Sabtu, 09 Maret 2013

Para Penghuni Halaman Depan

halaman depan
Yuk! Go Green! Itu awalnya...dan alhamdulillah...Ayah mendukung banget! Dia yang paling semangat mau menanami halaman depan dengan macam-macam tanaman. Alhamdulillah juga tinggal di Bogor bikin halaman depan sedikit lega dan sekali lagi, alhamdulillah, tanah di Bogor subur luar biasa. Tetangga sebelah rumah ngga sengaja buang kulit ubi ke tanah dan walllaaa! muncullah ubi jalar yang dipanen 3 bulan kemudian....Tinggal di Bogor benar-benar membuatku merasa takjub akan ciptaan Allah yang bernama tanah. Sayangnya jurusan pertanian masih dianggap sebelah mata, padahal Indonesia luar biasa subur seperti di Bogor ini...sayang sekali....

Rumput Gajah Mini
Tanaman yang pertama kami tanam adalah Rumput Gajah Mini. Rumput ini kami beli seharga 20ribu/meter sudah termasuk biaya tukang untuk mencangkul tanah, menanam, dan 1 kantong plastik pupuk. Hmmm...lumayan.... Awalnya rumput ini harus disiram dengan telaten 2 kali sehari. Dalam waktu sebulan, mereka semua sudah tumbuh subur dan hijau....

Ternyata Rumput Gajah Mini adalah rumput yang sangat manja. Ia tidak tahan terkena matahari terlalu lama. Daunnya akan tumbuh lebar dan panjang jika ia tumbuh dalam keteduhan. Pernah aku lupa menyiramnya dan dalam waktu 3 hari saja mereka sudah kering kecoklatan. Paling sedih ketika liburan Idul Fitri dan kami terpaksa meninggalkan para rumput sekitar dua pekan. Alhasil: pitaklah halaman depan kami...Dua pekan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mati, dan 3 bulan adalah waktu untuk menghidupkan kembali....Bukti nyata bahwa memperbaiki lebih sulit daripada menghancurkan!
Pagar Hidup

Kami punya visi tentang rumah yang hijau hingga tiap hari akan selalu segar dan sedap dipandang mata. Rumah dan penghuninya pun menjadi sehat dan selalu ceria. Karenya halaman depan sengaja tidak diberi pagar besi. Pagar besi kami ganti dengan tanaman teh-tehan yang daunnya super hijau. Teh-tehan ini ditanam segera setelah rumput gajah mini selesai ditanam. Sekarang ia sudah setinggi Raysa dan sudah menghijaukan pemandangan depan rumah.

Selanjutnya tanaman yang kami tanam di halaman depan rumah adalah pohon mangga. Pohon Mangga ini dibeli dari tukang kembang yang biasa keliling perumahan menawarkan bunga-bunga dan pohon-pohonnya. Aku ingat benar, Sabtu pagi itu aku sedang menyiram tanaman untuk terakhir kalinya karena sorenya kami akan berangkat ke Solo. Tukang kembang ini menawariku pohon mangga yang dibawanya. Pohon mangga itu sudah berbunga dan mungkin sebentar lagi berbuah.

hantu pohon mangga
Kami memang sudah beberapa kali membicarakan tentang tanaman apalagi yang akan kami letakkan di halaman depan. Pohon Mangga selalu muncul sebagai pilihan di antara pohon-pohon yang lain. Tapi jika harus menanam sekarang, aku khawatir akan menzhalimi sang mangga karena sore ini kami akan berangkat ke Solo.

Akhirnya rayuan tukang kembang-lah yang menang. Pohon mangga pun akhirnya bertengger di halaman depan menemani rumput gajah mini dan teh-tehan yang menjadi saudara tuanya. Ari, sang tukang ojek langganan didaulat untuk menjadi penjaga mangga ini selama kami pergi. Alhamdulillah, ia dengan rajin menyiram sang mangga setiap sore. Sehingga ketika kami sampai di rumah kembali, bunga mangga sudah berubah menjadi buah.

Tiap tanaman yang ditanam akan memberi manfaat bagi makhluk hidup lainnya. Itulah yang terjadi pada halaman depan kami. Walaupun kami hanya menanam 3 tanaman dengan sengaja, tapi banyak tanaman lain yang juga ikut muncul, yang bahkan aku tak kenal namanya.

mencuat di tengah ladang rumput
Tanaman-tanaman yang juga ikut tumbuh rata-rata adalah tanaman penghuni asli lahan ini. Seperti pohon polong-polongan ini. Aku tidak tahu nama aslinya tapi pohon ini memang jamak ditemukan di daerah Cilebut sini. Di pertigaan jalan baru menuju Cilebut bahkan pohon ini bisa tumbuh tinggi sekali. Daunnya seperti Petai Cina, tapi tampaknya bukan Petai Cina. Buahnya berada di dalam deretan kamar yang memastikan ia termasuk jenis polong-polongan.

dominasi rumput gajah maxi
Sebelum kami menanam Rumput Gajah Mini, sebenarnya halaman depan sudah lebih dulu ditumbuhi Rumput Gajah. Aku menyebutnya Rumput Gajah Maxi sebagai lawan dari Mini...hehehe... tidak seperti Rumput Gajah Mini, Rumput Gajah Maxi tumbuh ke atas dan akarnya menghunjam jauh ke dalam tanah sehingga Rumput Gajah Maxi relatif kuat menghadapi kekeringan.

daun 2 warna
Ada juga tanaman ini. Dia bisa tumbuh besar dan jadi pohon yang kuat. Akarnya panjang menghunjam ke tanah. Daunnya adalah bagian yang paling menarik menurutku. Daunnya ini panjang-panjang da memiliki dua warna. Warna hijau yang mendominasi hampir di seluruh bagian daun dan warna kehijauan yang menjadi garis pinggir bagi daun. Tumbuhan ini tak begitu banyak ditemukan di daerah sini, aku pun tak tahu dari mana asalnya karena seingatku tadinya tidak ada tanaman ini.

segarnya embun pagi
Kemudian ada tanaman yang banyak dijumpai di daerah sini. Karena bukan ahli tumbuhan aku benar-benar tidak tahu apa namanya. Daun dan batangnya berwarna hijau muda dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Batangnya bisa tumbuh besar tapi tidak tumbuh tinggi. Hanya bunganya saja yang tumbuh menjulang meninggalkan daun-daun yang seperti menjadi rumpun penyangganya. Bunganya berwarna kuning cantik tampak menonjol di antara daun-daun di bawahnya. Ia banyak terlihat di sekitar got yang jadi saluran air utama tepat di depan rumah kami.

rumput imut yang tersembunyi
Jenis rumput lain yang juga banyak ditemui di sini dan tetap tak kuketahui namanya adalah rumput ini. Daunnya seperti daun polong-polongan tapi tumbuhnya menyamping jadi tidak pernah tumbuh tinggi. Walau begitu, sebagaimana tumbuhan lain yang merupakan tumbuhan asli daerah sini, akarnya menghunjam jauh ke dalam tanah. Walaupun di atas tanah hanya terdapat satu baris daun kecil-kecil, tapi tetap saja akarnya panjaaaaaaang. Tanaman ini sebenarnya cukup cantik jika ia bisa ditata rapi memenuhi halaman hanya saja pertumbuhannya yang jauh menyamping membuatnya cepat terlihat jarang sehingga membutuhkan perawatan ekstra jika ingin mendomestikasi tanaman yang satu ini. Bunganya yang berwarna merah keunguan sering tersembunyi oleh daun hijau tuanya yang mendominasi sehingga kecantikannya menjadi tersamar.

rumput kriwil
Jenis rumput lain yang mirip sekali cara hidupnya dengan rumput imut ikut-ikutan tumbuh di halaman depan. Dibandingkan si rumput imut, rumput ini super imut. Daunnya yang bergelung terlihat seperti rambut keriting yang lucu di tengah lebarnya daun rumput gajah. Aku tidak tahu apakah jenis rumput ini berbunga atau tidak karena apa yang tampak olehku sebagai bunga sepertinya adalah pucuk daunnya yang masih muda sekali.

Rumput lain yang juga sulit dibasmi adalah rumput teki. Rumput ini cepat sekali tumbuhnya dan karena akarnya yang panjang serta kuat, ia tangguh sekali menghadapi kematian. Daunnya panjang dan licin sehingga sukar dicabut. Akar serabutnya begitu banyak dan semuanya panjang menhujam tanah. Ia hanya butuh waktu kurang dari satu pekan untuk tumbuh kembali sehabis dicabut. Karena akarnya yang luar biasa kuat, jarang sekali aku bisa mencabut utuh hingga ke akarnya. Fiuuuhhh...inilah yang disebut Si Rumput Liar dalam serial Meteor Garden.

rumput tangguh
Selain jenis rumput-rumputan, jenis tanaman yang ini juga sukar sekali dibasmi. Proses tumbuhnya hingga mencuat ke atas tanah memang butuh waktu yang lebih lama dibandingkan rumput teki, tapi kegigihannya dapat poin lebih tinggi dibandingkan rumput teki. Daunnya tidak terlalu lebar tapi keras dan tebal. Daun ini seperti menyimpan air untuk dirinya sendiri. Tak heran ia mampu bertahan menantang kekeringan. Akarnya juga jauh menghujam tanah, yang sepertinya merupakan ciri khas tanaman daerah Cilebut. Batangnya tumbuh menyamping dan berbuku-buku seperti batang tebu. Di tiap-tiap bukunya tumbuh akar dan daun. Saat masih kecil, pucuknya mengarah ke atas mengharap pada matahari. Namun setelah menjadi semakin besar, batangnya akan merayap di tanah. Jarak jangkauannya sangat luas namun karena daunnya hanya tumbuh dua atau tiga helai pada tiap-tiap buku, ia kurang dilirik sebagai pilihan untuk menutupi lahan. Batangnya yang muda berwarna hijau tua cerah. Semakin tua, batang ini akan menampilkan warna yang semakin gelap. Dia tumbuh subur di bawah pohon mangga, mungkin seperti rumput gajah mini juga, ia menyukai keteduhan.

smiling grass
Rumput selanjutnya yang tumbuh di halaman depan kami memiliki daun yang mirip dengan rumput gajah. Rumput ini mungkin sekeluarga dengan padi karena bunganya yang tampak seperti bulir-bulir padi. Daunnya kecil, tipis dan tumbuh memanjang walaupun tak pernah terlalu panjang. Ia tampak hidup bergerombol bersama denagn kumpulan cabang-cabang yang lain. Batangnya panjang walau tidak kuat seperti pohon-pohon yang berkambium. Entah kenapa, melihat rumput ini selalu membuatku tersenyum. Ada indah dan cantik dari rumput ini yang membuatku tak tega untuk mencabutnya. Rumput terasa berbeda karena akarnya yang tidak terlalu dalam menghujam tanah sehingga relatif lebih mudah dicabut. Walau demikian, aku namai ia Smiling Grass...:-)

alone
Ada satu jenis rumput lagi yang juga tumbuh tinggi menjulang. Rumput yang ini daunnya tipis dan kecil. Sepintas ia terlihat sangat jangkung dengan batang bulat kecil dan daunnya tipis yang juga kecil. Aku jarang menemukan jenis rumput yang ini sehingga tak banyak yang bisa aku ceritakan tentang rumput ini selain ia sangat jangkung....

menyeruak
Ada satu penghuni halaman depan yang benar-benar aku tak tahu namanya dan bingung juga mau menamakannya apa. Tanaman ini kecil seperti tanaman berbulu di pinggir got. Tapi warna daunnya hijau tua dan dia tidak berbulu. Daunnya mirip seperti teh-tehan tapi bukan teh-tehan. Dia memilih tempat tumbuh di bagian yang rindang, di bawah rimbunnya teh-tehan.

Selain tanaman-tanaman hijau yang menyegarkan mata, kadang-kadang menjulang juga jamur yang biasanya hidup dari sisa-sisa makhluk hidup lain. Mungkin jamur yang satu ini tumbuh di atas daun-daunan yang sudah membusuk. Bentuknya seperti jamur biasanya dengan batang putih dan tudung yang juga putih. Aku hanya menemukan satu spesies jamur sejauh ini. Mungkin dengan berlalunya waktu dan makin beragamnya spesies yang hidup di sini, jenis jamurnya pun akan makin beragam.


Belalang Kecil
Itu baru spesies tanamannya. Spesies hewannya tak kalah banyak. Kebanyakan adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Jumlahnya tidak diketahui dan eksistensinya pun sering luput dari pandangan. Misalnya belalang coklat ini. Selama halaman depan ditumbuhi rumput, aku hanya pernah bertemu sekali dengan serangga imut ini.

Semut Hitam keluar sarang
Serangga lainnya yang merupakan penghuni asli daerah sini adalah semut. Begitu sampai di rumah ini, kami dikenalkan dengan berbagai spesies semut dari yang kecil sampai yang besar. Ada yang merah ada juga yang hitam. Spesies-spesies semut ini ternyata makanannya berbeda-beda, ada yang doyan mengunyah sandal, spon cuci piring, ada juga yang mengerubungi sampah ikan. Benar-benar luar biasa variasi yang diciptakan Allah SWT.


Jangkrik Belang
Serangga lain yang juga sering singgah di sini adalah jangkrik. aku tak tahu tepatnya nama spesies jangkrik ini dan sebenarnya jangkrik ini juga jarang ditemui di sini. Sepertinya ia hanya datang apda waktu-waktu tertentu seperti ketika hujan telah reda.

Selain serangga, aku juga menemukan hewan licin ini. Menurut perkiraanku ini adalah sejenis lintah. tubuhnya agak bulat dan ada garis putih membelah tubuhnya yang hitam. Ia berjalan pelan dan anggun, meliuk-liuk di sela dedaunan.


Di sela-sela dedaunan juga kita bisa menemukan laba-laba. Laba-laba ini sangat kecil bahkan lebih kecil dari semut hitam besar. Ia membuat sarang dengan menghubungkan benang-benangnya dari satu daun ke daun yang lain. Sejauh ini aku baru menemukan dua ekor jenis laba-laba ini...hmmm...mungkin ngga ya masih ada temen-temennya yang lain....

Ulat bulu juga ada di sini sebagai bukti bahwa halaman depanku juga dikunjungi kupu-kupu. Ulat bulu ini juga masuk sampai ke rumah dan membangun kepompongnya di pojokan rumah.

the predator
Teman-teman kecil ini sebenarnya menimbulkan pertanyaan, "Siapakah predator mereka?" Sudah menjadi hukum alam bahwa herbivora pasti akan dimangsa oleh karnivora atau omnivora. Ulat pastinya herbivora lalu apa karnivoranya? Ternyata ada kodok juga di halaman depan. Entah berapa tepatnya jumlah kodok di sini. Setidaknya aku menemukan satu ekor kodok dalam sekali observasi. Kodok ini berwarna oranye yang membuatku curiga bahwa kodok ini merupakan jenis yang beracun. Warna oranyenya mirip sekali dengan warna tanah sehingga ia nyaris tak terlihat jika berada di atas tanah. Sekali waktu aku menemukan kodok ini di dapur. Padahal dapur terletak di bagian belakang rumah, apakah mungkin sang kodok masuk rumah emlalui saluran air?

Selain kodok yang tampaknya memang tinggal di halaman depan rumah, ada beberapa hewan lain yang singgah untuk mencari makan. Pagi-pagi biasanya halaman depan disambangi seekor ayam jantan dan dua ekor betina yang mematuki rumput, mungkin karena melihat ada cacing di sekitar situ. Saat matahari mulai meninggi ada burung-burung kecil yang singgah dan berkicau di halaman depan.

Jika kita memelihara satu makhluk Allah, maka kita akan memberi kesempatan hidup bagi makhluk Allah yang lain. Halaman depan rumah kami adalah buktinya....Let's go green and save the world from our home!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar