Sabtu, 19 November 2011

Surat-suratan Sama Novel

Pulang ngajar, Novel berlari menyambutku, "Kita bikin surat buat ibu." Sejak bisa menulis kalimat, Novel sudah sering menulis surat. Biasanya berisi, "Novel sayang Ibu, Ayah, dan Dede." "Ntar, kita ambilin, jangan liat!" Novel masuk ke kamar dan menutup pintu.

Surat Novel Untuk Ibu
Setelah keluar ia membawa dua lembar kertas yang disatukan dengan paperclip. Novel baru tahu manfaat paperclip jadi dia selalu mencari cara agar bisa menggunakannya.
Lembar pertama isinya begini,
"DIMANAIBUBERADANOVELTETEPBERADANOVELTETEPSAYANG" [Di mana Ibu berada, Novel tetep berada, Novel tetep sayang]...deuuu romantisnya....hahaha
Lembar kedua seperti ini, "NOVELSAYANGIBUKEMANAIBUPERGIWALOPUNIBUADADINF"
[Novel sayang Ibu, ke mana Ibu pergi, walopun Ibu ada di NF]...huuu...terharu....

Surat Novel Untuk Ayah

Ini pertama kalinya Novel menulis lebih panjang dari biasanya. Walaupun temanya masih sama, soal kasih sayang.

Terimakasih Novel udah sayang sama Ibu, semoga Novel menjadi anak yang sholeh yang nantinya bisa menghuni surga Allah....

Jumat, 18 November 2011

Survey Sekolah...bagian 3

Selain survey langsung, juga nanya-nanya ama orangtua siswa yang sudah menyekolahkan anaknya di SD. Salah satunya orangtua siswa NF yang juga orangtua temennya Novel, Najwa, di Tahta Syajar. Anaknya yang sekarang kelas 5 SD sekolah di SD Pangjay, alias SD Pangeran Jayakarta. Browsing di web ga ada page yang kredibel yang dapat menjelaskan SD ini dengan baik. Menurut Mama Najwa, SD Pangjay lumayan bagus, tapi kegiatannya kurang, ga seperti SD Tahta Syajar yang punya banyak kegiatan ekskul..Begitu katanya.

Dia malah menyarankan SDIT al-Husna yang ada di belakang GOR Bekasi. Aku sudah banyak ngajar anak-anak SD ini. Mereka anak-anak yang cerdas, aktif, dan juga kreatif. Rata-rata siswa al-Husna yang les di NF termasuk yang cepat memahami pelajaran. Yah..sedikit banyak tertarik juga dengan SD ini, tapi denger-denger biaya masuknya mahal. Kata Mama Najwa tahun lalu (2011/2012) sekitar 5jutaan. Di webnya hanya ada brosur, ga ada rincian biayanya...ga ada juga penjelasan tentang kurikulum dan sebagainya...sepertinya harus liat n survey langsung.

Pak Fikri pengajar matematika yang anaknya sekolah di SDIT al-Hikmah malah tidak menyarankan untuk mendaftar di al-Hikmah. Alasannya karena biayanya mahal dan kenaikannya pertahun tidak rasional. menurut Pak Fikri, seharusnya siswa SDIT yang sudah sekolah dari pagi hingga sore tidak perlu lagi dibebani dengan PR yang sangat banyak. Seharusnya karena sudah seharian di sekolah, maka di rumah anak harusnya dibiarkan berisitirahat agar bisa fresh esok harinya. Karenanya ia berencana mengeluarkan puterinya dari al-Hikmah dan mencari SD lain yang lebih nyaman. Pak Fikri juga menambahkan, sebenarnya dulu al-Hikmah termasuk yang bagus di daerah Bekasi, tapi karena banyak gurunya yang keluar, sekarang jadi berkurang kualitasnya. Namun menurut berita di VOA Islam pihak sekolah al-Hikmah terbilang tanggap dalam membentengi akidah siswa.

Seorang sahabat yang lain menyarankan SDIT al-Husnayain di Harapan Baru. Alasannya karena yang terpenting adalah keluarga. Jika apa yang diajarkan keluarga di sekolah tidak sinkron dengan apa yang dipraktekkan di rumah, maka apa pun pelajaran sekolah pasti akan mental lagi. Karenanya, di Husnayain ini diadakan pengajian untuk para orangtua murid. Hmmm...menarik juga ya...sayangnya aksesnya agak sulit. Kalau tidak salah jalur angkot yang lewat sini adalah Koasi 31A, karena waktu itu pernah nyasar naik angkot ini. Sayangnya, kalo hujan deras, sekolahnya banjir...nah lhoooooo....

SD Negeri ternyata kurang direkomendasikan untuk pembinaan akhlak. Salah seorang kawan yang anaknya dimasukkan ke SD Negeri merasa harus kerja keras lagi membina akhlak di rumah. Sebenarnya masalah pembinaan akhlak kan emang dari rumah, sekolah hanya memberikan pengetahuan dan di rumah prakteknya. Sayangnya, bahkan pengetahuan tentang akhlak pun kurang di SD negeri. belajarnya juga kurang sehingga kalau di rumah harus lebih banyak dibantu dan dipantau.

Dari hasil diskusi di grup Millennial Learning Centre, Bunda Retno Arif yang sudah berpengalaman dengan 6 anaknya, memberi saran untuk TK SD sebaiknya masukkan ke SD Islam. Bagaimana pun pembinaan akhlak adalah yang terpenting di usia-usia muda seperti itu. Beliau juga menyarankan jarak sekolah yang tak jauh dari rumah. Menurut Beliau, perjalanan yang terlalu lama juga bisa menambah stres pada anak.

Begitulah beberapa pendapat dari teman-teman yang saya rangkum untuk dijadikan bahan pertimbangan. Maklum...blom pernah masukin anak ke SD....hehehe

Survey Sekolah...bagian 2

Rencananya hari ini mau survey ke SD-SD lagi seputar Kranji sini...tapi karena bad started day...akhirnya jadi ga semangat seharian. Jadinya hanya tanya-tanya n browsing-browsing SD di bekasi.

Yang dari dulu bikin penasaran adalah SDIT al-Iman. Pasalnya dulu, waktu masih di Bimba, ketemu dengan orangtua siswa yang suaminya kerja di SDIT al-Iman. Ceritanya di SDIT al-Iman itu menerapkan fun learning. Pagi-pagi ketika baru masuk, siswa akan diajak bernasyid ria dulu. Baru kemudian siapa yang mau bisa langsung setor hafalan Alqur'an mereka. Wow...jujur nih..aku tertarik. Tapi sekolahnya jauh dari rumah. Kalo maksa juga, itu berarti harus 2 kali naik angkot baru bisa sampai di lokasi. Trus liat-liat webnya...hmm...keren...jadi makin tertarik nih...Biayanya masih standar SDIT-lah, 6jutaan. Enaknya, di sini udah termasuk biaya kegiatan satu tahun, termasuk rihlah, Ramadhan, outing class, wisuda, juga Qurban. Pengalaman di TK, karena banyaknya kegiatan dalam satu tahun, yang sebenarnya sudah bisa diprediksi di awal tahun, jadinya tiap bulan tetep aja ada pengeluaran tambahan sekita 100ribuan. ga enak kan....

Berikut rincian biaya tahun pertama yang didapat dari webnya:


Seragam siswa 5 stel satu tahun ( Jadi) Rp. 800,000
UKS satu tahun Rp. 175,000
Tes Prestasi Belajar (TPB) 2 sem. Rp. 150,000
Kegiatan satu tahun (Rihlah, Ramadhan,  Rp. 400,000
Muharram, Qurban, Outing Class, Wisuda )
Biaya operasional satu tahun Rp. 1,600,000
SPP bulan Juli 2011 Rp. 250,000
Iuran Komite 1 tahun Rp. 180,000
Kegiatan Pramuka 1 tahun Rp. 25,000
Uang Gedung Rp. 2,800,000
Jumlah Rp. 6,380,000

PEMBAYARAN 4 KALI
Wawancara Orang Tua Rp. 2,000,000
Pengumuman Hasil Tes Rp. 2,800,000
Bulan Juli 2011 Rp. 1,000,000
Bulan September 2011 Rp. 580,000
Jumlah Rp. 6,380,000


 Program tahunan juga udah terencana n siapa pun bisa memantaunya...setelah liat webnya jadi makin penasaran untuk bisa liat aslinya...pengen observasi nih....Bagaimana pun, jangan langsung percaya sama marketingnya...sebaiknya emang liat langsung sekolahnya...anak kita kan nanti sekolahnya di sana bukan lewat brosur atau web..ya kan?




















































Rabu, 16 November 2011

Survey Sekolah...bagian 1

Hasil cari-cari sekolah di sekitar rumah...

Sekolah pertama yang didekati adalah SDI Tahta Syajar. Alasannya karena Novel udah sekolah di TK-nya, jadi sekalian aja lanjut ke SD-nya. Biasanya kan ada diskon khusus untuk siswa TK yang melanjutkan ke SD di yayasan yang sama.

Ternyata memang benar, ada diskon khusus. Secara keseluruhan, biayanya ga terlalu mahal, masih terjangkau-lah. Berikut rincian biayanya sesuai dengan data tahun 2010/2011.
1. Formulir pendaftaran : Rp. 100.000,- ==> bebas karena dari TKI Tahta Syajar
2. Evaluasi Skala Kematangan Siswa : Rp. 50.000,-
    ==> untuk mengetahui tingkat kematangan calon siswa, pihak sekolah bekerjasama dengan psikolog mengadakan tes ini. Hasil akhirnya kurang lebih adalah keputusan apakah sang calon siswa cukup matang atau tidak untuk mengikuti pelajaran di SD. Pihak orangtua bisa mengetahui hasil tesnya nanti, tapi tak bisa konsultasi denga psikolognya.
3. Asuransi/tahun : Rp. 30.000,-
4. Sarana dan prasarana : 2.500.000,- ==> diskon Rp. 200.000 karena dari TKI Tahta Syajar
5. SPP Bulan Juli : Rp. 200.000,- ==> akan ada penambahan SPP jika ada penambahan mata pelajaran seperti komputer di kelas 3. Penambahannya sekitar Rp. 50.000,-
6. Seragam : Rp. 400.000,-
    ==> 1 stel baju muslim, 1 stel baju olahraga, rompi merah dan kotak, baju batik, atribut sekolah, dan krayon
7. Dana kegiatan ekskul/tahun : Rp. 500.000
Total : Rp. 3.780.000,-
Keringanan karena berasal dari TKI Tahta Syajar : Rp. 300.000,-
Total : Rp. 3.480.000
Jika dibayar lunas dapet diskon lagi 10%. Pembayaran bisa diangsur 2 kali. Angsuran pertama Rp. 2.000.000,-, sisanya di angsuran kedua.

Di brosur tulisannya, "gedung sekolah 3 lantai" aslinya yang dipakai untuk SD hanya dua lantai, di lantai 2 dan 3, lantai 1-nya dipakai untuk TK dan Playgrup. Lantai 2 ada 3 kelas dan di lantai 3 juga 3 kelas. Muridnya sedikit, satu kelas hanya sekitar 20-25 orang. Lumayan kepeganglah sama gurunya. Aku tahu banget betapa sulitnya mengawasi dan mengendalikan siswa SD walau hanya 10 orang. Di NF rata-rata jumlah siswa dalam satu kelas SD adalah 15 orang. Tapi untuk kelas-kelas atas seperti kelas 6, jumlah siswanya bisa 25 orang [jumlah maksimal]. Jadi jumlah siswa di SD Tahta Syajar ini sebanyak jumlah siswa di bimbel NF.

Ruang-ruang kelas di SDI ini dinamai dengan nama-nama para sahabat Nabi SAW. Ada ruang Umar bin Khaththab, ada ruang Mu'adz bin Jabal, ada ruang Abu Bakar al-Siddiq, dan 3 ruang lain yang aku ga hapal. Buku-buku teks pelajaran ada yang ditinggal di ruang kelas. Di dinding kelas digantung folding bag yang isinya tugas-tugas para siswa. Kalo ngeliat tas siswa-siswanya sih, seperti bawaan mereka ga terlalu berat...hehehehe [apa hubungannya ya..]. Tiap kelas juga ada TV 21 inchi, yang kata gurunya, dimanfaatkan untuk media belajar jika guru menggunakan CD atau sejenisnya. Jadi juga ada CD player di tiap kelas.

