Selasa, 15 November 2011

Kenapa Malam Lebih Lama Dari Siang?

Pertanyaan aneh. "Maksudnya?" aku balik bertanya dengan setengah ngantuk. Biasa, menjelang tidur Novel jadi makin aktif ngocehnya. Imajinasinya melayang kemana-mana. "Iya, kenapa malam itu lebih lama dari siang?" ditanya malah mengulang pertanyaan. Ayo, Nesri, pikir! Apa maksud pertanyaan anakmu ini. Ngomongin lama sebentar, siang malam mah sama lamanya: 12 jam. Tapi kenapa Novel merasa malam lebih lama daripada siang, ya?

Mungkin karena ketika malam ia harus tidur yang jauh lebih lama daripada ketika siang. Jadinya dia berkesimpulan bahwa malam lebih lama daripada siang. "Coba bayangin, ibu punya buku, dicateeeeet aja terus. Capek kan?" Novel mulai menjelaskan. "Hmmm...." aku masih menantikan apa maksud dari analoginya ini. "Sama, usus kita juga kaya gitu. Kalo disuruh kerja terus, capek. Makanya, malam itu lebih lama daripada siang, biar ususnya bisa istirahat, jadi bisa mencerna makanan," kalau saja tidak sedang ngantuk, barangkali aku akan terlompat mendengar penjelasannya ini.

Dapat ide darimana anak ini? Aku memang sudah memberitahu bahwa perut kita berisi usus yang kerjanya mencerna makanan. Tapi darimana dia punya ide tentang usus yang istirahat?

Walaupun sebenarnya usus ga pernah istirahat. Gerakan peristaltik untuk mencerna makanan memang tak pernah berhenti dilakukan usus. Namun konsep "istirahat" yang berarti tidak ada makanan yang dimasukkan sehingga kerja usus lebih ringan dan pencernaan makanan jadi lebih sempurna, memang sudah diakui oleh para ahli. Itulah sebabnya kita tidak disarankan makan satu jam sebelum tidur.

Subhanallah! I Love You my son. Engkau adalah bukti nyata bahwa Allah Maha Cerdas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar