Kamis, 23 Februari 2012

Novel Sang Konselor

jangan nangis ya dek.....
Ingin tahu sebenarnya bagaimana pemikiran Novel mengenai siblings rivalry. Semenjak adiknya lahir, Novel terlihat cemburu sekali dan selalu ingin dapat perhatian lebih. Ia seperti tak rela kalau Raysa lebih disayang. Padahal itu tidak benar.

Masalahnya, Raysa belum semandiri Novel dalam melakukan apa pun. Tentu saja Raysa jadi lebih banyak dibantu daripada Novel. Bantuan ini sepertinya dianggap Novel sebagai bukti bahwa kami lebih sayang pada Raysa daripada Novel.

Malam itu aku bercerita. "Ibu kan punya adik, Ami," begitu aku memulai cerita. "Dulu ibu kira, Umi lebih sayang sama Ami daripada sama Ibu," lanjutku. "Mungkin karena adek Ibu masih kecil, jadinya apa-apa adek ibu yang duluan," Novel langsung menyambar. Aku tertegun, "Emang kalo masih kecil musti diduluin?" pancingku. "Iyalah, kan masih kecil, masih belum bisa apa-apa," jelas Novel, "Kan Ibu udah gede, Ibu harusnya jadi lebih pinter daripada Ami," Novel mulai menasihati. "Lihat aja, Ami bisa naik motor, Ibu ga bisa naik motor, masa Ibu kalah sama adek Ibu?" Novel mulai memotivasi. Aku masih tertegun...ga nyangka kalau ternyata sebenarnya apa yang kami katakan masuk ke dalam pikirannya.

Hhhh...anak-anak sebenarnya lebih dewasa dari yang kita kira ya....?
Sepertinya Novel berbakat nih jadi konselor.....hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar