Fiuhhh...banyak banget ya buku-buku tentang solusi menjadi orangtua. Banyak banget juga artikel-artikel bertebaran di internet tentang cara terbaik menjadi orangtua. Teori-teori psikologi pun ga kurang untuk nambah wawasan kita.
Tapi teteup....ujung-ujungnya kitalah para orangtua yang memutuskan, mo pake teori yang mana, mo pake metode yang mana, mo lewat jalan yang mana, intinya cuma satu kan, "yang terbaik untuk anak-anak"
Saya pernah membaca sebuah postingan dari Ustadz Adriano Rusfi. Beliau mengingatkan, bahwa tugas orangtua dalam Islam adalah untuk mengantarkan anak-anaknya menuju "'Aqil" dan "Baligh". Dalam literatur biasanya kata 'aqil dan baligh ini disatukan menjadi 'aqil baligh tapi beliau membedakannya menjadi dua jenis kedewasaan.
Baligh adalah dewasa secara fisik. Agar seseorang dapat dewasa secara fisik harus ditunjang dengan gizi yang cukup dan tentu saja kesehatan yang baik. Kebanyakan remaja saat ini sudah berhasil mencapai baligh ini. Mereka sudah terlihat dewasa secara fisik, namun sayang, banyak yang keteteran dalam mencapai 'aqil.
'Aqil adalah dewasa secara mental. Seorang yang sudah dewasa secara mental sudah dapat bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. Tanggung jawab ini bukan saja di hadapan manusia tapi yang jauh lebih penting adalah tanggung jawab di hadapan Allah. Banyak remaja masa kini yang belum dapat disebut dewasa secara mental atau 'aqil. Inilah yang menyebabkan banyaknya kenakalan remaja, tawuran, dan banyak lagi hal-hal lain yang memprihatinkan para orangtua (padahal mereka dulu juga pernah remaja).
Jadi inget ketika dulu dapet haid pertama. Aku langsung diajak masuk ke kamar dan diberi wejangan oleh ibuku tercinta. Kata-katanya sih udah lupa, tapi intinya kurang lebih, "Ii sekarang sudah besar, hati-hati jaga pergaulan. Mama Apa sudah tidak bertanggungjawab lagi dengan perbuatan Ii. Kalau I berbuat salah, I yang tanggung dosanya, kalau I berbuat baik, I juga yang dapat pahalanya,"
Tanggung jawab, itulah yang membedakan antara anak-anak dan dewasa. Tanggung jawab itulah yang masih kurang dipahami oleh remaja, yang membuat mereka seolah-olah selalu berbuat seenak perutnya. Tanggung jawab itulah yang seharusnya diajarkan oleh orangtua...
Semoga kita diberi kesabaran, keteguhan, dan kemampuan untuk mengantarkan anak-anak kita menuju 'Aqil dan Baligh, amin yaaaa Rabbal 'alamin
Sabtu, 03 Desember 2011
Parenting Solution
Jumat, 02 Desember 2011
novel main games
novel naik kuda |
Kamis, 01 Desember 2011
Raysa Belajar Huruf A
,,.,,,,,x,k,,nnbvvxxxxxaaaaaayy,.,,.llii
FNAAAAAAAAAAXAAA
FNAAAAAAAAAAXAAA
Si 'Nyaris Vegetarian'
Dibilang 'nyaris' karena sebenarnya ga vegetarian penuh.Masih mau kok makan ikan, susu, bakso kadang-kadang. Itulah Raysa!
Entah kenapa Raysa sukaaaaaa sekali makan sayur. Apalagi sayuran hijau. Dia bahkan bisa menghabiskan semangkok tumis kangkung sendiri. Pernah dibeliin bakso pake sawi ijo, eh yang dimakan cuma sawinya aja, baksonya ga mau. Mas Novel kebalikannya, yang dimakan baksonya aja, sawinya ga mau. Walaupun akhirnya Raysa mau juga makan baksonya.
Pagi ini juga, Raysa males makan nasi dan udang, dia cuma makan tumis kangkungnya. Setelah sarapan, dilanjut dengan melon terus minumnya jus jambu. Aiiihh...ful buah n sayur..
Kebalikan banget dengan Mas Novel. Mas Novel pecinta daging, maunya makan bakso, sosis, nugget, atau telor kuning-kuning nama lain telur mata sapi. Sejak kena cacar air bulan Oktober lalu, baru deh Mas Novel mau makan sayur. Pak Dokter bilang, biar sehat terus harus banyak makan sayur dan buah. Sekarang barulah Mas Novel mau makan sayur dan buah...walaupun masih pilih-pilih...
Entah kenapa Raysa sukaaaaaa sekali makan sayur. Apalagi sayuran hijau. Dia bahkan bisa menghabiskan semangkok tumis kangkung sendiri. Pernah dibeliin bakso pake sawi ijo, eh yang dimakan cuma sawinya aja, baksonya ga mau. Mas Novel kebalikannya, yang dimakan baksonya aja, sawinya ga mau. Walaupun akhirnya Raysa mau juga makan baksonya.
Pagi ini juga, Raysa males makan nasi dan udang, dia cuma makan tumis kangkungnya. Setelah sarapan, dilanjut dengan melon terus minumnya jus jambu. Aiiihh...ful buah n sayur..
Kebalikan banget dengan Mas Novel. Mas Novel pecinta daging, maunya makan bakso, sosis, nugget, atau telor kuning-kuning nama lain telur mata sapi. Sejak kena cacar air bulan Oktober lalu, baru deh Mas Novel mau makan sayur. Pak Dokter bilang, biar sehat terus harus banyak makan sayur dan buah. Sekarang barulah Mas Novel mau makan sayur dan buah...walaupun masih pilih-pilih...
Rabu, 30 November 2011
CBB (Chat Before Bed)
CBB alias chat before bed jadi semacam kebiasaan. Maksudnya, hampir setiap menjelang tidur, aku memanfaatkannya untuk ngobrol-ngobrol sebentar dengan Novel. Dan sekarang juga ngobrol sedikit-sedikit dengan Raysa, maklum, topik obrolan Raysa seringkali meloncat-loncat ga karuan, jadi masih agak sulit untuk disebut ngbrol, yang ada hanya mendengarkan Raysa....hehehe.
Awalnya karena aku kehilangan waktu bersama Novel gara-gara pulang ngajar kadang-kadang udah malem banget. Karena terbiasa bersama Novel selama 24 jam, kehilangan waktu 3-4 jam terasa berarti sekali. Mulailah, menjelang tidur, saat semua lampu dimatikan, dan kami hanya bisa saling menyentuh dan mendengar, saat itulah dimulai obrolannya.
Tadinya dimulai dengan pertanyaan, "Tadi sama Mpok Ati ngapain aja?" Dan mengalirlah cerita Novel. Saat itu usianya baru lewat satu tahun, kata-katanya juga masih 1 atau 2 kata. Yah...kurang lebih seperti Raysa sekaranglah...Kemudian aku akan bercerita tentang cerita-cerita yang sebagian aku karang sendiri, sebagian lagi aku baca dari buku. Lalu kami pun tidur.
Sekarang, kesempatan ini kugunakan untuk mengetahui pikiran dan perasaan Novel. Untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di sekolah, bagaimana perasaannya terhadap Ibu, Ayah, Dede, dan seterusnya.
Misalnya beberapa hari yang lalu setelah Novel dibanting oleh temannya hingga bibirnya robek. Bibirnya menjadi lebam biru dan robek sekitar 5mm. Aku bilang, "Itu adalah peringatan dari Allah supaya Mas Novel ga mukul-mukul sembarangan." Menurut buku yang aku baca, pada usia 3-5 tahunan, produksi testosteron pada anak lelaki meningkat drastis. Ini berdampak pada perilakunya yang cenderung agresif dan menyukai agresivitas. Jadi tidak heran kalau anak lelaki di rentang usia tersebut seperti tiba-tiba saja menyukai hal-hal berbau lelaki, misalnya, pedang-pedangan, pistol-pistolan, dan sejenisnya. Jadi tak heran juga kalau sekarang Novel jadi lebih agresif.
Ternyata, respon Novel di luar dugaan, dia protes dengan bilang, "Kok Allah jahat sih? Kalo mo ngasih peringatan bilang aja baik-baik! Jangan bikin orang sakit!" Ups! Kaget juga dengernya."Gunung aja langsung ancur begitu diperlihatkan cahaya Allah, emang Novel mo ancur karena mendengarkan Allah?" jawabku mengingatkan pada cerita ketika Nabi Musa minta untuk diperlihatkan wujud Allah. "Nabi Muhammad ga ancur! Nabi Muhammad kan mendapat wahyu dari Allah, kok ga ancur?" Hahahaha...cerdas juga bantahannya. CBB kali itu pun berakhir dengan cerita tentang Nabi Muhammad saat mendapat wahyu pertama...
Ada banyak hal yang bisa kita dapatkan dari mendengarkan...bahkan hal-hal yang mungkin tak terpikirkan sebelumnya....selamat mendengarkan semuanya...:-)
Awalnya karena aku kehilangan waktu bersama Novel gara-gara pulang ngajar kadang-kadang udah malem banget. Karena terbiasa bersama Novel selama 24 jam, kehilangan waktu 3-4 jam terasa berarti sekali. Mulailah, menjelang tidur, saat semua lampu dimatikan, dan kami hanya bisa saling menyentuh dan mendengar, saat itulah dimulai obrolannya.
Tadinya dimulai dengan pertanyaan, "Tadi sama Mpok Ati ngapain aja?" Dan mengalirlah cerita Novel. Saat itu usianya baru lewat satu tahun, kata-katanya juga masih 1 atau 2 kata. Yah...kurang lebih seperti Raysa sekaranglah...Kemudian aku akan bercerita tentang cerita-cerita yang sebagian aku karang sendiri, sebagian lagi aku baca dari buku. Lalu kami pun tidur.
Sekarang, kesempatan ini kugunakan untuk mengetahui pikiran dan perasaan Novel. Untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di sekolah, bagaimana perasaannya terhadap Ibu, Ayah, Dede, dan seterusnya.
Misalnya beberapa hari yang lalu setelah Novel dibanting oleh temannya hingga bibirnya robek. Bibirnya menjadi lebam biru dan robek sekitar 5mm. Aku bilang, "Itu adalah peringatan dari Allah supaya Mas Novel ga mukul-mukul sembarangan." Menurut buku yang aku baca, pada usia 3-5 tahunan, produksi testosteron pada anak lelaki meningkat drastis. Ini berdampak pada perilakunya yang cenderung agresif dan menyukai agresivitas. Jadi tidak heran kalau anak lelaki di rentang usia tersebut seperti tiba-tiba saja menyukai hal-hal berbau lelaki, misalnya, pedang-pedangan, pistol-pistolan, dan sejenisnya. Jadi tak heran juga kalau sekarang Novel jadi lebih agresif.
Ternyata, respon Novel di luar dugaan, dia protes dengan bilang, "Kok Allah jahat sih? Kalo mo ngasih peringatan bilang aja baik-baik! Jangan bikin orang sakit!" Ups! Kaget juga dengernya."Gunung aja langsung ancur begitu diperlihatkan cahaya Allah, emang Novel mo ancur karena mendengarkan Allah?" jawabku mengingatkan pada cerita ketika Nabi Musa minta untuk diperlihatkan wujud Allah. "Nabi Muhammad ga ancur! Nabi Muhammad kan mendapat wahyu dari Allah, kok ga ancur?" Hahahaha...cerdas juga bantahannya. CBB kali itu pun berakhir dengan cerita tentang Nabi Muhammad saat mendapat wahyu pertama...
Ada banyak hal yang bisa kita dapatkan dari mendengarkan...bahkan hal-hal yang mungkin tak terpikirkan sebelumnya....selamat mendengarkan semuanya...:-)
Survey Sekolah...bagian 4
Ada waktu untuk survey sekolah kemarin. Sepulang sekolah ngajak Novel untuk liat-liat sekolah. "Mo liat yang di mana dulu?" Novel kemudian memilih untuk melihat SDI al-Husna dulu. Dari sekolah Novel langsung meluncur naik 25B ke al-Husna.
SDI al-Husna terletak di belakang GOR Bekasi. Sayangnya supir angkot menurunkan kami di depan jalan menuju TKI al-Husna. "Oh, kalau SD-nya di gedung yang satu lagi, Bun," begitu penjelasan dari pegawai di kantor administrasi TK-nya. Di gedung TK ini juga ada kelas-kelas SD. Kelas 6 SD al-Husna menempati lantai dua di gedung TKI al-Husna.
Maka kami pun berjalan menuju SD-nya. Novel ngambek di tengah jalan, "Pulang!" katanya. mungkin karena ia merasa lelah, namanya juga baru pulang sekolah.
SDI al-Husna ternyata berada di tengah-tengah kampung. Karena masjid yang digunakan oleh SDI al-Husna berada di luar lingkungan sekolah, maka sekolahnya terkesan menyatu sekali dengan masyarakat sekitar. Apalagi kantor administrasinya pun sepertinya mengambil salah satu rumah di sana yang dialihfungsikan menjadi kantor administrasi. Aku jadi teringat dengan sekolah berbasis komunitas yang sering dibahas di MLC.
Sayangnya, ketika aku bertanya tentang kurikulumnya, sama sekali tidak menyinggung soal keterlibatan komunitas lingkungan sekolah. Intinya, sama saja dengan sekolah-sekolah yang lain. Kurikulumnya sesuai dengan kurikulum dari Diknas ditambah dengan kurikulum PAI (Pendidikan Agama Islam) yang disusun sendiri. Kurikulum PAI mendapat porsi pelajaran 2 jam pelajaran perhari.
Selama ngobrol-ngobrol dengan staf administrasinya, Novel banyak mencari perhatian. Bahkan ia sampai naik-naik ke atas meja. Staf-nya keliatan kaget, sepertinya tidak biasa melihat anak naik-naik ke atas meja...hmmm...mungkin Novel yang terlalu aktif bakal sulit nih di sini.
Kepala Sekolahnya ramah banget. Sangat perhatian terhadap anak-anak...eh ada info, ternyata cucunya pemilik Yayasan Tahta Syajar sekolahnya juga di al-Husna, lho...Kepala sekolahnya bilang, "Mungkin kalo di sekolah neneknya dia...manja kali ya..."
Soal kurikulum sepertinya ga jauh beda dengan SDI yang lain, malah SDI Tahta Syajar dapat dua ijazah dari depag n dari diknas. Yang bikin berpikir dua kali adalah kompleks gedung sekolahnya yang terpisah-pisah sehingga ketika jam istirahat sholat dan makan siang, seluruh siswa berhamburan keluar dan nyaris tidak terkontrol. Tidak terlaihat ada guru yang mengawasi. Biayanya relatif standar-lah untuk SDI.
1. Dana Pangkal : Rp. 5.500.000
2. SPP Bulan Juli: Rp. 260.000
3. Dana Kesiswaan 1 tahun : Rp. 2.480.000
4. Biaya Pendaftaran: Rp. 100.000
Total : Rp. 8.340.000
Dana Kesiswaan terdiri dari pakaian seragam lengkap (6 stel), uang kegiatan 1 tahun, buku paket 1 tahun, asuransi siswa 6 tahun, biaya operasional.
Sebelum masuk, siswa akan dites dulu. Tesnya meliputi tiga pokok materi: Agama, Pengenalan Bahasa, dan Pengenalan Matematika. Agama terdiri dari tanya jawab, hafalan doa sehari-hari dan surat pendek. Pengenalan bahasa terdiri dari kemampuan berbahasa anak, menceritakan pengalaman sendiri, membaca dan menulis (menyalin). Pengenalan Matematika terdiri dari menghitung, menulis angka, melengkapi angka, mengisi lambang bilangan dari suatu bilangan. Fiuh...belum apa-apa anak sudah dipaksa untuk mengikuti budaya skoring....kayanya kurang cocok nih dengan filosofi pendidikannya....
Untuk bisa masuk SD ini sudah harus bisa membaca dan menulis serta sedikit berhitung. Kebayang kan beban belajarnya? Sayangnya, mungkin karena sudah lelah, Novel ga mau diajak berkeliling melihat-lihat sekolahnya....
Ketika ditanya, "Bagus ga sekolahnya?" Novel menjawab, "Bagus, tapi masih bagusan Tahta Syajar." Hihihi..sepakat deh...