Di tangga ada rak buku yang agak acak-acakan. Karena letak raknya di tangga, siapa saja bisa mengambil dan membaca bukunya, tapi ga tahu mereka akan membacanya di mana, mungkin di kelas atau di tangga. Aku ga ngeliat ada perpustakaan, dan memang dibrosurnya tidak disebutkan fasilitas perpustakaan. Ada juga kantin kejujuran yang sepertinya tidak terlalu efektif, kata yang jaga, "Kalo dijagain pasti bayar, tapi kalo ngga...." si Abang ga melanjutkan. Toilet ada satu, itu pun di lantai 1. Jadi kalo anak kelas VI yang kelasnya di lantai 3 mau pipis, maka dia harus turun 2 lantai...kasian juga ya...turun tangga sambil naham pipis...

SDI Tahta Syajar memang belum menjadi SDIT, tapi apa yang dipelajari di sini sama saja dengan yang dipelajari di SDIT. Setelah lulus kelas 6, siswa akan mendapat dua lembar ijazah, ijazah dari Depag dan Ijazah dari Diknas.

Sekarang SDI Tahta Syajar sudah terakreditasi A. Sebenarnya apa sih kriteria Akreditasi A? Perpustakaan aja ga ada. Atau rak buku di tangga itu dianggap perpustakaan?


Sekolah dimulai jam 7 pagi dengan tadarus Alqur'an, kecuali hari Jum'at, dimulai dengan sholat dhuha, dzikir, dan taushiyyah. Untuk kelas 1 sampai jam 12.30 setelah sholat Zhuhur. Untuk kelas 3-6 sampai jam setengah 3. Belajarnya dari Senin sampai Jum'at, dan hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekskul. Ketika aku tanya, "Apa bedanya dengan SDIT?" Gurunya tidak dapat menjawab dengan lancar, "Kalo SDIT kan pulangnya sampai jam setengah 4, kalo kita masih setengah 3" Lah...masa bedanya cuma 1 jam?

Secara keseluruhan Novel cukup senang, walaupun ia bertanya, "Kok ga dingin?" Ruang kelasnya memang tidak ber-AC. ada satu kipas angin besar di depan kelas dan satu kipas angin gantung di tengah kelas. Ketika kedua kipas ini sama2 nyala..kelasnya lumayan ademlah..

Waktu observasi pas jam sekolah...wowwww.....sangat anak2 sekali...separuh dari siswa kelas satu mengerjakan tugas sambil tengkurap di lantai. Semua anak masuk kelas dengan lepas sepatu, karenanya mereka bebas lesehan di lantai. Gurunya sendiri duduk di antara para siswa, yup, di bangku siswa...really love this scene!

Plusnya: biaya murah ditambah diskon karena berasal dari TK dari yayasan yang sama, pelajarannya cukuplah, ekskulnya juga lumayan
negatifnya: fasilitasnya kurang, ga ada perpustakaan, ga ada lab...

bagaimana pun masih pengen coba nyari perbandingan dengan SD-SD yang lain di sekitar sini...

Nur Rumaysa Majid

"Kok, Rumaysa? Artinya apa?" begitu komentar Buya sama Umi ketika pertama kali nama Raysa ditetapkan. Tidak banyak yang tahu siapa Rumaysa binti Mihal. Beliau adalah salah satu orang pertama yang memeluk Islam di Madinah, ketika itu namanya masih Yatsrib. Rumaysa binti Milhan juga termasuk salah satu dari mereka yang mengikuti Bai'at al-Aqabah yang pertama.

Ketika itu putera beliau, Anas masih kecil. Rumaysa binti Milhan mengajari puteranya kalimat tauhid yang kemudian memancing kemarahan sang ayah, Malik ibn al-Nadr. Namun Rumaysa ra tak bergeming, "Aku akan terus mengajarkan kebenaran pada anakku," kurang lebih begitulah kata-katanya.

Setelah menjanda, ia menolak semua lamaran yang datang untuk mempersuntingnya. Hingga akhirnya Abu Thalhah datang melamar. Saat itu ia sudah menjadi salah satu orang kaya di Yatsrib. Namun Rumaysa menolaknya. "Apakah sudah ada yang datang padamu membawa logam kuning dan putih (emas dan perak)?" sindir Abu Thalhah. Rumaysa binti Milhan dengan tenangnya menjawab, "Ini bukan soal emas dan perak." Kemudian ia menerangkan kebodohan orang-orang Arab saat itu, "Bagaimana mungkin kau menebang pohon dengan tanganmu sendiri kemudian kau bawa pulang, lalu sebagian kau jadikan Tuhan dan sebagian lagi kau jadikan kayu bakar? Apalagi yang lebih bodoh dari itu?"

Kata-kata Rumaysa binti Milhan tampaknya sangat mengena bagi Abu Thalhah. Ia segera pulang dan langsung membuang berhalanya. Kemudian ia kembali lagi dan mengajukan lamaran lagi pada Rumaysa, "Berapa pun yang kau minta akan kupenuhi." Rumaysa binti Miihan tidak meminta mahar berupa emas dan perak, ia hanya meminta dua kalimah syahadat sebagai mahar.Penduduk Yatsrib gempar mendengar kabar itu. Mereka belum pernah mendengar mahar seperti itu. "Ini adalah mahar paling berharga yang pernah ada," begitu kata mereka.

Rumaysa ra dengan belati di balik gaunnya juga masuk ke medan Uhud bersama-sama dengan 'Aisyah ra. Beliau berdua membawakan air bagi para mujahid di medan Uhud. Butuh keberanian luar biasa bagi perempuan pada masa itu untuk turut serta maju ke medan perang.

Di Indonesia sendiri, Rumaysa binti Milhan lebih dikenal sebagai Ummu Sulaym. "Oooo, Ummu Sulaym," baru deh Umi manggut-manggut. "Ya hebatlah," begitu komentar Buya.

Panggilan Raysa diusulkan oleh Buya sebenarnya. Menurut Buya, Raysa terdengar lebih indah dan artinya juga bagus. Raisah berarti pemimpin perempuan. Sedangkan "Rise" dalam Bahasa Inggris berarti terbit atau meningkat. Jadi semoga Raysa menjadi seorang pemimpin perempuan yang dapat meningkatkan kualitas diri dan masyarakatnya seperti Rumaysa binti Milhan ra. Semoga cahaya ilahi yang menerangi jalan Rumaysa binti Milhan ra, juga mampu menerangi langkah-langkah Raysa dalam menjalani kehidupan.

Barakallah fi umrik puteriku, semoga usia yang diamanahkan Allah padamu dapat memberi keberkahan bagi hidupmu...salam sayang dari Ayah dan Ibu, dan tentu saja Mas Novel.

coretan raysa...wkwkwk

????/?b''bn''l./;/aaaaaaaaaaaaaaafzzzzzzzzzbbbbbbhbbbnbhhhkjjjjjjjjjjjj"nnn,ff,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,kkkkkkkkkkkkkkloo0njj yuy
'

Selasa, 15 November 2011

cerita sekolah

novel mau sokolah jugai  mau beranckat naik beca oiya novel lag makan nasi terus berangkat sekolah

Cari-cari Sekolah Murah Berkualitas

Sebentar lagi Novel masuk SD. Sekolah-sekolah bagus biasanya buka pendaftaran di awal semester 2. Sebagai seorang ibu yang sangat peduli terhadap pendidikan, aku pun mulai browsing-browsing, cari-cari sekolah bagus, berkualitas, dan tentu saja terjangkau oleh kantong yang ngepas.

Pilihan pertamaku adalah sekolah alam. Kenapa? Karena Novel anak yang sangat aktif. Aku khawatir duduk diam di kelas akan mematikan potensinya atau malah menghambatnya dalam belajar. Selama ini ia mengikuti TK dengan sistem sentra sebagai sistem belajarnya. Dengan sistem sentra, ia berpindah-pindah dari satu sentra ke sentra yang lain. Ia memang bisa duduk tenang saat sedang berkonsentrasi mengerjakan tugas, biasanya menulis di buku, berhitung, membaca, dan tugas-tugas yang butuh konsentrasi lainnya. Tapi setelah tugasnya selesai, ia akan mulai berlari lagi. Saat pergantian sentra, ia pun berlari menuju sentra yang baru. Tak jarang ia kepeleset, kejedot, dan teman-temannya akibat lari-larian kesana kemari. Itulah sebabnya aku mencoba melirik ke sekolah alam.

Setelah browsing sana-sini, ternyata Sekolah Alam Bekasi direkomendasikan dengan harga terjangkau. Baiklah, aku akan coba cari-cari info tentang sekolah ini. Informasi tentang penerimaan siswa barunya aku dapetin dari kaskus. Dan wow! ternyata buatku yang penghasilannya pas2an ini, Sekolah Alam Bekasi masih termasuk MAHAL! Rasanya belum sanggup untuk bisa menyekolahkan anak di sini....sedihnya..tak bisa memberikan yang terbaik untuk putera tercinta.

Aku jadi berpikir. Seharusnya sekolah-sekolah alternatif ini bisa berdiri dengan harga terjangkau. Karena pendidikan adalah hak semua orang. Bukan hanya hak orang-orang kaya. Jika biaya pendidikan terus saja melangit seperti ini, pastinya hanya orang-orang kayalah yang memiliki akses menuju pendidikan berkualitas. Akibatnya, orang-orang yang tidak memiliki kecukupan finansial, harus menyerah pada pendidikan yang mungkin saja akan mematikan potensi besar si anak.

Aku tidak bilang pendidikan mahal sudah pasti akan memaksimalkan potensi siswa. Hampir tiap hari aku berhadapan dengan siswa yang membawa tas yang , kadang-kadang, malah lebih besar dari badannya sendiri. Ketika aku mencoba mengangkat tas mereka, aihhh berat banget! "Kamu bawa apaan aja sih, Dek?" Semua yang dia bawa adalah buku-buku yang dipelajari hari itu, juga LKS-LKS yang banyak banget. Setelah sekolah sekian lama, kemudian mereka juga harus ikut les, karena orangtua mereka tidak yakin, belajar di sekolah saja dapat menjamin mereka lulus UN.


Aku jadi berpikir, pendidikan seperti apa yang akan aku berikan kepada anakku? 

Bunda Yayah Komariah, penggiat dan pendiri komunitas homeschooling BERKEMAS bilang, "Kalo tujuannya cuma biar dapet ijazah, cukup setahun mempersiapkan diri untuk UN." Tuh, ga perlu 6 tahun, 3 tahun segala. Jadi waktu-waktu yang lain bisa digunakan untuk belajar yang lebih terfokus pada pengembangan kualitas diri. Bahkan kalo mau ijazah SBI dari Cambridge misalnya, ga perlu sampai 20-an juta, cuma perlu sekitar 500ribu dikali 6 pelajaran. Jadi totalnya sekitar 3 juta-an. Itu kalo cuma mau ijazah. Banyak juga homeschooler yang melanjutkan kuliah di luar negeri lho, walaupun hanya berbekal ijazah paket C. Jadi sebenarnya homeschooling adalah alternatif murah meriah yang berkualitas.

Pertanyaannya:
1. Sudah siapkah melakukan homeschooling?
2. Apakah homeschooling pilihan terbaik untuk Novel yang sangat suka bersosialisasi?

the next 2 do list:
1. Cari tahu tentang alternatif sekolah lain yang terjangkau
2. Cari tahu juga tentang homeschooling ini...

Cita-cita sekolah murah berkualitas masih jauh panggang dari api, tapi saya percaya di mana ada kemauan, di situ ada jalan...

Kenapa Malam Lebih Lama Dari Siang?

Pertanyaan aneh. "Maksudnya?" aku balik bertanya dengan setengah ngantuk. Biasa, menjelang tidur Novel jadi makin aktif ngocehnya. Imajinasinya melayang kemana-mana. "Iya, kenapa malam itu lebih lama dari siang?" ditanya malah mengulang pertanyaan. Ayo, Nesri, pikir! Apa maksud pertanyaan anakmu ini. Ngomongin lama sebentar, siang malam mah sama lamanya: 12 jam. Tapi kenapa Novel merasa malam lebih lama daripada siang, ya?

Mungkin karena ketika malam ia harus tidur yang jauh lebih lama daripada ketika siang. Jadinya dia berkesimpulan bahwa malam lebih lama daripada siang. "Coba bayangin, ibu punya buku, dicateeeeet aja terus. Capek kan?" Novel mulai menjelaskan. "Hmmm...." aku masih menantikan apa maksud dari analoginya ini. "Sama, usus kita juga kaya gitu. Kalo disuruh kerja terus, capek. Makanya, malam itu lebih lama daripada siang, biar ususnya bisa istirahat, jadi bisa mencerna makanan," kalau saja tidak sedang ngantuk, barangkali aku akan terlompat mendengar penjelasannya ini.

Dapat ide darimana anak ini? Aku memang sudah memberitahu bahwa perut kita berisi usus yang kerjanya mencerna makanan. Tapi darimana dia punya ide tentang usus yang istirahat?

Walaupun sebenarnya usus ga pernah istirahat. Gerakan peristaltik untuk mencerna makanan memang tak pernah berhenti dilakukan usus. Namun konsep "istirahat" yang berarti tidak ada makanan yang dimasukkan sehingga kerja usus lebih ringan dan pencernaan makanan jadi lebih sempurna, memang sudah diakui oleh para ahli. Itulah sebabnya kita tidak disarankan makan satu jam sebelum tidur.

Subhanallah! I Love You my son. Engkau adalah bukti nyata bahwa Allah Maha Cerdas.

Senin, 14 November 2011

Sholat Berjama'ah

"Adzan!" seru Raysa mendengar adzan yang berkumandang dari musholla di dekat rumah. "Ibu sholat?" Raysa bertanya dengan lidah cadelnya. "Iya," jawabku. "Yuk sholat, dede wudhu dulu," ia pun segera beranjak menuju kamar mandi. Raysa suka sekali diajak berwudhu. Entah karena memang suka sholat atau memang suka main air, tak ada anak-anak yang menolak main air hehehe.

Selesai Raysa wudhu, giliran ibunya yang wudhu. "Tungguin Novel!" tiba-tiba Novel berseru loncat dan langsung berlari ke kamar mandi. Dia pun ikut berwudhu dengan membasahi nyaris seluruh bagian kepalanya [aihhh..wudhu apa keramas nih?].
"Baju Novel mana, Bu?" Novel mencari baju kokonya. Biasanya Novel tidak pernah mau kalau diajak sholat. Entah mengapa kemarin dia semangat sekali ikutan sholat Zhuhur berjama'ah. Bahkan ia memakai baju kokonya sendiri tanpa bantuan. Kemudian menggelar sajadah sendiri dan ikut sholat di belakangku.

Berbunga-bunga bahagia mengenang kembali hari itu. Walaupun sholat masih sambil goyang kanan kiri, malah Raysa pake acara jalan-jalan keliling kamar. Tapi kedua permataku ini sudah mau diajak sholat jama'ah. Benar-benar kemajuan luar biasa.

"Nanti sholat Ashar, maghrib sama Isya kita jama'ah lagi ya...?" tawarku. "Tapi nanti Ibu bangunin kita," jawab Novel dengan semangat. Alhamdulillah...terimakasih ya Allah....

cerita pasar bau

hari ni ibu lagi ke pasar bau beli ayam dan lele sama udang terus beli ketupat terus lupa beli gurame tamat   

Minggu, 13 November 2011

novel ng ajarin dede

novel ng ajarin dede manjat  jenela dia manjat seedikit sedikit terus turun pengen digendong terus tamat

tentang ke pasar

ibu lagi kepasar beli sayur dan kung kang terus beli worter terus pulang

Fotografi Novel

hasil karya Novel dengan kamera VGA dari ponsel
Sejak tahu bagaimana cara memotret [kira menjelang usia 3 tahun], Novel sukaaaaa sekali memotret. Awalnya dengan kamera VGA dari ponsel. Lalu meningkat dengan menggunakan kamera digital. Tentu saja mula-mula hasil jepretannya sering tak ada gambarnya. Karena tidak fokus atau terlalu dekat ketika mengambil gambar. Akibatnya gambarnya menjadi tidak jelas dan blur... Tapi lama-kelamaan, bagus juga kok...malah keliatan cukup nyeni...[hahaha tentu saja bagi ibunya yang ga ngerti seni....]
Jepretan Novel dengan Kamera Digital
 Sepertinya Novel sangat perhatian dengan hal-hal detil. seperti lalat yang sedang nangkring di peci Novel ini.
Buku cerita Novel
Mungkin juga karena kamera digital sangat mudah dioperasikan, sehingga anak balita aja bisa menggunakannya.

sepeda Novel [masih roda 4]
Terimakasih pada kemajuan teknologi, sehingga Novel bisa berlagak jadi fotografer...wkwkwkwkwk

Selamat menikmati hasil karya Novel.....:)