Kamis, 16 Mei 2013

The World of Raysa

Raysa bukan anak visual. Dia sebenarnya tidak begitu tertarik dengan stimulus-stimulus visual. Tapi dia anak kinestetik yang selalu tertarik melakukan eksperimen.

Kamera menjadi sarana belajar Raysa yang menarik. Dia bisa belajar melatih keahlian pengamatannya (observational skill) dengan kamera. Kamera mengakomodasi gairah kinestetik Raysa untuk bergerak dan memanfaatkan alat. Ia cepat sekali mempelajari penggunaan kamera. Ditambah lagi dengan kemudahan teknologi digital yang membuat penggunaan kamera menjadi semakin mudah.
Beyond the Yellow

Kebanyakan Raysa menggunakan kamera nyaris asal pencet. Awalnya ia membutuhkan berkali-kali menekan tombol sebelum gambarnya benar-benar terekam. Ini mungkin karena jari-jarinya yang memang belum terlalu kuat untuk melakukan pemotretan dengan kamera saku.

Di kali yang lain ia memotret sambil berputar-putar sehingga gambar yang terekam menjadi blur dan tidak jelas apa yang sebenarnya ingin dipotret. Beberapa hasilnya menjadi bagus seperti yang satu ini. Di sini terlihat gambar tangan di balik bias warna kuning. Tangan adalah salah satu objek favorit Raysa. Banyak sekali fotonya yang memuat tangan sebagai fokusnya.
Benang-benang Sembunyi

Kamera membantu kita dalam melakukan pengamatan terhadap detil. Banyak dari foto-foto karya Raysa memperlihatkan detil ini. Seperti foto di samping kiri ini yang memperlihatkan detil benang-benang sarung bantal kursi.

Di Balik Jeruji
Di kali lain Raysa menghalangi lensa dengan benda lain sehingga hasil jepretannya memberikan sensasi seperi mengintip. Berbagai benda pernah digunakan Raysa untuk menghalangi lensa, mulai dari tangannya sendiri, hingga sisir. Gambar di samping diambil dengan menghalangi lensa dengan sisir. Hasilnya sangat menarik, detil motif sajadah dengan bias jeruji hijau yang cantik.

Go Diego Go!
Objek-objek bidikan Raysa biasanya adalah benda-benda favoritnya atau hal-hal yang menarik baginya. Kaki, tangan, ayah, laptop adalah sebagian objek favoritnya. Buku cerita favoritnya pun termasuk dalam kategori ini. Di gambar ini Raysa mengabadikan buku cerita Diego kesukaannya. Dia menjepret buku ini berkali-kali dan inilah satu jepretan terbaiknya.

Princess of Rock
Sebenarnya tak banyak bidikan Raysa yang benar-benar fokus membidik satu benda secara utuh. Kebanyakan ia membidik detil-detil dari suatu benda. Saat di Kebun Raya Bogor Raysa berhasil membidik ibu dengan cukup fokus hingga hasilnya pun tak terlalu buruk. dua foto ini menjadi jepretan terbaik Raysa di Kebun Raya Bogor.

Under Diego Tree
Bunting
Saat kucing peliharaan Novel bunting, puting susunya pun menjadi pusat minat Raysa. Ia menyadari ada kesamaan antara puting susu kucing dengan dadanya sendiri. Ia menyebutnya dada kucing, walaupun secara anatomis sebenarnya  puting susu ini terletak di perut kucing bukan di dadanya, hehehe....

Memang membiarkan balita memainkan barang-barang elektronik akan menuai risiko kerusakan. Kamera saku kami pun beberapa kali sudah mengalami error yang membuatnya tidak dapat menyala. Lensanya tak dapat terbuka sehingga kamera pun tak dapat digunakan.

Tapi hasil jepretan Raysa berhasil menunjukkan perkembangan dalam kemampuan menggunakan kamera sebagai alat memotret. Begitu pula kemampuan pengamatannya. Dan hasil jepretannya juga memberikan informasi untuk lebih mengenal dunia di mata Raysa.

Yeah...teruslah memotret Raysa....melihat dunia melalui lensa...:-)