Rabu, 20 Maret 2013

Bulan

Penampakan asli puisi Novel
Setelah "Matahari" sekarang "Bulan" inilah puisi karya Dr. H. Nufail Rizqy Majid (Novel mengira Hj adalah singkatan untuk Haji...xixixi). Mudah-mudahan tercapai keinginanmu, Nak...jadi Doktor dan Haji beneran...amiiinnn

=======================
Bulan

Kau bersinar di malam hari
Kau menyinari malamku yang indah
Kaulah sinar yang terang

Kau ciptaan Allah SWT
========================

Terharu membacanya...puisi sederhana yang membuat mataku berkaca-kaca....

Senin, 18 Maret 2013

Apa yang Bisa Dipelajari dari Remote TV?

Waktu kuliah dulu pernah membaca penelitian mengenai tingkat kemakmuran. Salah satu kriteria yang menunjukkan tingkat kemakmuran suatu keluarga adalah kepemilikan televisi. Keluarga yang memiliki televisi lebih makmur daripada yang tidak memiliki televisi. Keluarga yang memiliki televisi berwarna lebih makmur dibandingkan yang memiliki televisi hitam-putih. Tapi itu dulu, akhir tahun 80-an, saat penelitian tersebut digelar.

Sekarang, televisi sudah menjadi bagian dari keluarga Indonesia. Hanya mereka yang benar-benar berada jauh di bawah garis kemiskinan-lah yang tidak memiliki televisi. Saking terbiasanya dengan televisi, Ayah akan mengambil remote TV sebelum duduk di kursi bahkan saat listrik padam.

Sebagai pelengkap televisi, remote TV pun menjadi alat yang sangat biasa berada di rumah orang-orang Indonesia. Alat kecil yang bisa mengendalikan TV dari jarak jauh ini sangat mudah digunakan bahkan oleh anak kecil sekali pun. Coba diingat lagi umur berapa anak Anda pertama kali memanfaatkan remote TV sesuai fungsinya?
remote atau hape?

Novel sudah mengenal remote TV saat usianya belum lagi genap satu tahun. Mula-mula ia menggunakannya seperti hape dengan melekatkan remote ke telinganya. Hal yang sama diperlihatkan oleh Raysa juga menggunakan remote. Bedanya hanya Raysa melakukannya lebih sering dibandingkan Novel.

Setelah agak besar aku tidak begitu ingat apa yang dilakukan Novel pada remote TV. Namun hal yang menarik aku temukan pada Raysa. Ia seperti belajar banyak dari TV.

1. Mengenal fungsi
Setiap alat ada manfaatnya dan bisa berfungsi optimal jika kita memanfaatkannya sesuai fungsinya. Raysa sangat suka mengutak-atik barang. Berulangkali ia mengeluarkan baterai remote dari sarangnya. "Kalo ngga ada baterenya ngga bisa nyala, Dek," begitu kami mengingatkan sambil mencari-cari baterai yang kadang-kadang malah sudah berada di tempat mainan favoritnya. Remote juga sering dijalankan Raysa sebagai mobil-mobilan sehingga bagian bawahnya lecet dan tentu saja baterainya terlepas lagi. Tapi itu dulu, sekarang Raysa sudah bisa mematikan dan menghidupkanTV dengan remote. Ayah pun kemudian mengganti remote yang sudah acakadut dengan remote baru yang lumayan klimis.

2. Mengenal angka
Saat Raysa mulai tertarik dengan tulisan, ia baru sadar bahwa ada tulisan di remote TV. Aku pun mulai memberi semacam pengarahan kecil seperti, "Nonton nomor 7 aja, ada film bagus," Raysa pun melihat ke remote dan mulai mencari angka 7. "Ini?" tanyanya sambil menunjuk angka 6, "Bukan, ini," aku menekan angka tujuh. Begitu seterusnya hingga ia hafal sendiri.

3. Memilih
Acara televisi memang banyak sekali. Sayangnya tidak semua acara TV pantas ditonton anak-anak. Kami sepakat untuk menghindarkan anak-anak dari acara-acara tidak bermutu dengan menamai acara tersebut: acara jelek. Kita hanya menonton acara bagus yang berisi pengetahuan seperti si Bolang, Dunia Binatang, atau acara-acara yang memang bergenre anak-anak seperti Timmy Time, Dora, atau Doby and Disy. Novel sekarang sudah bisa membedakan mana acara jelek dan mana acara bagus. Yang menarik Novel juga mulai bisa membedakan mana fantasi dan mana yang kenyataan sehingga ia tidak menerima mentah-mentah semua acara TV yang ditontonnya.

Kemampuan memilih ini bisa menjadi modal bagi anak untuk memilih dalam kehidupan nyata yang memang penuh pilihan. Mereka harus tahu bagaimana cara memilih dan apa yang harus dipilih...semoga anak-anak kita tidak salah pilih....

4. Menghormati orang lain.
Jika seseorang sudah memilih satu acara tertentu, maka orang yang baru datang tidak boleh seenaknya mengganti saluran dengan remote. Ia harus meminta ijin dulu pada orang yang sedang asyik menonton agar kita bisa menonton bersama. Menghormati pilihan orang lain menjadi pelajaran yang menarik karena sarat akan kemungkinan pertengkaran antar saudara. Hihihi...hidup ini indah kan...:-)

Itu beberapa hal yang bisa dipelajari dari remote TV...menyenangkan sekali kan learning by doing...:-)

Pembalasan Novel

Sudah hampir sepekan ini Novel selalu mengalami pukulan saat ia sedang sholat di masjid. Saat sedang sujud tiba-tiba bokongnya ditendang tanpa alasan atau saat sedang berdiri punggungnya dipukul begitu saja tanpa peringatan. Aksi pemukulan ini terjadi setiap kali ia sholat di masjid. Menurut Ayah pukulannya lumayan keras karena terdengar suara, "Buk!" begitu terjadi pemukulan. Sebenarnya tidak tega sekali melihat anak sendiri dipukul terus menerus. "Kenapa ngga dilawan, Mas?" begitu kata Ayah. "Abis, kita kan lagi sholat," begitu Novel berdalih.

"Siapa sih yang suka mukul?" tanyaku. Novel menunjuk seorang anak lelaki yang lebih pendek darinya tapi badannya lebih berisi. Anak ini masih kecil, mungkin seumuran Raysa. Kata Ayah sepertinya ada yang memberi komando kepada anak itu untuk melakukan aksi pemukulan ini. Sebelum terdengar suara "Buk!" yang menandakan telah terjadi aksi kekerasan di masjid, selalu ada suara, "Pukul yang baju oren!" atau "Pukul yang itu!" tapi tidak jelas siapa yang memberikan komando. Namanya juga lagi sholat, Ayah tidak bisa melakukan observasi visual.

Novel bukan satu-satunya korban anak itu. Herman juga mengaku sering ditendang kepalanya saat sedang sholat. Deva pun menyebut anak itu, "Emang belagu tuh anak!" Kesimpulannya, kejadian ini sudah berulang kali terjadi namun tak ada seorang pun yang bertindak. Mungkin karena pelakunya anak kecil sehingga semua menganggapnya sebagai permainan anak kecil belaka. Mungkin juga seperti Ayah yang merasa bahwa ini urusan anak-anak dan tidak sepantasnya orangtua turut campur. Ayah hanya menyemangati agar Novel tidak diam saja jika diperlakukan seperti itu.

Akhirnya siang itu saat sholat Zhuhur di masjid, Novel memutuskan untuk membatalkan sholatnya. Ia berdiri saat anak itu memukulnya ketika sujud. Dengan sangat keras, Novel menendang anak itu di dadanya hingga ia sesak napas. Setelah berhasil melancarkan napasnya, anak itu balik menyerang Novel dan terjadilah perkelahian kecil di masjid saat sholat sedang berlangsung. Tak ada orang dewasa yang turun tangan karena semua sedang sholat berjamaah, hanya anak-anak yang melihat dan tidak ada seorang pun melerai.

Angry Novel
Perkelahian akhirnya berhenti tanpa ada yang terluka parah. Aku tak tahu bagaimana ceritanya hingga aksi pukul-pukulan ini berakgir. Mungkin karena si anak itu akhirnya tidak melawan lagi. Aku tahu Novel pasti akan berhenti kalau lawannya sudah berhenti melawan.

Tampaknya aksi Novel membuat teman-temannya yang lain berani bertindak. Saat sholat maghrib anak itu dibuat menangis oleh Daffa. Novel tidak tahu bagaimana ceritanya sampai anak itu menangis. Mungkin karena Daffa melawan saat aksi pemukulan terjadi lagi.

Aku tak bisa menyalahkan Novel karena ia memang sudah sering menjadi korban. Di sisi lain, aku sadar bahwa anak kecil ini membutuhkan perhatian dan perlakuan khusus karena mungkin saja ia melakukan tindakan agresif ini bukan atas keinginannya sendiri. Atau mungkin saja ada yang salah dalam pengasuhan anak ini hingga ia sangat mudah melakukan tindakan agresif.

Hebatnya Novel ia mampu menahan diri berhari-hari. Tindakannya sudah tidak seimpulsif dulu. Perkembangan emosinya mengalami kemajuan. Aku mengacungkan jempol untuk hal ini.

Novel telah memilih. Ia memilih untuk melawan dan pilihannya itu membuat teman-temannya berani tegak melawan juga. Namun, apakah anak kecil ini pantas dilawan? Atau ia tak perlu dilawan dan dibiarkan saja bertindak semena-mena? Siapa yang biasa menyuruhnya memukul? Anak ini pun seharusnya diberi pelajaran. Mereka sepertinya telah menjadi aksi pemukulan sebagai acara untuk bersenang-senang. Ini bukan permainan...ini kezhaliman...

Minggu, 17 Maret 2013

novel dan pesawat remot kontrol

suatu hari novel menabung sampai tabunganya penuh dengan uang novel ingin sekali membeli pesawat remot kontrol yang sangat lengkap sekali uang novel ditabungan mencapai RP.1000050 novel pun membeli pesawat remot kontrol  pesawat remot kontrolnya ada banyak sekali . merek pesawatnya antara lain:
air asia.batavia air.lion air.seriwijaya air.garuda novel menerbangkan air asia kalo misalnya novel tidak melihat pesawatnya diremotnya ada layarnya disituada gambar pesawatnya  novel mengajak temanya bermain pesawatnya temanya namanya thoriq /jidan .jidan mengendarai lion air dan novel mengandrai garuda indonesia mulailah diterbangkan pesawatnya mengangkat banyak penumpang kita berdua mendarat di bandara hadi soekarno penumpang diturunkan di sana.

di sekolah besok ada  lomba mainan tercanggih novel memenangkan lomba itu karena pesawatnya sudah banyak canggih lagi yang canggih gak cuma remotnya pesawatnya juga canggih .pesawat dengan teknologi canggih di buatnya.novel pun mendapat penghargaan emas yaitu piala .novel juga naik kelas karena lombanya dimulai pas waktuingin naik keias
                                                                           TAMAT