"Yah..gitu, Bun..." kata Bu Rina, guru Novel. "Novel memang bagus sekali di bidang akademik, tapi pengendalian emosinya sangat kurang, juga ga bisa diem," begitulah kurang lebih kesimpulan dari hasil sekolah Novel selama satu semester di TK B.
Fiuuuhhh....kemampuan intelegensi yang tinggi ternyata tidak sejalan dengan kecerdasan emosionalnya. Baiklah, kita bisa bilang kemungkinan kecerdasan intelegensinya di atas teman-teman sebayanya, artinya IQ-nya termasuk tinggi. Tapi EQ-nya sama dengan teman sebayanya. Sepertinya kesenjangan ini yang memicu konflik yang membuat Novel jadi terlihat lebih agresif dan meledak-ledak.
Aku jadi teringat cerita dosen DTAR (Diagnosa dan Terapi Anak dan Remaja). Dia bercerita tentang seorang petenis perempuan yang menang Wimbledon di usia sangat muda (Winne Prakusya atau Angelique Wijaya, ya..lupa). Petenis ini masuk kliniknya di usia SD karena amsalah perilaku. Setelah didiagnosis, dosenku ini menyarankan treatment untuk menguras energinya. Karena anak ini suka main tenis, maka beliau menyarankan untuk menggenjot permainan tenisnya.
Bayangkan, dia sekolah dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang, lalu latihan tenis dari jam 4 sampai jam 6 sore. Setelah pulang dia masih harus mengerjakan PR, belajar buat ulangan, dan lain-lain pekerjaan sekolahnya. Dan masih dapat ranking satu di sekolahnya.
Dosenku itu bilang, banyak sekali kasus anak-anak cerdas yang kecerdasan intelegensinya tidak sejalan dengan kecerdasan emosinya. Itu sebabnya kita banyak melihat olahragawan-olahragawan berbakat berlaku emosional di lapangan. Beliau mencontohkan Taufik Hidayat yang memukulkan raketnya hingga patah di lapangan. Taufik juga cerdas di sekolahnya, tapi tampaknya kecerdasan emosinya tidak sejalan dengan kecerdasan intelegensinya.
Satu lagi yang jadi pertanyaan adalah imajinasinya. Gurunya mengakui bahwa daya imajinasi Novel luar biasa besar. Tetapi ketika diminta untuk mengungkapkannya dengan kata-kata, sepertinya ia kehilangan kata-kata. Ia tidak dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui kata-kata. Lagi-lagi ini soal kecerdasan emosi. Yang namanya energi ngga bisa hanya dipendam. Jika energi dipendam maka ia akan meledak dengan dahsyat. Pertanyaannya: ke manakah Novel menyalurkan imajinasinya? Bagaimana ia menyalurkan imajinasinya? Apakah perilakunya yang tidak bisa diam merupakan ekses dari imajinasinya yang tak tersalurkan?
Setiap kali circle, duduk melingkar bersama-sama mendengarkan Bu Guru, Novel selalu ga bisa diam. Saya menjelaskan, Novel adalah anak visual, dia butuh sesuatu untuk dilihat. Pada saat circle, yang digunakan sebagian besar adalah telinga. Aku meminta Bu Guru agar Novel didudukkan di tempat di mana ia bisa melihat orang yang berbicara. Atau diberikan sesuatu untuk membuatnya bergerak, misalnya biarkan ia memegang bolpoin atau pensil. Tapi hal itu tidak mungkin dilakukan karena akan mengganggu konsentrasi anak-anak yang lain.
Baiklah, masalah terbesarnya adalah kesenjangan antara IQ dan EQ yang sepertinya cukup besar. Walaupun kita masih belum tahu seberapa besar kesenjangan ini, karena butuh psikotes yang cukup mendalam untuk mengetahui hal ini. Apa perlu diajak ke psikolog ya Novel ini?
Apakah solusi untuk memperbaiki kesenjangan ini?
Apakah kesenjangan ini merupakan indikasi masalah?
Apakah Novel sudah memerlukan bantuan profesional untuk mengatasi masalah ini? (Jika memang ada masalah).
Apa yang harus aku lakukan sebagai orangtuanya?
