Gubrax! Akhirnya muncul juga pertanyaan ini dari mulut Novel. Sebenarnya aku sudah lama menunggu-nunggu pertanyaan ini. Ketertarikan Novel terhadap masalah hubungan antara lawan jenis sudah terlihat sejak lama. Mulai dari ketika ia menyatakan bahwa ia punya 2 orang pacar, si kembar Dewi anak tetangga, cucunya Pak Guntur. Kami meresponnya dengan senyum-senyum ga jelas.
Pertanyaan yang muncul saat itu adalah, "Apakah sudah saatnya Novel dikenalkan tentang hubungan lawan jenis?" Umurnya menjelang 5 tahun ketika itu, rasanya masih terlalu kecil untuk membicarakan pacaran dan sejenisnya.
Teman bermain Novel melaporkan, "Masa tadi Novel nyium Dewi!" Alamak! Ngapain jadi cium-ciuman segala? Sebelum aku sempat berkomentar Novel sudah langsung menyambar, "Namanya juga sayang! Ya kan, Bu?" Aku senyum aja. Ga salah juga sih, bukannya kami juga mencium Novel dan Raysa sebagai ungkapan kasih sayang? "Emang kalo sama pacar musti sayang?" aku mencoba menggali pemikirannya tentang kata "pacar". "Ya iyalah, namanya juga pacar?" jawab Novel enteng. "Emang pacar itu apa sih?" tanyaku lagi. "Pacar itu temen yang paling kita sayang," Novel menjawab seadanya.
Saat masuk TK, Novel menambah satu lagi pacar. Namanya Icha, dia teman sekelas Novel. Menurut Novel, Icha ini banyak disukai teman-temannya. Menurut Mama Icha, Ahmad sering mendekati Icha dan langsung mengelus pipi Icha. Ya jelas saja, Icha jadi risih. Ketika dikonfirmasi ke gurunya, gurunya malah tidak tahu sama sekali. Di buku menulis Arab-nya, Novel menulis: Reza pacar Icha. Gurunya memberi 4 tanda tanya dengan spidol dan menunjukkannya pada Ayah. Kami pun tertawa ga jelas lagi.
Karena mendengar cerita Nabi Muhammad yang keren banget, Novel pun mengutarakan keinginannya untuk jadi seperti Nabi Muhammad yang sabar luar biasa. "Tapi kan Nabi Muhammad ga pernah pacaran," pancingku suatu hari. "Kalo ga pacaran, gimana kita mo nikah, hayyyyoooo..." we.....dapat pemikiran dari mana klo nikah wajib pacaran dulu? "Tapi Nabi Muhammad nikah ga pake pacaran tuuuuhhh..." jawabku. Dia diam saja. Tidak tahu apakah sedang mencerna kata-kataku atau malah bingung.
Hingga akhirnya tadi malam Novel menanyakan pertanyaan ini, "Pacaran itu sebenarnya apa sih, Bu?" Ga tahu musti jawab apa, "Pacaran itu sebenarnya tidak disukai oleh Allah."
"Kenapa?"
"Karena pacaran itu dekat dengan dosa, dekat dengan setan."
"Kenapa?"
"Karena Allah menyuruh kita menikah, daripada pacaran, lebih baik nikah aja."
"Kenapa kalo orang pacaran itu selalu sayang sama cowoknya?"
"Karena Allah menciptakan rasa sayang itu, dan rasa sayang itu seharusnya diungkapkan setelah menikah," ya ampun...kayanya bahasa berat banget nih...Novel ngerti ga ya...?
"Emang pacaran itu apa sih?"
Nah..yang ini aku bener-bener bingung jawabnya, "Pacaran itu berdua-duaan dengan orang yang bukan muhrimnya." Makin berat aja bahasanya....tolong aku ya Allah.
"Muhrim itu apa?"
"Muhrim itu orang yang tidak boleh dinikahi, seperti Ibu sama Novel, itu muhrim. Kalo Ibu tidur sekamar sama Novel ga pa-pa. Tapi kalo sama Ocha ga boleh, Ocha bukan muhrimnya Novel." Tuing tuing tuing....ngerti ga nih Novelnya....?
"Kenapa? Malu?"
"Ya. Malu!" yah jawaban simpel aja dulu. Malu. Ga salah juga kan? Kalo tidak salah ada hadis yang bilang, "Jika kamu khawatir perbuatanmu diketahui orang, maka itu adalah dosa." Khawatir perbuatan diketahui orang kan disebut "malu" juga.
Malam itu, percakapan kami berhenti sampai di situ. Novel sudah menguap berkali-kali dan matanya sudah sayu. Entah apalagi yang dipikirkannya sebelum tidur....
Menunggu pertanyaan Novel selanjutnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar