut Novel ia adalah anak pintar...hehehe

Semoga terwujud ya nak segala keinginanmu...semoga Allah memudahkanmu menggapai cita-citamu...amin

Rabu, 20 Maret 2013

Bulan

Penampakan asli puisi Novel
Setelah "Matahari" sekarang "Bulan" inilah puisi karya Dr. H. Nufail Rizqy Majid (Novel mengira Hj adalah singkatan untuk Haji...xixixi). Mudah-mudahan tercapai keinginanmu, Nak...jadi Doktor dan Haji beneran...amiiinnn

=======================
Bulan

Kau bersinar di malam hari
Kau menyinari malamku yang indah
Kaulah sinar yang terang

Kau ciptaan Allah SWT
========================

Terharu membacanya...puisi sederhana yang membuat mataku berkaca-kaca....

Senin, 18 Maret 2013

Apa yang Bisa Dipelajari dari Remote TV?

Waktu kuliah dulu pernah membaca penelitian mengenai tingkat kemakmuran. Salah satu kriteria yang menunjukkan tingkat kemakmuran suatu keluarga adalah kepemilikan televisi. Keluarga yang memiliki televisi lebih makmur daripada yang tidak memiliki televisi. Keluarga yang memiliki televisi berwarna lebih makmur dibandingkan yang memiliki televisi hitam-putih. Tapi itu dulu, akhir tahun 80-an, saat penelitian tersebut digelar.

Sekarang, televisi sudah menjadi bagian dari keluarga Indonesia. Hanya mereka yang benar-benar berada jauh di bawah garis kemiskinan-lah yang tidak memiliki televisi. Saking terbiasanya dengan televisi, Ayah akan mengambil remote TV sebelum duduk di kursi bahkan saat listrik padam.

Sebagai pelengkap televisi, remote TV pun menjadi alat yang sangat biasa berada di rumah orang-orang Indonesia. Alat kecil yang bisa mengendalikan TV dari jarak jauh ini sangat mudah digunakan bahkan oleh anak kecil sekali pun. Coba diingat lagi umur berapa anak Anda pertama kali memanfaatkan remote TV sesuai fungsinya?
remote atau hape?

Novel sudah mengenal remote TV saat usianya belum lagi genap satu tahun. Mula-mula ia menggunakannya seperti hape dengan melekatkan remote ke telinganya. Hal yang sama diperlihatkan oleh Raysa juga menggunakan remote. Bedanya hanya Raysa melakukannya lebih sering dibandingkan Novel.

Setelah agak besar aku tidak begitu ingat apa yang dilakukan Novel pada remote TV. Namun hal yang menarik aku temukan pada Raysa. Ia seperti belajar banyak dari TV.

1. Mengenal fungsi
Setiap alat ada manfaatnya dan bisa berfungsi optimal jika kita memanfaatkannya sesuai fungsinya. Raysa sangat suka mengutak-atik barang. Berulangkali ia mengeluarkan baterai remote dari sarangnya. "Kalo ngga ada baterenya ngga bisa nyala, Dek," begitu kami mengingatkan sambil mencari-cari baterai yang kadang-kadang malah sudah berada di tempat mainan favoritnya. Remote juga sering dijalankan Raysa sebagai mobil-mobilan sehingga bagian bawahnya lecet dan tentu saja baterainya terlepas lagi. Tapi itu dulu, sekarang Raysa sudah bisa mematikan dan menghidupkanTV dengan remote. Ayah pun kemudian mengganti remote yang sudah acakadut dengan remote baru yang lumayan klimis.

2. Mengenal angka
Saat Raysa mulai tertarik dengan tulisan, ia baru sadar bahwa ada tulisan di remote TV. Aku pun mulai memberi semacam pengarahan kecil seperti, "Nonton nomor 7 aja, ada film bagus," Raysa pun melihat ke remote dan mulai mencari angka 7. "Ini?" tanyanya sambil menunjuk angka 6, "Bukan, ini," aku menekan angka tujuh. Begitu seterusnya hingga ia hafal sendiri.

3. Memilih
Acara televisi memang banyak sekali. Sayangnya tidak semua acara TV pantas ditonton anak-anak. Kami sepakat untuk menghindarkan anak-anak dari acara-acara tidak bermutu dengan menamai acara tersebut: acara jelek. Kita hanya menonton acara bagus yang berisi pengetahuan seperti si Bolang, Dunia Binatang, atau acara-acara yang memang bergenre anak-anak seperti Timmy Time, Dora, atau Doby and Disy. Novel sekarang sudah bisa membedakan mana acara jelek dan mana acara bagus. Yang menarik Novel juga mulai bisa membedakan mana fantasi dan mana yang kenyataan sehingga ia tidak menerima mentah-mentah semua acara TV yang ditontonnya.

Kemampuan memilih ini bisa menjadi modal bagi anak untuk memilih dalam kehidupan nyata yang memang penuh pilihan. Mereka harus tahu bagaimana cara memilih dan apa yang harus dipilih...semoga anak-anak kita tidak salah pilih....

4. Menghormati orang lain.
Jika seseorang sudah memilih satu acara tertentu, maka orang yang baru datang tidak boleh seenaknya mengganti saluran dengan remote. Ia harus meminta ijin dulu pada orang yang sedang asyik menonton agar kita bisa menonton bersama. Menghormati pilihan orang lain menjadi pelajaran yang menarik karena sarat akan kemungkinan pertengkaran antar saudara. Hihihi...hidup ini indah kan...:-)

Itu beberapa hal yang bisa dipelajari dari remote TV...menyenangkan sekali kan learning by doing...:-)

Pembalasan Novel

Sudah hampir sepekan ini Novel selalu mengalami pukulan saat ia sedang sholat di masjid. Saat sedang sujud tiba-tiba bokongnya ditendang tanpa alasan atau saat sedang berdiri punggungnya dipukul begitu saja tanpa peringatan. Aksi pemukulan ini terjadi setiap kali ia sholat di masjid. Menurut Ayah pukulannya lumayan keras karena terdengar suara, "Buk!" begitu terjadi pemukulan. Sebenarnya tidak tega sekali melihat anak sendiri dipukul terus menerus. "Kenapa ngga dilawan, Mas?" begitu kata Ayah. "Abis, kita kan lagi sholat," begitu Novel berdalih.

"Siapa sih yang suka mukul?" tanyaku. Novel menunjuk seorang anak lelaki yang lebih pendek darinya tapi badannya lebih berisi. Anak ini masih kecil, mungkin seumuran Raysa. Kata Ayah sepertinya ada yang memberi komando kepada anak itu untuk melakukan aksi pemukulan ini. Sebelum terdengar suara "Buk!" yang menandakan telah terjadi aksi kekerasan di masjid, selalu ada suara, "Pukul yang baju oren!" atau "Pukul yang itu!" tapi tidak jelas siapa yang memberikan komando. Namanya juga lagi sholat, Ayah tidak bisa melakukan observasi visual.

Novel bukan satu-satunya korban anak itu. Herman juga mengaku sering ditendang kepalanya saat sedang sholat. Deva pun menyebut anak itu, "Emang belagu tuh anak!" Kesimpulannya, kejadian ini sudah berulang kali terjadi namun tak ada seorang pun yang bertindak. Mungkin karena pelakunya anak kecil sehingga semua menganggapnya sebagai permainan anak kecil belaka. Mungkin juga seperti Ayah yang merasa bahwa ini urusan anak-anak dan tidak sepantasnya orangtua turut campur. Ayah hanya menyemangati agar Novel tidak diam saja jika diperlakukan seperti itu.

Akhirnya siang itu saat sholat Zhuhur di masjid, Novel memutuskan untuk membatalkan sholatnya. Ia berdiri saat anak itu memukulnya ketika sujud. Dengan sangat keras, Novel menendang anak itu di dadanya hingga ia sesak napas. Setelah berhasil melancarkan napasnya, anak itu balik menyerang Novel dan terjadilah perkelahian kecil di masjid saat sholat sedang berlangsung. Tak ada orang dewasa yang turun tangan karena semua sedang sholat berjamaah, hanya anak-anak yang melihat dan tidak ada seorang pun melerai.

Angry Novel
Perkelahian akhirnya berhenti tanpa ada yang terluka parah. Aku tak tahu bagaimana ceritanya hingga aksi pukul-pukulan ini berakgir. Mungkin karena si anak itu akhirnya tidak melawan lagi. Aku tahu Novel pasti akan berhenti kalau lawannya sudah berhenti melawan.

Tampaknya aksi Novel membuat teman-temannya yang lain berani bertindak. Saat sholat maghrib anak itu dibuat menangis oleh Daffa. Novel tidak tahu bagaimana ceritanya sampai anak itu menangis. Mungkin karena Daffa melawan saat aksi pemukulan terjadi lagi.

Aku tak bisa menyalahkan Novel karena ia memang sudah sering menjadi korban. Di sisi lain, aku sadar bahwa anak kecil ini membutuhkan perhatian dan perlakuan khusus karena mungkin saja ia melakukan tindakan agresif ini bukan atas keinginannya sendiri. Atau mungkin saja ada yang salah dalam pengasuhan anak ini hingga ia sangat mudah melakukan tindakan agresif.

Hebatnya Novel ia mampu menahan diri berhari-hari. Tindakannya sudah tidak seimpulsif dulu. Perkembangan emosinya mengalami kemajuan. Aku mengacungkan jempol untuk hal ini.

Novel telah memilih. Ia memilih untuk melawan dan pilihannya itu membuat teman-temannya berani tegak melawan juga. Namun, apakah anak kecil ini pantas dilawan? Atau ia tak perlu dilawan dan dibiarkan saja bertindak semena-mena? Siapa yang biasa menyuruhnya memukul? Anak ini pun seharusnya diberi pelajaran. Mereka sepertinya telah menjadi aksi pemukulan sebagai acara untuk bersenang-senang. Ini bukan permainan...ini kezhaliman...

Minggu, 17 Maret 2013

novel dan pesawat remot kontrol

suatu hari novel menabung sampai tabunganya penuh dengan uang novel ingin sekali membeli pesawat remot kontrol yang sangat lengkap sekali uang novel ditabungan mencapai RP.1000050 novel pun membeli pesawat remot kontrol  pesawat remot kontrolnya ada banyak sekali . merek pesawatnya antara lain:
air asia.batavia air.lion air.seriwijaya air.garuda novel menerbangkan air asia kalo misalnya novel tidak melihat pesawatnya diremotnya ada layarnya disituada gambar pesawatnya  novel mengajak temanya bermain pesawatnya temanya namanya thoriq /jidan .jidan mengendarai lion air dan novel mengandrai garuda indonesia mulailah diterbangkan pesawatnya mengangkat banyak penumpang kita berdua mendarat di bandara hadi soekarno penumpang diturunkan di sana.

di sekolah besok ada  lomba mainan tercanggih novel memenangkan lomba itu karena pesawatnya sudah banyak canggih lagi yang canggih gak cuma remotnya pesawatnya juga canggih .pesawat dengan teknologi canggih di buatnya.novel pun mendapat penghargaan emas yaitu piala .novel juga naik kelas karena lombanya dimulai pas waktuingin naik keias
                                                                           TAMAT

Kamis, 14 Maret 2013

Beberes in Style

hampir beres
Beberes adalah hal yang paliiiiiiiiing melelahkan. Menyenangkan sebenarnya melihat rumah rapi tapi asli melelahkan karena kerapian itu paling lama hanya bertahan 2 jam alias selama anak-anak tidur. Jika mereka sudah terbangun...wow...be ready for berantakan!

dimasukin ya....
Seperti pagi itu...rumah rasanya berantakan sekali. Lego bertebaran di lantai, puzzlemat berserakan di mana-mana, belum lagi. Pensil warna menggelinding di seluruh ruangan....dan aku sedang terlalu lelah merapikan semua.

Raysa sudah siap berangkat ke BiMBA, tapi mataku sepet-sepet melihat keberantakan rumah. Tak ada semangat kalau chaos berlaku serupa ini. "Yok, Dek, rapihin rumah dulu yuk sebelum berangkat," ngajakin Raysa walaupun dengan keyakinan sangat minimalis Raysa akan bersedia.

Di luar dugaan, ia lebih bersemangat dariku dalam membereskan semua kekacauan ini. Ia segera mengambil tas tempat lego dan memunguti legonya satu persatu. Alhamdulillah! Aku bersorak girang di dalam hati, "Pinternya Uni Raysa!" Raysa pun mengulum senyum dan makin semangat membereskan mainannya.

 Segera kuambil kamera untuk mengabadikan momen bersejarah ini. Raysa pun makin semangat, tahu sendiri kan Raysa tuh sangat fotogenit, langsung genit kalo tahu mau difoto. Ia pun mengumbar senyum lebar-lebar sambil beberes...jadilah beberes in style!

Senin, 11 Maret 2013

Raysa Sang Fashion Designer: Step 2

kerudung ala Raysa
Masih inget kan episode yang ini: http://nufaysa.blogspot.com/2012/04/raysa-jadi-fashion-designer.html ? Ketika itu Raysa kelihatan suka sekali bereksperimen dengan kain untuk dijadikan pakaian. Sekarang kesukaannya makin terlihat. Bentuk yang dibuatnya pun makin menarik. Seperti ketika dia melilitkan kain bedong ke kepala, ia membentuk sebuah kerudung cantik.

Face Art
Tidak hanya itu, Raysa sekarang bergerak lebih jauh lagi bereksperimen dengan penampilannya. Selain mencoret-coret wajahnya dengan spidol atau pensil warna, ia juga menempeli wajahnya dengan stiker, hehehe...lumayan cantik nih Uni Raysa....

Soal penampilan memang Raysa agak pemilih. Jika ingin berangkat sekolah, ia selalu memilih baju puteri sebagai pakaiannya. Baju ini sebenarnya hanya baju dengan rok lebar yang akan mengembang cantik jika Raysa berputar. Ia pun tak mau pakai sandal kalo ke sekolah, maunya sepatu! Padahal sepatu ini pun nantinya akan dilepas ketika masuk ke kelas. Tapi kalau hujan turun sangat deras, dan jalanan menjadi terlalu becek, barulah Raysa mau memakai sandal...


Yeah...ini dia Raysa sang Desainer yang ngga pernah main-main dengan penampilan....hehehehe

Sabtu, 09 Maret 2013

Chef Novel is Back!

Hahahay.....setelah pindah ke Bogor dan Novel mulai sekolah, mulai pulalah hari-harinya dipenuhi urusan sekolah. Masuk sekolah jam 7 pagi membuatnya harus sudah siap dijemput oleh jemputan jam 6 pagi. Pulang sekolahnya pun sudah sore sekali dalam keadaan super lelah yang tecermin di wajahnya. Akibatnya Chef Novel menghilang entah kemana.

Pekan kemarin Novel ngga ada kerjaan. Mau main ke rumah teman, temannya pergi jalan-jalan. Akhirnya terpaksa kembali ke rumah dan "Kita ngapain, Bu?" "Bikin kue aja yuk," ajakku. Salah satu bekal Novel pekan sebelumnya adalah puding roti keju yang menurutnya enak. Aku pun mengambil kesempatan untuk mengajaknya membuat "Puding Roti Keju". Ia pun dengan semangat menyiapkan bahan-bahannya, memotong-motong roti dan keju, hingga memasukkannya ke dalam cup kertas. Praktis hanya bagian mengukus yang membutuhkan bantuan Ibu, karena Novel masih kurang tinggi untuk meletakkan dandang di atas kompor...

Ini dia resepnya yang sedikit dimodifikasi dari resep di kemasan keju cheddar.

Puding Roti Keju

Bahan-bahan
2 lembar roti tawar dipotong dadu
80 gram keju cheddar dipotong dadu
50ml susu
1 butir telur ayam
2 sendok makan meises (bisa ditambah meisesnya kalo suka)
2 sendok makan gula pasir (bisa ditambah juga kalo suka manis)

Cara membuat:
1. campurkan seluruh bahan (roti, meises, gula, keju) di dalam mangkuk
2. kocok telur bersama susu
3. masukkan kocokan telur ke dalam mangkok berisi bahan-bahan yang lain, campur hingga rata
4. masukkan campuran seluruh bahan ke dalam cup kukusan yang sudah dilapisi cup kertas.
5. kukus hingga matang

Hmm.....nyammmiii...kue ini langsung habis tak lama setelah keluar dari kukusan. Hehehe...jadinya ngga sempet difoto deh....sayang juga yah...

Para Penghuni Halaman Depan

halaman depan
Yuk! Go Green! Itu awalnya...dan alhamdulillah...Ayah mendukung banget! Dia yang paling semangat mau menanami halaman depan dengan macam-macam tanaman. Alhamdulillah juga tinggal di Bogor bikin halaman depan sedikit lega dan sekali lagi, alhamdulillah, tanah di Bogor subur luar biasa. Tetangga sebelah rumah ngga sengaja buang kulit ubi ke tanah dan walllaaa! muncullah ubi jalar yang dipanen 3 bulan kemudian....Tinggal di Bogor benar-benar membuatku merasa takjub akan ciptaan Allah yang bernama tanah. Sayangnya jurusan pertanian masih dianggap sebelah mata, padahal Indonesia luar biasa subur seperti di Bogor ini...sayang sekali....

Rumput Gajah Mini
Tanaman yang pertama kami tanam adalah Rumput Gajah Mini. Rumput ini kami beli seharga 20ribu/meter sudah termasuk biaya tukang untuk mencangkul tanah, menanam, dan 1 kantong plastik pupuk. Hmmm...lumayan.... Awalnya rumput ini harus disiram dengan telaten 2 kali sehari. Dalam waktu sebulan, mereka semua sudah tumbuh subur dan hijau....

Ternyata Rumput Gajah Mini adalah rumput yang sangat manja. Ia tidak tahan terkena matahari terlalu lama. Daunnya akan tumbuh lebar dan panjang jika ia tumbuh dalam keteduhan. Pernah aku lupa menyiramnya dan dalam waktu 3 hari saja mereka sudah kering kecoklatan. Paling sedih ketika liburan Idul Fitri dan kami terpaksa meninggalkan para rumput sekitar dua pekan. Alhasil: pitaklah halaman depan kami...Dua pekan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mati, dan 3 bulan adalah waktu untuk menghidupkan kembali....Bukti nyata bahwa memperbaiki lebih sulit daripada menghancurkan!
Pagar Hidup

Kami punya visi tentang rumah yang hijau hingga tiap hari akan selalu segar dan sedap dipandang mata. Rumah dan penghuninya pun menjadi sehat dan selalu ceria. Karenya halaman depan sengaja tidak diberi pagar besi. Pagar besi kami ganti dengan tanaman teh-tehan yang daunnya super hijau. Teh-tehan ini ditanam segera setelah rumput gajah mini selesai ditanam. Sekarang ia sudah setinggi Raysa dan sudah menghijaukan pemandangan depan rumah.

Selanjutnya tanaman yang kami tanam di halaman depan rumah adalah pohon mangga. Pohon Mangga ini dibeli dari tukang kembang yang biasa keliling perumahan menawarkan bunga-bunga dan pohon-pohonnya. Aku ingat benar, Sabtu pagi itu aku sedang menyiram tanaman untuk terakhir kalinya karena sorenya kami akan berangkat ke Solo. Tukang kembang ini menawariku pohon mangga yang dibawanya. Pohon mangga itu sudah berbunga dan mungkin sebentar lagi berbuah.

hantu pohon mangga
Kami memang sudah beberapa kali membicarakan tentang tanaman apalagi yang akan kami letakkan di halaman depan. Pohon Mangga selalu muncul sebagai pilihan di antara pohon-pohon yang lain. Tapi jika harus menanam sekarang, aku khawatir akan menzhalimi sang mangga karena sore ini kami akan berangkat ke Solo.

Akhirnya rayuan tukang kembang-lah yang menang. Pohon mangga pun akhirnya bertengger di halaman depan menemani rumput gajah mini dan teh-tehan yang menjadi saudara tuanya. Ari, sang tukang ojek langganan didaulat untuk menjadi penjaga mangga ini selama kami pergi. Alhamdulillah, ia dengan rajin menyiram sang mangga setiap sore. Sehingga ketika kami sampai di rumah kembali, bunga mangga sudah berubah menjadi buah.