Selasa, 27 Desember 2011
Ngambil Rapor Novel
Senin, 26 Desember 2011
Raysa si Auditorik Kinestetik
Sang Auditorik dan Sang Visual |
Raysa ga bisa diam. Kesukaannya pada irama dan suara, digabungkan dengan seluruh tubuhnya yang selalu bergerak menciptakan kombinasi yang hebat sebagai seorang penari. Raysa dapat menirukan gerakan (walau tidak sama persis karena keterbatasan gerakan motorik kasar dan halusnya) dengan cepat. Ia langsung melompat setelah melihat Barney melompat. Dia juga menirukan gerakan Dora ketika bernyanyi, "Berhasil, berhasil, hore!"
Motorik halus Raysa pun berkembang lebih cepat dibanding Novel. Raysa sudah dapat memegang pensil dengan benar, dengan cara yang benar memegang pensil untuk menulis, sejak pertama kali ia diketahui bisa memegang pensil. Raysa mahir sekali dengan gerakan menjumputnya. Persendian jarinya begitu elastis bahkan jari jempolnya bisa ditekuk 90 derajat seperti patah, tak ada satu pun di antara Ayah, Ibu, dan Novel yang bisa melakukan itu.
Aku melihat Raysa sebagai seorang auditorik kinestetik. Sesuatu yang membuatku sedikit kesulitan. Aku sendiri seorang visual. Nah lho....Raysa belajar melalui pendengarannya, dan aku belajar melalui penglihatan.
Akhirnya, aku pun banyak bernyanyi demi Raysa. Banyak menari demi Raysa. Cara-cara belajar yang dulu diterapkan untuk Novel sang visual harus diubah dan diganti dengan cara-cara belajar auditorik untuk memenuhi kebutuhan Raysa.
Raysa butuh stimulus auditorik untuk mengembangkan potensinya. Kalo dulu Novel banyak dibelikan CD-CD film, sekarang Raysa punya CD-CD lagu-lagu anak. Barney atau Dora yang punya banyak lagu anak-anak di dalamnya. Raysa bosan melihat filmnya, tapi selalu semangat mendengarkan lagunya. Ketika di Gramedia, Raysa tertarik sekali dengan Alqur'an yang bisa bicara keluaran Read Boy. Yah..aku sadar, ini cara belajar yang tepat untuk Raysa, tapi mungkin tahun depan ketika Raysa sudah lebih siap belajar huruf. Biar setahun ini persiapan dulu untuk mulai masuk playgrup tahun depan.
Satu pengalaman menarik ketika Raysa rewel ga bisa tidur malam-malam. Setelah dinyanyikan lagu nina bobo ga mempan, diajak bicara juga ga mempan, akhirnya aku bacakan hafalan juz 'Amma dari al-Nas sampai al-Nashr, barulah Raysa tertidur pulas hingga pagi.
Banyak orangtua yang merasa anaknya lamban sekali dalam belajar. Banyak juga guru yang kurang memahami siswanya dan langsung mengklaimnya lamban belajar atau yang parah: bodoh. Saya percaya bahwa potensi otak manusia sangatlah luar biasa. Sayangnya banyak di antara mereka tidak sadar dan kurang memahami, salah satunya adalah memahami gaya belajar ini.
Contoh mudahnya, cara belajar Iqra' yang mengandalkan keaktifan santri dan pemahamannya akan bentuk-bentuk huruf memang cocok sekali untuk anak-anak visual. Mungkin ini salah satu sebabnya mengapa Novel cepat sekali belajar Iqra', cara belajarnya cocok dengan cara belajar Novel. Tapi bagi anak kinestetik yang tidak betah diam dalam waktu lama, cara ini mungkin kurang tepat. Anak-anak kinestetik mungkin lebih tepat diberi alat bantu huruf-huruf hijaiyah dari spons atau plastik. Dengan membolak-balik huruf tersebut anak kinestetik dapat belajar dengan lebih cepat. Anak-anak auditorik mungkin lebih tepat dengan cara belajar Iqra' dengan menirukan bunyi. Di Iqra' 3, guru dilarang membunyikan mad, tapi hanya memberitahu bahwa yang ini panjang dan yang itu pendek. Cara belajar seperti ini mungkin agak menyulitkan buat anak auditorik karena dia belajar melalui suara.
Mari kita hargai potensi yang sudah diberikan Allah, tak perlu memaksa anak belajar dengan cara yang tidak disukainya, karena anak akan lebih mudah belajar dalam suasana bahagia. Let's make our family, a happy family....amiiiiinnnn :-)
Rabu, 21 Desember 2011
Agar-agar Melon Ala Novel
Awalnya Novel suka sekali membuat berbagai macam ramuan. Saos sambal ditambah kecap ditambah gula dan garam, jadilah masakan......antah berantah....hehehehe....Jadi daripada nyampur-nyampur bahan masakan ga karuan, dan ngabisin bahan makanan tanpa tujuan, mendingan disuruh masak beneran. Novel pun senang karena hasil ramuannya bisa dimakan.
Masakan yang paling mudah adalah agar-agar. Kali ini kita bikin agar-agar melon. Novel siapkan blendernya, Ibu potong-potong melonnya. Novel isi airnya lalu rhrhrhrh.....melon pun diblender. Setelah melon diblender, kemudian disaring. Tujuannya agar isi agar-agarnya nanti benar-benar halus....pasalnya Novel ga mau makan kalo agar-agarnya kurang halus.
Selesai disaring, tinggal ditambah air. Biar makin bergizi, masukkan juga telur dan santan. Novel yang kocok sendiri telurnya kemudian dicampur dengan santan. Gula pun di masukkan...dan agar-agar siap direbus.
Ini adalah agar-agar pertama yang hampir semuanya dikerjakan oleh Novel, kecuali bagian potong memotong dan masak di kompor. Kata Ayah, "Hmmm...Enak!"
Bahan:
1/8 Buah melon, kupas kulitnya blender hingga halus, saring
1 bungkus agar-agar instan (Novel pake agar-agar instan yang warna hijau)
1 butir telur, kocok sampai putihnya menyatu dengan kuningnya
setengah gelas santan kental (Novel pake santan instan kali ini) langsung kocok bersama telur
3 sendok sayur gula (biar gampang takarannya pake sendok sayur)
3 jumput garam (takarannya pake jumput jari tangan Novel), masukkan ke dalam telur dan kocok hingga tercampur
3 gelas air
Cara membuat:
1. Campurkan seluruh bahan ke dalam satu panci, aduk hingga rata.
2. Masak campuran bahan-bahan tadi hingga mendidih, jangan lupa sambil selalu diaduk-aduk agar tidak menggumpal. Kalau mau agar-agarnya agak keras, didihkan agak lama.
3. Siapkan cetakan agar-agar, pastikan cetakannya tidak basah maupun kotor.
4. Masukkan agar-agar yang sudah mendidih ke dalam cetakan.
5. Tunggu hingga adonan keras dan siap disantap.
Selamat Mencoba! Semoga Bermanfaat...:-)
Masakan yang paling mudah adalah agar-agar. Kali ini kita bikin agar-agar melon. Novel siapkan blendernya, Ibu potong-potong melonnya. Novel isi airnya lalu rhrhrhrh.....melon pun diblender. Setelah melon diblender, kemudian disaring. Tujuannya agar isi agar-agarnya nanti benar-benar halus....pasalnya Novel ga mau makan kalo agar-agarnya kurang halus.
Selesai disaring, tinggal ditambah air. Biar makin bergizi, masukkan juga telur dan santan. Novel yang kocok sendiri telurnya kemudian dicampur dengan santan. Gula pun di masukkan...dan agar-agar siap direbus.
Ini adalah agar-agar pertama yang hampir semuanya dikerjakan oleh Novel, kecuali bagian potong memotong dan masak di kompor. Kata Ayah, "Hmmm...Enak!"
Agar-agar Melon Ala Novel
Bahan:
1/8 Buah melon, kupas kulitnya blender hingga halus, saring
1 bungkus agar-agar instan (Novel pake agar-agar instan yang warna hijau)
1 butir telur, kocok sampai putihnya menyatu dengan kuningnya
setengah gelas santan kental (Novel pake santan instan kali ini) langsung kocok bersama telur
3 sendok sayur gula (biar gampang takarannya pake sendok sayur)
3 jumput garam (takarannya pake jumput jari tangan Novel), masukkan ke dalam telur dan kocok hingga tercampur
3 gelas air
Cara membuat:
1. Campurkan seluruh bahan ke dalam satu panci, aduk hingga rata.
2. Masak campuran bahan-bahan tadi hingga mendidih, jangan lupa sambil selalu diaduk-aduk agar tidak menggumpal. Kalau mau agar-agarnya agak keras, didihkan agak lama.
3. Siapkan cetakan agar-agar, pastikan cetakannya tidak basah maupun kotor.
4. Masukkan agar-agar yang sudah mendidih ke dalam cetakan.
5. Tunggu hingga adonan keras dan siap disantap.
Selamat Mencoba! Semoga Bermanfaat...:-)
Selasa, 20 Desember 2011
Charlie and The Chocolate Factory
Charlie and the Chocolate Factory aslinya adalah novel karangan Roald Dahl yang dirilis pada tahun 1964. Novel ini pertama kali difilmkan pada tahun 1971 dengan judul Willy Wonka and The Chocolate Factory yang kemudian diremake pada tahun 2005 dengan judul Charlie and The Chocolate Factory.
Yang kami tonton kemarin adalah filmnya yang dirilis tahun 2005 dan dibintangi oleh Johnny Depp (my favorite actor since 21 Jump Street) sebagai Willy Wonka. Film ini bercerita tentang Willy Wonka yang mengumumkan bahwa ia mengeluarkan 5 tiket emas di dalam batangan coklat Wonka. Siapa saja yang memiliki tiket ini berhak mendapatkan tur keliling pabrik permen Wonka dan persediaan coklat seumur hidup. Wow! siapa yang ga pengen.
Empat tiket emas sudah dimenangkan oleh anak-anak di seluruh dunia. Satu tiket jatuh ke tangan Augustus Gloop, bocah pecinta coklat dari Jerman. Ia sangat suka makan, Willy Wonka bilang, "I can see that, you're fat." Kata-kata ini termasuk penghinaan yang membuat Augustus Gloop terdiam seribu basa.
Tiket kedua jatuh ke tangan Veruca Salt dari Inggris. Ia adalah gadis kaya yang selalu dimanja. Kedua orangtuanya selalu menuruti keinginannya. Kelak di pabrik coklat ia akan menerima konsekuensi dari kemanjaannya ini.
Tiket ketiga didapatkan oleh Veronica Beauregarde dari Amerika Serikat. Ia selalu mengunyah permen karet. Bahkan ketika ia hendak mencoba makanan lain, ia mengeluarkan permen karetnya dan menempelkannya di belakang telinga. "Mengapa tidak kau buang saja?" tanya Charlie. Veronica menjawab, "Agar aku tidak menjadi pecundang sepertimu."
Mike Teavee adalah anak keempat yang tidak merasa terlalu beruntung telah mendapatkan tiket emas. Ia sedang sibuk main PS ketika kru televisi datang dan mewawancarainya tentang tiket emas. Dia hanya menjawab tak peduli.
Tiket kelima belum didapatkan. Charlie yang miskin hanya tertunduk menonton berita tentang tiket-tiket tersebut. Kakek Joe yang dulu pernah bekerja di pabrik Wonka memberikan Charlie kesempatan itu. Ia memberikan satu koin untuk membeli coklat Wonka.Charlie segera berlari keluar dan kembali lagi agar dapat membuka coklat itu bersama Kakek Joe. Dan walllaaaa! Tiket emas terakhir berhasil didapatkan.
Pertanyaan selanjutnya adalah: Siapa yang akan pergi bersama Charlie ke pabrik coklat?
Seluruh keluarga menginginkan Kakek Joe yang pergi. Tapi Charlie menunjuk ayahnya yang ikut serta pergi. Kemudian kakeknya yang lain berkata bahwa keluarga lebih berharga dari apa pun di dunia ini. Hanya orang bodoh yang menukarnya dengan uang yang banyak.
Akhirnya, Charlie pergi bersama kakek Joe ke pabrik coklat. Setelah masuk gerbang pabrik, mereka disambut oleh boneka-boneka yang berputar dan bernyanyi tentang kehebatan Willy Wonka. Di akhir lagu, kembang api yang memeriahkan perkenalan tersebut tanpa sengaja membakar boneka-boneka tersebut. Adegan ini terlihat cukup mengerikan walaupun yang terbakar hanya boneka. Namun penggambaran yang terlalu detil, boneka yang matanya terbakar, mukanya meleleh, cukup menyeramkan untuk anak-anak.