Nilai plus dari sekolah ini adalah prestasinya yang banyak banget. Ada preatasi di bidang akademik, prestasi di bidang seni, juga prestasi di bidang agama, pokoknya lengkuaaaappp duuueeehhh. Gedungnya luas dan lengkap, setidaknya dari luar bisa terlihat ada ruang seni di gedung sekolahnya. Ruang kelasnya ber-AC, jadi dijamin ga kepanasan selama listriknya nyala.
Nilai negatifnya adalah gedung sekolahnya yang terpisah-pisah. Sehingga pengawasan terhadap keamanan anak menjadi kurang. Rawan juga terjadi kecelakaan karena tidak terlihat adanya pengawasan dari guru pada saat istirahat siang. Anak-anak bisa saja keluar kompleks sekolah tanpa diketahui. Di brosurnya, sekolah juga dilengkapi dengan fasilitas kantin, tapi karena gedung sekolahnya yang terbuka anak-anak banyak juga yang jajan di pinggir jalan. Padahal jajanan di pinggir jalan kan ga jelas asal-usulnya.
Satu lagi nilai negatifnya adalah tes masuk sekolah. Aku mungkin masih kolot karena menganggap pendidikan dasar seharusnya tidak perlu tes yang njelimet. Bagaimana pun semua orang berhak mendapatkan pendidikan dasar. Tapi dengan adanya tes ini bisa-bisa hanya "anak pintar" saja yang bisa sekolah. Anak yang kurang dalam penguasaan materi tidak bisa sekolah hanya karena mereka mungkin belum belajar. Kesian kesian kesian....
SDI al-Husna terletak di belakang GOR Bekasi. Sayangnya supir angkot menurunkan kami di depan jalan menuju TKI al-Husna. "Oh, kalau SD-nya di gedung yang satu lagi, Bun," begitu penjelasan dari pegawai di kantor administrasi TK-nya. Di gedung TK ini juga ada kelas-kelas SD. Kelas 6 SD al-Husna menempati lantai dua di gedung TKI al-Husna.
Maka kami pun berjalan menuju SD-nya. Novel ngambek di tengah jalan, "Pulang!" katanya. mungkin karena ia merasa lelah, namanya juga baru pulang sekolah.
SDI al-Husna ternyata berada di tengah-tengah kampung. Karena masjid yang digunakan oleh SDI al-Husna berada di luar lingkungan sekolah, maka sekolahnya terkesan menyatu sekali dengan masyarakat sekitar. Apalagi kantor administrasinya pun sepertinya mengambil salah satu rumah di sana yang dialihfungsikan menjadi kantor administrasi. Aku jadi teringat dengan sekolah berbasis komunitas yang sering dibahas di MLC.
Sayangnya, ketika aku bertanya tentang kurikulumnya, sama sekali tidak menyinggung soal keterlibatan komunitas lingkungan sekolah. Intinya, sama saja dengan sekolah-sekolah yang lain. Kurikulumnya sesuai dengan kurikulum dari Diknas ditambah dengan kurikulum PAI (Pendidikan Agama Islam) yang disusun sendiri. Kurikulum PAI mendapat porsi pelajaran 2 jam pelajaran perhari.
Selama ngobrol-ngobrol dengan staf administrasinya, Novel banyak mencari perhatian. Bahkan ia sampai naik-naik ke atas meja. Staf-nya keliatan kaget, sepertinya tidak biasa melihat anak naik-naik ke atas meja...hmmm...mungkin Novel yang terlalu aktif bakal sulit nih di sini.
Kepala Sekolahnya ramah banget. Sangat perhatian terhadap anak-anak...eh ada info, ternyata cucunya pemilik Yayasan Tahta Syajar sekolahnya juga di al-Husna, lho...Kepala sekolahnya bilang, "Mungkin kalo di sekolah neneknya dia...manja kali ya..."
Soal kurikulum sepertinya ga jauh beda dengan SDI yang lain, malah SDI Tahta Syajar dapat dua ijazah dari depag n dari diknas. Yang bikin berpikir dua kali adalah kompleks gedung sekolahnya yang terpisah-pisah sehingga ketika jam istirahat sholat dan makan siang, seluruh siswa berhamburan keluar dan nyaris tidak terkontrol. Tidak terlaihat ada guru yang mengawasi. Biayanya relatif standar-lah untuk SDI.
1. Dana Pangkal : Rp. 5.500.000
2. SPP Bulan Juli: Rp. 260.000
3. Dana Kesiswaan 1 tahun : Rp. 2.480.000
4. Biaya Pendaftaran: Rp. 100.000
Total : Rp. 8.340.000
Dana Kesiswaan terdiri dari pakaian seragam lengkap (6 stel), uang kegiatan 1 tahun, buku paket 1 tahun, asuransi siswa 6 tahun, biaya operasional.
Sebelum masuk, siswa akan dites dulu. Tesnya meliputi tiga pokok materi: Agama, Pengenalan Bahasa, dan Pengenalan Matematika. Agama terdiri dari tanya jawab, hafalan doa sehari-hari dan surat pendek. Pengenalan bahasa terdiri dari kemampuan berbahasa anak, menceritakan pengalaman sendiri, membaca dan menulis (menyalin). Pengenalan Matematika terdiri dari menghitung, menulis angka, melengkapi angka, mengisi lambang bilangan dari suatu bilangan. Fiuh...belum apa-apa anak sudah dipaksa untuk mengikuti budaya skoring....kayanya kurang cocok nih dengan filosofi pendidikannya....
Untuk bisa masuk SD ini sudah harus bisa membaca dan menulis serta sedikit berhitung. Kebayang kan beban belajarnya? Sayangnya, mungkin karena sudah lelah, Novel ga mau diajak berkeliling melihat-lihat sekolahnya....
Ketika ditanya, "Bagus ga sekolahnya?" Novel menjawab, "Bagus, tapi masih bagusan Tahta Syajar." Hihihi..sepakat deh...
Nilai plus dari sekolah ini adalah prestasinya yang banyak banget. Ada preatasi di bidang akademik, prestasi di bidang seni, juga prestasi di bidang agama, pokoknya lengkuaaaappp duuueeehhh. Gedungnya luas dan lengkap, setidaknya dari luar bisa terlihat ada ruang seni di gedung sekolahnya. Ruang kelasnya ber-AC, jadi dijamin ga kepanasan selama listriknya nyala.
Nilai negatifnya adalah gedung sekolahnya yang terpisah-pisah. Sehingga pengawasan terhadap keamanan anak menjadi kurang. Rawan juga terjadi kecelakaan karena tidak terlihat adanya pengawasan dari guru pada saat istirahat siang. Anak-anak bisa saja keluar kompleks sekolah tanpa diketahui. Di brosurnya, sekolah juga dilengkapi dengan fasilitas kantin, tapi karena gedung sekolahnya yang terbuka anak-anak banyak juga yang jajan di pinggir jalan. Padahal jajanan di pinggir jalan kan ga jelas asal-usulnya.
Satu lagi nilai negatifnya adalah tes masuk sekolah. Aku mungkin masih kolot karena menganggap pendidikan dasar seharusnya tidak perlu tes yang njelimet. Bagaimana pun semua orang berhak mendapatkan pendidikan dasar. Tapi dengan adanya tes ini bisa-bisa hanya "anak pintar" saja yang bisa sekolah. Anak yang kurang dalam penguasaan materi tidak bisa sekolah hanya karena mereka mungkin belum belajar. Kesian kesian kesian....
Selasa, 29 November 2011
Bangun Pagi
Paling susah bangunin Novel pagi-pagi. Dibangunin jam setengah 6, "10 menit lagi ya?" Biasanya Novel akan nawar, "20 menit!" "15 deh," dan akhirnya adalah, "16!" Udah kaya orang lelang ikan di TPI. Ujung-ujungnya jadi baru bangun jam 6 lewat.
Aku jadi berpikir...sebenarnya jam berapa baiknya seorang balita bangun pagi? Jam berapa sebaiknya anak lima tahun masuk sekolah? Apakah jam setengah 8 terlalu pagi?
sampai sekarang belum dapat jawabannya....
Aku jadi berpikir...sebenarnya jam berapa baiknya seorang balita bangun pagi? Jam berapa sebaiknya anak lima tahun masuk sekolah? Apakah jam setengah 8 terlalu pagi?
sampai sekarang belum dapat jawabannya....
Senin, 28 November 2011
Home Alone
Kemarin, selepas maghrib, kami berencana untuk pergi ke pasar, membeli beberapa keperluan...biasalah..."Ke pasar bau atau pasar bersih?" begitu respon Novel ketika ide itu dilontarkan. Pasar bau adalah pasar tradisional yang ciri khasnya adalah bau, akibat dari berbagai macam bau mulai dari sayuran sampai ikan. Pasar bersih adalah Pasar Kranji Lama yang sudah direnovasi.
"Pasar bersih-lah," jawab Ayah. "Ibu ga usah ikut, ya? Temenin kita di sini," usul Novel. Tumben nih, pikirku, biasanya Novel langsung semangat kalo mo pergi jalan. "Kenapa Novel ga mau ikut?" tanya Ayah akhirnya. "Soalnya pasar bersih kan ga ada AC-nya, ntar kita kegerahan," begitu Novel berdalih. Hah?! yang bener aja....
"Ya udah, kalo Novel ga mau ikut, Novel tinggal di sini aja, nonton Kura-kura Ninja," ketika itu di televisi sedang diputar film Kura-kura Ninja, kami pikir, inilah alasan sesungguhnya Novel tidak mau ikut. Ayah pun menyiapkan laptop agar Novel bisa main mobil balap sementara kami pergi.
"Tapi jangan lama-lama, ya," Novel mengajukan syarat. "Iya, paling cuma sejam," jawab Ayah. "Jangan! Sampe jam 8 aja!" ketika itu jam menunjukkan pukul 7 malam. Yeeee...itu sih sama aja...
Memang deg-degan meninggalkan anak 5 tahun sendirian di rumah. Belanja pun buru-buru, ga banyak milih, ga lama-lama nawar. Hasilnya, kami sampai kembali di rumah pukul 7.30! Rekor belanja tercepat, hanya 30 menit!
"Gimana Novel? Enak ga sendirian di rumah?"
"Enak banget!"
Yah...suatu saat nanti anak-anak pasti punya keinginan sendiri dan ga mau lagi diajak ke mana-mana. Hanya saja aku tak menyangka waktunya secepat ini. Semoga ini bisa jadi awal bagi kemandiriannya, 30 menit sendirian di rumah....ternyata lebih berat bagiku daripada bagi Novel...
"Pasar bersih-lah," jawab Ayah. "Ibu ga usah ikut, ya? Temenin kita di sini," usul Novel. Tumben nih, pikirku, biasanya Novel langsung semangat kalo mo pergi jalan. "Kenapa Novel ga mau ikut?" tanya Ayah akhirnya. "Soalnya pasar bersih kan ga ada AC-nya, ntar kita kegerahan," begitu Novel berdalih. Hah?! yang bener aja....
"Ya udah, kalo Novel ga mau ikut, Novel tinggal di sini aja, nonton Kura-kura Ninja," ketika itu di televisi sedang diputar film Kura-kura Ninja, kami pikir, inilah alasan sesungguhnya Novel tidak mau ikut. Ayah pun menyiapkan laptop agar Novel bisa main mobil balap sementara kami pergi.
"Tapi jangan lama-lama, ya," Novel mengajukan syarat. "Iya, paling cuma sejam," jawab Ayah. "Jangan! Sampe jam 8 aja!" ketika itu jam menunjukkan pukul 7 malam. Yeeee...itu sih sama aja...
Memang deg-degan meninggalkan anak 5 tahun sendirian di rumah. Belanja pun buru-buru, ga banyak milih, ga lama-lama nawar. Hasilnya, kami sampai kembali di rumah pukul 7.30! Rekor belanja tercepat, hanya 30 menit!
"Gimana Novel? Enak ga sendirian di rumah?"
"Enak banget!"
Yah...suatu saat nanti anak-anak pasti punya keinginan sendiri dan ga mau lagi diajak ke mana-mana. Hanya saja aku tak menyangka waktunya secepat ini. Semoga ini bisa jadi awal bagi kemandiriannya, 30 menit sendirian di rumah....ternyata lebih berat bagiku daripada bagi Novel...
Minggu, 27 November 2011
novel main mobil balap
novel lagi main mobil balap ada yang polisi ada juga yang tida polisi. polisi menang terus.terus tamat
Langganan:
Postingan (Atom)