Tiap tanaman yang ditanam akan memberi manfaat bagi makhluk hidup lainnya. Itulah yang terjadi pada halaman depan kami. Walaupun kami hanya menanam 3 tanaman dengan sengaja, tapi banyak tanaman lain yang juga ikut muncul, yang bahkan aku tak kenal namanya.

mencuat di tengah ladang rumput
Tanaman-tanaman yang juga ikut tumbuh rata-rata adalah tanaman penghuni asli lahan ini. Seperti pohon polong-polongan ini. Aku tidak tahu nama aslinya tapi pohon ini memang jamak ditemukan di daerah Cilebut sini. Di pertigaan jalan baru menuju Cilebut bahkan pohon ini bisa tumbuh tinggi sekali. Daunnya seperti Petai Cina, tapi tampaknya bukan Petai Cina. Buahnya berada di dalam deretan kamar yang memastikan ia termasuk jenis polong-polongan.

dominasi rumput gajah maxi
Sebelum kami menanam Rumput Gajah Mini, sebenarnya halaman depan sudah lebih dulu ditumbuhi Rumput Gajah. Aku menyebutnya Rumput Gajah Maxi sebagai lawan dari Mini...hehehe... tidak seperti Rumput Gajah Mini, Rumput Gajah Maxi tumbuh ke atas dan akarnya menghunjam jauh ke dalam tanah sehingga Rumput Gajah Maxi relatif kuat menghadapi kekeringan.

daun 2 warna
Ada juga tanaman ini. Dia bisa tumbuh besar dan jadi pohon yang kuat. Akarnya panjang menghunjam ke tanah. Daunnya adalah bagian yang paling menarik menurutku. Daunnya ini panjang-panjang da memiliki dua warna. Warna hijau yang mendominasi hampir di seluruh bagian daun dan warna kehijauan yang menjadi garis pinggir bagi daun. Tumbuhan ini tak begitu banyak ditemukan di daerah sini, aku pun tak tahu dari mana asalnya karena seingatku tadinya tidak ada tanaman ini.

segarnya embun pagi
Kemudian ada tanaman yang banyak dijumpai di daerah sini. Karena bukan ahli tumbuhan aku benar-benar tidak tahu apa namanya. Daun dan batangnya berwarna hijau muda dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Batangnya bisa tumbuh besar tapi tidak tumbuh tinggi. Hanya bunganya saja yang tumbuh menjulang meninggalkan daun-daun yang seperti menjadi rumpun penyangganya. Bunganya berwarna kuning cantik tampak menonjol di antara daun-daun di bawahnya. Ia banyak terlihat di sekitar got yang jadi saluran air utama tepat di depan rumah kami.

rumput imut yang tersembunyi
Jenis rumput lain yang juga banyak ditemui di sini dan tetap tak kuketahui namanya adalah rumput ini. Daunnya seperti daun polong-polongan tapi tumbuhnya menyamping jadi tidak pernah tumbuh tinggi. Walau begitu, sebagaimana tumbuhan lain yang merupakan tumbuhan asli daerah sini, akarnya menghunjam jauh ke dalam tanah. Walaupun di atas tanah hanya terdapat satu baris daun kecil-kecil, tapi tetap saja akarnya panjaaaaaaang. Tanaman ini sebenarnya cukup cantik jika ia bisa ditata rapi memenuhi halaman hanya saja pertumbuhannya yang jauh menyamping membuatnya cepat terlihat jarang sehingga membutuhkan perawatan ekstra jika ingin mendomestikasi tanaman yang satu ini. Bunganya yang berwarna merah keunguan sering tersembunyi oleh daun hijau tuanya yang mendominasi sehingga kecantikannya menjadi tersamar.

rumput kriwil
Jenis rumput lain yang mirip sekali cara hidupnya dengan rumput imut ikut-ikutan tumbuh di halaman depan. Dibandingkan si rumput imut, rumput ini super imut. Daunnya yang bergelung terlihat seperti rambut keriting yang lucu di tengah lebarnya daun rumput gajah. Aku tidak tahu apakah jenis rumput ini berbunga atau tidak karena apa yang tampak olehku sebagai bunga sepertinya adalah pucuk daunnya yang masih muda sekali.

Rumput lain yang juga sulit dibasmi adalah rumput teki. Rumput ini cepat sekali tumbuhnya dan karena akarnya yang panjang serta kuat, ia tangguh sekali menghadapi kematian. Daunnya panjang dan licin sehingga sukar dicabut. Akar serabutnya begitu banyak dan semuanya panjang menhujam tanah. Ia hanya butuh waktu kurang dari satu pekan untuk tumbuh kembali sehabis dicabut. Karena akarnya yang luar biasa kuat, jarang sekali aku bisa mencabut utuh hingga ke akarnya. Fiuuuhhh...inilah yang disebut Si Rumput Liar dalam serial Meteor Garden.

rumput tangguh
Selain jenis rumput-rumputan, jenis tanaman yang ini juga sukar sekali dibasmi. Proses tumbuhnya hingga mencuat ke atas tanah memang butuh waktu yang lebih lama dibandingkan rumput teki, tapi kegigihannya dapat poin lebih tinggi dibandingkan rumput teki. Daunnya tidak terlalu lebar tapi keras dan tebal. Daun ini seperti menyimpan air untuk dirinya sendiri. Tak heran ia mampu bertahan menantang kekeringan. Akarnya juga jauh menghujam tanah, yang sepertinya merupakan ciri khas tanaman daerah Cilebut. Batangnya tumbuh menyamping dan berbuku-buku seperti batang tebu. Di tiap-tiap bukunya tumbuh akar dan daun. Saat masih kecil, pucuknya mengarah ke atas mengharap pada matahari. Namun setelah menjadi semakin besar, batangnya akan merayap di tanah. Jarak jangkauannya sangat luas namun karena daunnya hanya tumbuh dua atau tiga helai pada tiap-tiap buku, ia kurang dilirik sebagai pilihan untuk menutupi lahan. Batangnya yang muda berwarna hijau tua cerah. Semakin tua, batang ini akan menampilkan warna yang semakin gelap. Dia tumbuh subur di bawah pohon mangga, mungkin seperti rumput gajah mini juga, ia menyukai keteduhan.

smiling grass
Rumput selanjutnya yang tumbuh di halaman depan kami memiliki daun yang mirip dengan rumput gajah. Rumput ini mungkin sekeluarga dengan padi karena bunganya yang tampak seperti bulir-bulir padi. Daunnya kecil, tipis dan tumbuh memanjang walaupun tak pernah terlalu panjang. Ia tampak hidup bergerombol bersama denagn kumpulan cabang-cabang yang lain. Batangnya panjang walau tidak kuat seperti pohon-pohon yang berkambium. Entah kenapa, melihat rumput ini selalu membuatku tersenyum. Ada indah dan cantik dari rumput ini yang membuatku tak tega untuk mencabutnya. Rumput terasa berbeda karena akarnya yang tidak terlalu dalam menghujam tanah sehingga relatif lebih mudah dicabut. Walau demikian, aku namai ia Smiling Grass...:-)

alone
Ada satu jenis rumput lagi yang juga tumbuh tinggi menjulang. Rumput yang ini daunnya tipis dan kecil. Sepintas ia terlihat sangat jangkung dengan batang bulat kecil dan daunnya tipis yang juga kecil. Aku jarang menemukan jenis rumput yang ini sehingga tak banyak yang bisa aku ceritakan tentang rumput ini selain ia sangat jangkung....

menyeruak
Ada satu penghuni halaman depan yang benar-benar aku tak tahu namanya dan bingung juga mau menamakannya apa. Tanaman ini kecil seperti tanaman berbulu di pinggir got. Tapi warna daunnya hijau tua dan dia tidak berbulu. Daunnya mirip seperti teh-tehan tapi bukan teh-tehan. Dia memilih tempat tumbuh di bagian yang rindang, di bawah rimbunnya teh-tehan.

Selain tanaman-tanaman hijau yang menyegarkan mata, kadang-kadang menjulang juga jamur yang biasanya hidup dari sisa-sisa makhluk hidup lain. Mungkin jamur yang satu ini tumbuh di atas daun-daunan yang sudah membusuk. Bentuknya seperti jamur biasanya dengan batang putih dan tudung yang juga putih. Aku hanya menemukan satu spesies jamur sejauh ini. Mungkin dengan berlalunya waktu dan makin beragamnya spesies yang hidup di sini, jenis jamurnya pun akan makin beragam.


Belalang Kecil
Itu baru spesies tanamannya. Spesies hewannya tak kalah banyak. Kebanyakan adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Jumlahnya tidak diketahui dan eksistensinya pun sering luput dari pandangan. Misalnya belalang coklat ini. Selama halaman depan ditumbuhi rumput, aku hanya pernah bertemu sekali dengan serangga imut ini.

Semut Hitam keluar sarang
Serangga lainnya yang merupakan penghuni asli daerah sini adalah semut. Begitu sampai di rumah ini, kami dikenalkan dengan berbagai spesies semut dari yang kecil sampai yang besar. Ada yang merah ada juga yang hitam. Spesies-spesies semut ini ternyata makanannya berbeda-beda, ada yang doyan mengunyah sandal, spon cuci piring, ada juga yang mengerubungi sampah ikan. Benar-benar luar biasa variasi yang diciptakan Allah SWT.


Jangkrik Belang
Serangga lain yang juga sering singgah di sini adalah jangkrik. aku tak tahu tepatnya nama spesies jangkrik ini dan sebenarnya jangkrik ini juga jarang ditemui di sini. Sepertinya ia hanya datang apda waktu-waktu tertentu seperti ketika hujan telah reda.

Selain serangga, aku juga menemukan hewan licin ini. Menurut perkiraanku ini adalah sejenis lintah. tubuhnya agak bulat dan ada garis putih membelah tubuhnya yang hitam. Ia berjalan pelan dan anggun, meliuk-liuk di sela dedaunan.


Di sela-sela dedaunan juga kita bisa menemukan laba-laba. Laba-laba ini sangat kecil bahkan lebih kecil dari semut hitam besar. Ia membuat sarang dengan menghubungkan benang-benangnya dari satu daun ke daun yang lain. Sejauh ini aku baru menemukan dua ekor jenis laba-laba ini...hmmm...mungkin ngga ya masih ada temen-temennya yang lain....

Ulat bulu juga ada di sini sebagai bukti bahwa halaman depanku juga dikunjungi kupu-kupu. Ulat bulu ini juga masuk sampai ke rumah dan membangun kepompongnya di pojokan rumah.

the predator
Teman-teman kecil ini sebenarnya menimbulkan pertanyaan, "Siapakah predator mereka?" Sudah menjadi hukum alam bahwa herbivora pasti akan dimangsa oleh karnivora atau omnivora. Ulat pastinya herbivora lalu apa karnivoranya? Ternyata ada kodok juga di halaman depan. Entah berapa tepatnya jumlah kodok di sini. Setidaknya aku menemukan satu ekor kodok dalam sekali observasi. Kodok ini berwarna oranye yang membuatku curiga bahwa kodok ini merupakan jenis yang beracun. Warna oranyenya mirip sekali dengan warna tanah sehingga ia nyaris tak terlihat jika berada di atas tanah. Sekali waktu aku menemukan kodok ini di dapur. Padahal dapur terletak di bagian belakang rumah, apakah mungkin sang kodok masuk rumah emlalui saluran air?

Selain kodok yang tampaknya memang tinggal di halaman depan rumah, ada beberapa hewan lain yang singgah untuk mencari makan. Pagi-pagi biasanya halaman depan disambangi seekor ayam jantan dan dua ekor betina yang mematuki rumput, mungkin karena melihat ada cacing di sekitar situ. Saat matahari mulai meninggi ada burung-burung kecil yang singgah dan berkicau di halaman depan.

Jika kita memelihara satu makhluk Allah, maka kita akan memberi kesempatan hidup bagi makhluk Allah yang lain. Halaman depan rumah kami adalah buktinya....Let's go green and save the world from our home!