Sekarang, televisi sudah menjadi bagian dari keluarga Indonesia. Hanya mereka yang benar-benar berada jauh di bawah garis kemiskinan-lah yang tidak memiliki televisi. Saking terbiasanya dengan televisi, Ayah akan mengambil remote TV sebelum duduk di kursi bahkan saat listrik padam.
Sebagai pelengkap televisi, remote TV pun menjadi alat yang sangat biasa berada di rumah orang-orang Indonesia. Alat kecil yang bisa mengendalikan TV dari jarak jauh ini sangat mudah digunakan bahkan oleh anak kecil sekali pun. Coba diingat lagi umur berapa anak Anda pertama kali memanfaatkan remote TV sesuai fungsinya?
remote atau hape? |
Novel sudah mengenal remote TV saat usianya belum lagi genap satu tahun. Mula-mula ia menggunakannya seperti hape dengan melekatkan remote ke telinganya. Hal yang sama diperlihatkan oleh Raysa juga menggunakan remote. Bedanya hanya Raysa melakukannya lebih sering dibandingkan Novel.
Setelah agak besar aku tidak begitu ingat apa yang dilakukan Novel pada remote TV. Namun hal yang menarik aku temukan pada Raysa. Ia seperti belajar banyak dari TV.
1. Mengenal fungsi
Setiap alat ada manfaatnya dan bisa berfungsi optimal jika kita memanfaatkannya sesuai fungsinya. Raysa sangat suka mengutak-atik barang. Berulangkali ia mengeluarkan baterai remote dari sarangnya. "Kalo ngga ada baterenya ngga bisa nyala, Dek," begitu kami mengingatkan sambil mencari-cari baterai yang kadang-kadang malah sudah berada di tempat mainan favoritnya. Remote juga sering dijalankan Raysa sebagai mobil-mobilan sehingga bagian bawahnya lecet dan tentu saja baterainya terlepas lagi. Tapi itu dulu, sekarang Raysa sudah bisa mematikan dan menghidupkanTV dengan remote. Ayah pun kemudian mengganti remote yang sudah acakadut dengan remote baru yang lumayan klimis.
2. Mengenal angka
Saat Raysa mulai tertarik dengan tulisan, ia baru sadar bahwa ada tulisan di remote TV. Aku pun mulai memberi semacam pengarahan kecil seperti, "Nonton nomor 7 aja, ada film bagus," Raysa pun melihat ke remote dan mulai mencari angka 7. "Ini?" tanyanya sambil menunjuk angka 6, "Bukan, ini," aku menekan angka tujuh. Begitu seterusnya hingga ia hafal sendiri.
3. Memilih
Acara televisi memang banyak sekali. Sayangnya tidak semua acara TV pantas ditonton anak-anak. Kami sepakat untuk menghindarkan anak-anak dari acara-acara tidak bermutu dengan menamai acara tersebut: acara jelek. Kita hanya menonton acara bagus yang berisi pengetahuan seperti si Bolang, Dunia Binatang, atau acara-acara yang memang bergenre anak-anak seperti Timmy Time, Dora, atau Doby and Disy. Novel sekarang sudah bisa membedakan mana acara jelek dan mana acara bagus. Yang menarik Novel juga mulai bisa membedakan mana fantasi dan mana yang kenyataan sehingga ia tidak menerima mentah-mentah semua acara TV yang ditontonnya.
Kemampuan memilih ini bisa menjadi modal bagi anak untuk memilih dalam kehidupan nyata yang memang penuh pilihan. Mereka harus tahu bagaimana cara memilih dan apa yang harus dipilih...semoga anak-anak kita tidak salah pilih....
4. Menghormati orang lain.
Jika seseorang sudah memilih satu acara tertentu, maka orang yang baru datang tidak boleh seenaknya mengganti saluran dengan remote. Ia harus meminta ijin dulu pada orang yang sedang asyik menonton agar kita bisa menonton bersama. Menghormati pilihan orang lain menjadi pelajaran yang menarik karena sarat akan kemungkinan pertengkaran antar saudara. Hihihi...hidup ini indah kan...:-)
Itu beberapa hal yang bisa dipelajari dari remote TV...menyenangkan sekali kan learning by doing...:-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar