Ada dua momen yang sering terlupakan saat bersama anak-anak. Yah dua momen yang indah dan penting untuk menumbuhkan kelekatan dan pemahaman tentang kondisi anak....
1. Mandi
Mumpung anak-anak masih kecil, manfaatkan waktu mandi ini sebaik-baiknya. Waktu mandi adalah waktu yang sangat sarat dengan sentuhan dan belaian penuh kelembutan. Ini bisa memberikan kenyamanan pada anak dan juga pada ayah atau ibu yang memandikannya.
Ada satu cerita yang menarik mengenai mandi ini. Aku pusing sekali tentang bagaimana caranya membuat Novel paham bahwa adiknya belum sepandai dirinya, dan karenanya masih memerlukan banyak waktu untuk belajar. "Novel kan mas-nya Dede, jadi Dede itu selalu niru-niru Mas Novel. Makanya Mas Novel kasih contoh yang baik-baik dong, biar Dede-nya juga jadi baik," aku sudah sering bicara seperti itu pada Novel. Tapi efeknya tak terlalu baik. Suatu ketika aku mencoba bicara lagi tentang ini pada Novel. Tapi kali ini dilakukan saat mandi, saat membalurkan sabun ke seluruh tubuh Novel, lalu meratakan shampo ke seluruh bagian kepalanya. Dan hasilnya sungguh di luar dugaan, setelah mandi, Novel langsung bicara sangat lembut pada Raysa.
Subhanallah, sungguh dahsyat hasilnya. Mungkin ini bukan soal mandi, tapi soal belaian dan kedekatan yang terjadi saat mandi. Karenanya mari kita manfaatkan sebaik-baiknya momen ini...momen indah penuh kasih sayang ini, sebelum mereka menajdi terlalu besar untuk dimandikan.....;-)
2. Buang Air Besar
Maaf, sama sekali tidak bermaksud jorok. Tapi momen ini seringkali terlupakan dan terabaikan karena berkaitan erat dengan kekotoran dan kenajisan. Awalnya saya juga tak terlalu peduli mengenai momen BAB ini. Hingga suatu ketika di toko buku saya membaca sebuah buku tentang tips menjaga kesehatan anak. Buku itu dikarang oleh seorang dokter yang aku lupa namanya, bahkan aku juga lupa judul bukunya. Buku itu aku ingat karena tulisan di dalamnya yang mengulas tentang BAB ini.
Dokter itu menulis, "Jangan biarkan momen BAB ini diserahkan pada pengasuh," kurang lebih begitulah. Karena momen ini adalah momen penting untuk mengetahui kondisi pencernaan si kecil. Kondisi pencernaan yang buruk biasanya merupakan indikator awal buruknya status kesehatan. Menurut buku tersebut, kita dianjurkan untuk memperhatikan bentuk tinja dan aroma tinja. Aroma tinja sebenarnya tidak bau, tetapi ada aroma harum karena adanya eter dalam tinja. Tinja yang berbau busuk menunjukkan populasi bakteri yang berlebihan di saluran pencernaan. Tinja orang sehat seharusnya tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak.
Aku mendapatkan informasi tambahan dari Dr. Oz di talkshow Oprah bahwa tinja yang sehat seharusnya berbentuk "S" karena bentuk ujung akhir saluran pencernaan kita seperti huruf "S". Tinja orang sehat juga seharusnya tidak mengambang, tapi langsung tenggelam. Tinja yang mengambang berarti populasi bakteri dalam saluran pencernaan terlalu berlebihan. Dr. Oz bahkan menggunakan suara jatuh tinja sebagai indikasi kesehatan. Ia mencontohkan bunyinya seperti seorang penyelam yang masuk ke dalam air, "Wusshhhh."
Yah...itulah dua momen yang indah dan penting yang tidak selayaknya kita abaikan...Happy Parenting...;-)
Sabtu, 07 Januari 2012
Rabu, 04 Januari 2012
Dufan....
Terakhir kali ke Dufan waktu masih SD...ya ampyunnnn 20 tahun lalu ya....
Bulan Desember kemarin Umi dan Buya ngajak jalan-jalan ke Dufan. Naik KRL dari Kranji langsung ke Kota. Rencananya dari Kota mau naik KRL lagi ke Tanjung Priok, tapi ternyata KRL Tanjung Priok tidak beroperasi hari Sabtu. Jadilah kami naik taksi langsung ke Dufan.
Kebetulan taksi yang dipakai masih tergabung dalam Blue Bird Grup. Ternyata Blue Bird Grup dapat akses khusus untuk masuk ke dalam Dufan (hmmm...catet). Biaya masuk Dufan 15ribu perorang, anak yang tingginya masih kurang dari 100cm gratis. Biaya taksi dari Kota sampai Dufan sekitar 16ribu, lumayanlah dibandingkan dengan tiket KRL untuk 4 orang.
Yang mahal itu tiket masuk wahana Dufan-nya. Harga tiket terusannya yang reguler 185ribu perorang, GUBRAX!!!! Itu yang tiket regulernya. Ada juga tiket premium yang ga perlu antri, harganya 300ribuan perorang, dapat priviledge welcome drink, ga perlu ngantri tiket, bisa duduk di ruang ber-AC sambil nunggu proses tiket selesai, trus ada jalur antrian khusus yang ga perlu berdesak-desakan untuk wahana-wahana favorit.
Untuk tiket reguler, anak di bawah 100cm gratis, berarti Raysa gratis nih....Warga senior di atas 60 tahun gratis juga, horeeee....Buya dapet gratisan. Untuk itu Buya harus menukarkan tiketnya di loket khusus sebelum masuk wahana Dufan. Bayi dan yang jagain juga gratis. Bayar pake kartu kredit Mandiri dapat diskon, kalo ga salah 10%. Punya kartu LotteMart dapat diskon 15%. Nah...berhubung Umi bawa kartu LotteMart, jadilah satu tiket hanya bayar 153ribu...lumayan...Satu kartu bisa untuk 4 tiket terusan. Yang ranking satu juga bisa dapat gratisan lho. Syaratnya bawa fotokopi rapor dan surat keterangan dari sekolah. Satu rapor bisa untuk 4 tiket terusan juga. Asik kan....? Ayo Novel, ntar SD ranking 1 ya...biar kita semua bisa gratisan main di Dufan.
Setelah masuk, wahana yang pertama kali dinaiki adalah Komidi Putar....Yeaaaahhhh...versi asli odong-odong...hehehe..teteup ini wahana favorit buat anak-anak. Umi juga bisa ikutan naik karena ada tempat duduk yang dibuat seperti tempat duduk di kereta kencana. Wahana ini sepertinya tidak berubah sejak tahun 80-an. Lukisan-lukisan yang dilekatkan ke poros Komidi Putar masih lukisan Lucky Luke, Indian, dan lukisan-lukisan dengan tema serupa. Percaya deh, anak-anak jaman sekarang kurang mengenal Lucky Luke dan teman-teman, jadi sepertinya lukisannya out of date.
Setelah selesai naik Komidi Putar, kurang lebih 5 menit, Novel minta naik perahu. Sayangnya perahu ini tidak termasuk ke dalam tiket terusan, jadi harus bayar lagi 20ribu untuk satu perahu. Novel senang sekali naik perahu ini karena dia bisa mengendalikan sendiri. Perahu ini berbentuk bulat dan pinggirannya dilindungi dengan ban untuk mengantisipasi tabrakan antar perahu. Terus terang, bemper ban ini juga bikin tabrakan jadi seru...tuing! Di tengah kolam juga ada air mancur yang kalau kita salah jalan sampai ke tengah, kena deh cipratan airnya. Hihihi...basah tapi asyik....siapa sih yang ga suka main air? Sayangnya naik perahu ini cuma 5 menit. Kalu kita terlambat menepi, maka mesin perahu akan berhenti di tengah danau. Yah...berhenti begitu saja sampai akhirnya tim penyelamat mendorong perahu ke tepi...
Belum puas sebenarnya naik perahu, tapi karena waktunya sudah habis, kami pun melanjutkan perjalanan ke Bianglala. Bianglala ini seperti kincir angin raksasa, salah satu wahana favorit di Dufan. Kami terpaksa ngantri kurang lebih 15 menit. Satu tempat di Bianglala ini dapat diisi hingga 6 orang dewasa. Karena kami terdiri dari 4 orang dewasa dan 2 anak, kami bisa menempati satu tempat tanpa diisi tambahan lagi. Dari atas Bianglala kita bisa melihat Pantai Ancol, dan wahana-wahana lain yang ada di Dufan. Novel lihat kereta gantung dan langsung memutuskan untuk naik kereta gantung. Dia juga lihat kereta-kereta dan memasukkannya ke dalam daftar wahana yang akan dicoba.
Muter-muter di atas Bianglala kurang lebih 5 menitan juga, dilanjutkan dengan makan siang. Ga jauh dari wahana Bianglala ada tempat makan siang. Boleh pilih, makan siang ala Indonesia atau Jepang. Yang ala Jepang bento-bento gitu deh..tapi bukan Hokben. Yang ala Indonesia pecel lele, sate ayam, dan teman-temannya.
Karena kami keluarga Indonesia sejati, kami memilih masakan Indonesia....tapi...mahallllllll. Rata-rata 30ribuan, padahal rasanya....yah...ga jauh bedalah ma pecel lele jalan Banteng. Apa boleh buat, namanya juga di tempat rekreasi, tempatnya manusia-manusia konsumtif bersenang-senang.
Karena Novel pesan sate yang masih harus dibakar dulu, maka ia menghabiskan jatah ayam bakar Ayah sambil menunggu sate ayam. Setelah sate ayamnya datang, Novel hanya makan dua atau tiga suap, "Kenyang!" katanya. Alhamdulillah, Novel makannya banyak, entah karena memang lapar atau karena suasana hatinya sedang senang.
Tempat makannya lumayan nyaman. Kami makan di ruang terbuka yang teduh, tepatnya di pinggir kolam ikan tak jauh dari danau tempat main perahu. Kolamnya cukup luas untuk enam ekor ikan koi yang gendut-gendut. Novel suka menjelajah di pinggir-pinggir kolam ikan. Raysa lari-lari bolak-balik di jembatan kecil kolam ikan.
Selesai makan kami sholat dulu. Mungkin karena menapaki jalan memutar, lokasi musholla terasa jauh. Mushollanya cukup luas dan bersih. Hanya sayang, tempat wudhu akhwatnya terbuka, jadi kurang nyaman buka kerudung untuk berwudhu. Di sini juga dilengkapi satu toilet umum, jadinya ngantri deh...
Selesai sholat Novel langsung ngajak main kereta-keretaan yang ternyata tidak bisa dinaiki oleh Novel...kesiankesiankesian. Pasalnya, untuk naik wahana ini tingginya harus 125cm, sedangkan Novel masih 113cm...hix....tunggu SD ya Novel...biar bisa naik ini...
Akhirnya kita naik perahu untuk masuk ke Istana Boneka. Masuk Istana Boneka ini juga ngantri sekitar 10 menitan. Masuknya pake perahu yang bergerak di sebuah rel..anggep ajalah monorel...hehehe. Begitu masuk, entah kenapa suasananya agak serem. Mungkin karena pencahayaannya yang agak kurang, atau bonekanya yang mengingatkan pada salah satu episode Friday the 13th, aiiihhh..lebayyy...
Nuansa serem makin berasa ketika memasuki zona Mesir. Di zona Mesir ini musiknya pun berkesan mistis dan serem gitu. Ada satu pintu darurat yang cukup dimasuki satu orang laki-laki dewasa Asia. Aku ngebayangin, turis Eropa sepertinya akan kesulitan kalau harus keluar lewat pintu darurat itu. Apalagi pintu darurat pasti digunakan dalam keadaan panik kan? Tau sendiri orang-orang Indonesia kalo panik ga peduli sama orang lain. Pintu darurat ini bisa jadi bencana baru. Selain itu lampu penunjuk jalur evakuasinya ada satu yang kebalik, ini bakal ngebingungin kalo tidak diperbaiki.
Aku pernah kenal dengan anak yang takut sama boneka yang berbentuk orang. Untuk anak-anak tipe ini, sepertinya Istana Boneka bukan pilihan menarik. Boneka-bonekanya banyak yang kotor, berdebu, dan gerakannnya itu-itu aja. Mungkin tempat ini keren banget untuk ukuran tahun 80-an, tapi untuk tahun 2000-an gini, kayanya butuh update-an deh.
Keluar dari Istana Boneka, kami memutuskan mencoba Poci-poci. Tadinya Novel ga mau karena masih penasaran sama kereta gantung. Tapi akhirnya mau juga setelah dijanjikan akan dicarikan kereta gantung setelah ini.
Poci-poci adalah wahana berbentuk cangkir-cangkir yang bisa berputar. Saat mesinnya sedang diam, Poci-poci bisa diputar manual dengan setir yang ada di tengah. Tapi saat berputar....wiiiiiii....seluruh poci berputar bersamaan, sementara masing-masing poci pun berputar sendiri-sendiri. Jadinya ada putaran di dalam putaran. Saking kencengnya putaran itu, punggung pun serasa nempel di dinding bangku. Wuiiiiiii.....lumayanlah untuk pengganti naik Tornado.
Fiuuuhhh....selesai berpusing-pusing ria dalam poci-poci, kami melanjutkan perjalanan mencari kereta gantung. Melewati panggung Maksima, Novel foto-foto dulu sama karakternya yang keliatan keren bawa pedang.
Dicari-cari, ga ketemu. Ternyata kereta gantung bukan wahana Dufan, tapi wahana Ancol...yah....ga jadi deh...Akhirnya Novel mencoba masuk ke Baku Toki, itu lho mobil-mobilan yang bisa tabrak-tabrakan. Sementara Raysa, Buya, Umi, dan Ibu ikutan ngantri di Gajah Terbang.Baru sebentar ngantri, Novel datang. Ternyata ada syarat tinggi badan juga di Baku Toki. Yah...Novel masih kurang tinggi...akhirnya ikutan ngantri di Gajah Terbang.
Ngantri di Gajah Terbang ada sekitar 15 menit juga, baru deh naik. Satu gajah hanya bisa dinaiki 2 orang, jadi kami semua naik 3 gajah. Gajahnya bisa dinaikturunkan dengan tuas yang ada di dekat kaki. Naiknya cuma beberapa meter sih...tapi lumayanlah....Sayangnya Umi takut naik-turun naik-turun terus, jadinya kita hanya naik sampai puncak tertinggi, trus ga turun-turun lagi...xixixi...
Setelah beberapa kali putaran terbang bersama gajah, hari sudah sore. Kami pun memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum pulang, Novel minta naik perahu lagi. Baiklah....setelah dua kali gagal naik wahana yang diinginkan, bolehlah naik peerahu lagi, walaupun itu berarti keluar duit lagi. Tak apalah, yang penting perjalanan ini berakhir bahagia.... :-)
Bulan Desember kemarin Umi dan Buya ngajak jalan-jalan ke Dufan. Naik KRL dari Kranji langsung ke Kota. Rencananya dari Kota mau naik KRL lagi ke Tanjung Priok, tapi ternyata KRL Tanjung Priok tidak beroperasi hari Sabtu. Jadilah kami naik taksi langsung ke Dufan.
Kebetulan taksi yang dipakai masih tergabung dalam Blue Bird Grup. Ternyata Blue Bird Grup dapat akses khusus untuk masuk ke dalam Dufan (hmmm...catet). Biaya masuk Dufan 15ribu perorang, anak yang tingginya masih kurang dari 100cm gratis. Biaya taksi dari Kota sampai Dufan sekitar 16ribu, lumayanlah dibandingkan dengan tiket KRL untuk 4 orang.
Yang mahal itu tiket masuk wahana Dufan-nya. Harga tiket terusannya yang reguler 185ribu perorang, GUBRAX!!!! Itu yang tiket regulernya. Ada juga tiket premium yang ga perlu antri, harganya 300ribuan perorang, dapat priviledge welcome drink, ga perlu ngantri tiket, bisa duduk di ruang ber-AC sambil nunggu proses tiket selesai, trus ada jalur antrian khusus yang ga perlu berdesak-desakan untuk wahana-wahana favorit.
Mobil Pohon, Brrrrmmmm |
Setelah masuk, wahana yang pertama kali dinaiki adalah Komidi Putar....Yeaaaahhhh...versi asli odong-odong...hehehe..teteup ini wahana favorit buat anak-anak. Umi juga bisa ikutan naik karena ada tempat duduk yang dibuat seperti tempat duduk di kereta kencana. Wahana ini sepertinya tidak berubah sejak tahun 80-an. Lukisan-lukisan yang dilekatkan ke poros Komidi Putar masih lukisan Lucky Luke, Indian, dan lukisan-lukisan dengan tema serupa. Percaya deh, anak-anak jaman sekarang kurang mengenal Lucky Luke dan teman-teman, jadi sepertinya lukisannya out of date.
Naik Perahu Koin |
Belum puas sebenarnya naik perahu, tapi karena waktunya sudah habis, kami pun melanjutkan perjalanan ke Bianglala. Bianglala ini seperti kincir angin raksasa, salah satu wahana favorit di Dufan. Kami terpaksa ngantri kurang lebih 15 menit. Satu tempat di Bianglala ini dapat diisi hingga 6 orang dewasa. Karena kami terdiri dari 4 orang dewasa dan 2 anak, kami bisa menempati satu tempat tanpa diisi tambahan lagi. Dari atas Bianglala kita bisa melihat Pantai Ancol, dan wahana-wahana lain yang ada di Dufan. Novel lihat kereta gantung dan langsung memutuskan untuk naik kereta gantung. Dia juga lihat kereta-kereta dan memasukkannya ke dalam daftar wahana yang akan dicoba.
Muter-muter di atas Bianglala kurang lebih 5 menitan juga, dilanjutkan dengan makan siang. Ga jauh dari wahana Bianglala ada tempat makan siang. Boleh pilih, makan siang ala Indonesia atau Jepang. Yang ala Jepang bento-bento gitu deh..tapi bukan Hokben. Yang ala Indonesia pecel lele, sate ayam, dan teman-temannya.
Karena kami keluarga Indonesia sejati, kami memilih masakan Indonesia....tapi...mahallllllll. Rata-rata 30ribuan, padahal rasanya....yah...ga jauh bedalah ma pecel lele jalan Banteng. Apa boleh buat, namanya juga di tempat rekreasi, tempatnya manusia-manusia konsumtif bersenang-senang.
Di Pinggir Kolam Ikan |
Tempat makannya lumayan nyaman. Kami makan di ruang terbuka yang teduh, tepatnya di pinggir kolam ikan tak jauh dari danau tempat main perahu. Kolamnya cukup luas untuk enam ekor ikan koi yang gendut-gendut. Novel suka menjelajah di pinggir-pinggir kolam ikan. Raysa lari-lari bolak-balik di jembatan kecil kolam ikan.
Selesai makan kami sholat dulu. Mungkin karena menapaki jalan memutar, lokasi musholla terasa jauh. Mushollanya cukup luas dan bersih. Hanya sayang, tempat wudhu akhwatnya terbuka, jadi kurang nyaman buka kerudung untuk berwudhu. Di sini juga dilengkapi satu toilet umum, jadinya ngantri deh...
Selesai sholat Novel langsung ngajak main kereta-keretaan yang ternyata tidak bisa dinaiki oleh Novel...kesiankesiankesian. Pasalnya, untuk naik wahana ini tingginya harus 125cm, sedangkan Novel masih 113cm...hix....tunggu SD ya Novel...biar bisa naik ini...
Akhirnya kita naik perahu untuk masuk ke Istana Boneka. Masuk Istana Boneka ini juga ngantri sekitar 10 menitan. Masuknya pake perahu yang bergerak di sebuah rel..anggep ajalah monorel...hehehe. Begitu masuk, entah kenapa suasananya agak serem. Mungkin karena pencahayaannya yang agak kurang, atau bonekanya yang mengingatkan pada salah satu episode Friday the 13th, aiiihhh..lebayyy...
Nuansa serem makin berasa ketika memasuki zona Mesir. Di zona Mesir ini musiknya pun berkesan mistis dan serem gitu. Ada satu pintu darurat yang cukup dimasuki satu orang laki-laki dewasa Asia. Aku ngebayangin, turis Eropa sepertinya akan kesulitan kalau harus keluar lewat pintu darurat itu. Apalagi pintu darurat pasti digunakan dalam keadaan panik kan? Tau sendiri orang-orang Indonesia kalo panik ga peduli sama orang lain. Pintu darurat ini bisa jadi bencana baru. Selain itu lampu penunjuk jalur evakuasinya ada satu yang kebalik, ini bakal ngebingungin kalo tidak diperbaiki.
Poci-poci Seruuuuuu |
Keluar dari Istana Boneka, kami memutuskan mencoba Poci-poci. Tadinya Novel ga mau karena masih penasaran sama kereta gantung. Tapi akhirnya mau juga setelah dijanjikan akan dicarikan kereta gantung setelah ini.
Poci-poci adalah wahana berbentuk cangkir-cangkir yang bisa berputar. Saat mesinnya sedang diam, Poci-poci bisa diputar manual dengan setir yang ada di tengah. Tapi saat berputar....wiiiiiii....seluruh poci berputar bersamaan, sementara masing-masing poci pun berputar sendiri-sendiri. Jadinya ada putaran di dalam putaran. Saking kencengnya putaran itu, punggung pun serasa nempel di dinding bangku. Wuiiiiiii.....lumayanlah untuk pengganti naik Tornado.
Fiuuuhhh....selesai berpusing-pusing ria dalam poci-poci, kami melanjutkan perjalanan mencari kereta gantung. Melewati panggung Maksima, Novel foto-foto dulu sama karakternya yang keliatan keren bawa pedang.
Dicari-cari, ga ketemu. Ternyata kereta gantung bukan wahana Dufan, tapi wahana Ancol...yah....ga jadi deh...Akhirnya Novel mencoba masuk ke Baku Toki, itu lho mobil-mobilan yang bisa tabrak-tabrakan. Sementara Raysa, Buya, Umi, dan Ibu ikutan ngantri di Gajah Terbang.Baru sebentar ngantri, Novel datang. Ternyata ada syarat tinggi badan juga di Baku Toki. Yah...Novel masih kurang tinggi...akhirnya ikutan ngantri di Gajah Terbang.
Ngantri di Gajah Terbang ada sekitar 15 menit juga, baru deh naik. Satu gajah hanya bisa dinaiki 2 orang, jadi kami semua naik 3 gajah. Gajahnya bisa dinaikturunkan dengan tuas yang ada di dekat kaki. Naiknya cuma beberapa meter sih...tapi lumayanlah....Sayangnya Umi takut naik-turun naik-turun terus, jadinya kita hanya naik sampai puncak tertinggi, trus ga turun-turun lagi...xixixi...
Setelah beberapa kali putaran terbang bersama gajah, hari sudah sore. Kami pun memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum pulang, Novel minta naik perahu lagi. Baiklah....setelah dua kali gagal naik wahana yang diinginkan, bolehlah naik peerahu lagi, walaupun itu berarti keluar duit lagi. Tak apalah, yang penting perjalanan ini berakhir bahagia.... :-)
Minggu, 01 Januari 2012
Pantai Baron, Tempat Asyik Main Pasir
Raysa Suka Main Pasir |
Keunikan Pantai Baron terletak pada pertemuan antara air tawar dan air laut. Di Pantai ini, air tawar dan air laut terlihat menyatu. ketika pertama kali datang ke Pantai ini nyaris sepuluh tahun yang lalu, air tawar masih menyisir batu karang besar menuju laut. Tapi ketika tahun lalu datang lagi ke Pantai Baron, air sungai seolah menjadi pemisah antara daerah pantai dan daerah yang agak jauh dari pantai. Untuk masuk ke wilayah Pantai, kita harus menyeberang menggunakan perahu yang ditarik dengan tali.
Kami sampai di Pantai Baron kira-kira pukul 3 sore. Raysa terlihat antusias sekali main-main pasir dan air laut. Tapi Novel agak sedikit takut karena petugas keamanan pantai sudah memperingatkan akan datangnya pasang. Akibatnya Novel tidak mau dekat-dekat dengan air laut.
Raysa malah penasaran bergerak menuju air laut yang datang menyapa pantai. Setelah bosan main-main air, kemudian main-main pasir. Pantai yang tidak terlalu luas, dan relatif masih bersih, cukup menyenangkan untuk bermain-main di pasirnya. Biar pun permainan pasirnya masih mengubur-ngubur kaki atau tangan ke dalam pasir, anak-anak cukup senang selama bermain di sana.
Akhirnya waktu jua yang memaksa kami untuk segera bertolak ke rumah. Saat air laut benar-benar mulai pasang, ketika jam 5-an sore, kami beranjak pulang ke rumah. Membawa sedikit oleh-oleh berupa kerang-kerang imut yang lucu juga beberapa bros unik terbuat dari cangkang kerang.
Sampai jumpa lagi Pantai Baron....:-)
Label:
catatan harian,
jalan-jalan,
liburan
Langganan:
Postingan (Atom)