Selanjutnya mereka diajak masuk oleh Willy Wonka ke dalam pabriknya. Ruang pertama yang mereka masuki adalah ruang untuk mencampur coklat. Ruang ini terlihat seperti taman yang indah dengan sungai coklat yang mengalir di dalamnya. "Semua yang ada di sini bisa dimakan," begitu kata Willy Wonka. Labu-labu berisi manisan, cherry berupa permen, bahkan rumput-rumputnya pun adalah permen. Augustus Gloop begitu terpesona dan melupakan batang coklat yang dibawanya. Ia begitu rakus memakan semua yang ada, bahkan berlutut dan memakan rumput seperti kambing memakan rumput. Suatu pemandangan yang sama sekali tidak mendidik untuk anak-anak. Kemudian ia berusaha minum dari sungai coklat dan terjatuh ke dalamnya. "Tolong! Ia tidak bisa berenang!" teriak ibunya. Tapi Augustus terlanjur terhisap ke dalam pipa penyedot coklat dan dikirim ke ruang pembuatan fudge. Adegan ini agak menegangkan, namun di akhir cerita kita akan tahu bahwa Augustus baik-baik saja.
Selanjutnya, mereka semua diajak naik perahu berbentuk kuda laut yang dikemudikan oleh Oompa-Loompa, manusia-manusia pygmi yang dipekerjakan oleh Willy Wonka dengan coklat sebagai bayarannya. Perahu mereka melewati aliran sungai coklat yang deras. Perjalanan ini cukup menegangkan, seperti melewati arung jeram. Sepanjang perjalanan mereka melihat ruang-ruang lain. Salah satu ruang yang agak sadis ada ruang pembuatan Whipped Cream. Di ruang ini whipped cream (krim kocok) dibuat dengan mencambuk (whipping) sapi. Kalau kita menonton film yangs udah didubbing ke dalam bahasa Indonesia, permainan kata (whipped cream, whipped cow) ini tidak akan diketahui sehingga adegan ini akan terlihat sadis bagi anak-anak.
Ruang berikutnya adalah ruang riset Wonka (the inventing room). Di ruang ini Wonka melakukan eksperimen-eksperimen untuk mendapatkan berbagai macam permen yang menarik. Salah satu permen yang menarik bagi Veronica adalah Three Course Dinner Gum alias permen karet tiga macam makan malam. Dengan memakan satu permen karet ini, maka kita akan merasakan tiga macam makan malam. Tapi permen karet ini belum sempurna. Begitu yang memakannya merasa makanan penutupnya, Blueberry Pie, maka orang yang memakannya akan menggelembung dan menjadi blueberry. Veronica tidak mempedulikan peringakan Wonka dan memakan permen karet ini. Ia pun menggelembung dan terpaksa mengakhiri perjalanannya di ruang jus. Menurut Wonka, jusnya harus segera dikeluarkan agar Veronica dapat kembali seperti semula. Veronica akhirnya dapat kembali seperti semula, namun tetap dengan kulit biru dan tubuh yang sangat elastis.
Selanjutnya Wonka mengajak mereka ke ruang kacang (the nut room). Di ruang ini sepasukan tupai memilah kacang dan mengupasnya tanpa lelah. Veruca sangat tertarik dengan tupai-tupai cerdas itu. Ia memaksa untuk memiliki salah satunya. Tanpa mempedulikan peringatan Wonka, Veruca masuk ke area tupai dan berusaha mengambil salah satu tupai. Tupai-tupai marah dan menyerang Veruca. Ayahnya panik, namun Willy Wonka seperti memperlambat untuk menemukan kunci pintu masuk ke area tupai. Tupai kemudian memeriksa kepala Veruca seperti memeriksa kacang. Para Tupai memutuskan bahwa Veruca adalah kacang busuk dan memasukkannya ke dalam tempat sampah. Ayahnya pun akhirnya ikut masuk ke dalam tempat sampah. Oompa-Loompa menyanyikan lagu yang intinya menceritakan bahwa sang ayah pun ikut bersalah karena sudah memanjakan Veruca, karenanya juga pantas masuk ke tempat sampah. Di akhir cerita mereka berdua keluar dengan berlumuran sampah, namun secara fisik baik-baik saja.
Selanjutnya hanya tinggal Mike Teave dan Charlie Bucket. Willy Wonka mengajak mereka berdua masuk ke dalam suatu lift yang bisa bergerak ke mana saja. Ke atas, ke bawah, ke samping dan ke arah mana pun yang bisa terpikirkan. Dinding lift ini dipenuhi dengan tombol-tombol yang menunjukkan ruang yang dituju. Salah satu ruangan merupakan semacam rumahsakit bagi luka bakar. Di situ diperlihatkan boneka yang terbakar di awal perjalanan. Ruangan ini agak mengerikan sebenarnya.
Setelah berkelana dari satu ruangan ke ruangan lain, akhirnya Mike Teave memilih untuk berhenti di ruang televisi. Di ruang ini, Willy Wonka sedang melakukan eksperimen mutakhirnya: pengiriman coklat melalui televisi. Coklat yang superbesar diperkecil, lalu dikirim ke seluruh televisi di dunia. Di televisi coklat tersebut muncul dengan ukuran normal dan langsung dapat diambil dan dimakan. Mike sangat terpesona dengan penemuan ini dan memaksa mengirimkan dirinya sendiri ke dalam televisi tanpa mempedulikan peringatan Wonka. Mike pun mengecil hingga hanya seinchi tingginya. Wonka kemudian mengirimkannya ke ruang peregangan. Sayangnya peregangan itu terlalu berlebihan sehingga Mike menjadi sangat tinggi dan sangat tipis di akhir cerita.
Akhirnya hanya tinggal Charlie sendiri. Wonka menyelamatinya dan mengajaknya masuk ke dalam lift ke mana saja. Dengan lift tersebut, Wonka mengantar Charlie pulang. Lift langsung masuk menerobos rumah Charlie dari atas sehingga merusak sebagian rumah sederhana itu. Setelah sampai, Wonka berkenalan dengan seluruh keluarga Charlie dan mengatakan bahwa hadiah sesungguhnya adalah seluruh pabrik coklat miliknya. Namun dengan syarat: Charlie harus meninggalkan keluarganya. Menurut Wonka, tak mungkin mengurus seluruh pabrik coklat tanpa meninggalkan keluarganya.
Charlie menolak tawaran tersebut. "Aku tak akan menukar keluargaku dengan uang berapa pun jumlahnya," begitu katanya. Wonka pun pergi dengan kecewa.
Setelah Wonka pergi, keluarga Charlie kembali menjalani kehidupan mereka dengan bahagia. Hanya Wonka yang tidak bahagia. Permen-permen baru ciptaannya tidak ada yang berhasil di pasaran. Ia pun menjadi seorang yang menyedihkan. Akhirnya Wonka memutuskan untuk mengakhiri kesedihannya dengan menemui Charlie.
Charlie ketika itu sedang bekerja menyemir sepatu. Ia tidak tahu bahwa pelanggannya adalah Willy Wonka. Charlie lalu menyarankan untuk memperbaiki hubungannya dengan sang ayah yang adalah seorang dokter gigi. Mereka kemudian naik lift ke mana saja menemui ayah Wonka.
Wonka akhirnya bertemu ayahnya dan memperbaiki hubungannnya dengan sang ayah. Di akhir cerita, Cahrlie akhirnya menjadi pewaris Wonka dan Wonka menemukan kembali makna keluarga yang sesungguhnya.
Film ini sebenarnya masuk ke dalam genre film anak-anak. Tiap-tiap perilaku buruk di film ini mendapatkan konsekuensi yang cenderung terlihat sadis dan mengerikan. Dan kesimpulan akhirnya: Tak ada yang lebih berharga daripada keluarga, merupakan nilai pendidikan yang juga baik ditularkan untuk anak-anak.
Namun penggambaran yang aneh dan sangat imajinatif bahkan beberapa cenderung sadis, membuat film ini menjadi film anak-anak dengan bimbingan penuh dari orangtua.Agar anak-anak, terutama anak-anak yang masih kecil tidak mengalami salah paham mengenai adegan-adegan imajinatif di film ini.
Yang kami tonton kemarin adalah filmnya yang dirilis tahun 2005 dan dibintangi oleh Johnny Depp (my favorite actor since 21 Jump Street) sebagai Willy Wonka. Film ini bercerita tentang Willy Wonka yang mengumumkan bahwa ia mengeluarkan 5 tiket emas di dalam batangan coklat Wonka. Siapa saja yang memiliki tiket ini berhak mendapatkan tur keliling pabrik permen Wonka dan persediaan coklat seumur hidup. Wow! siapa yang ga pengen.
Tiket kedua jatuh ke tangan Veruca Salt dari Inggris. Ia adalah gadis kaya yang selalu dimanja. Kedua orangtuanya selalu menuruti keinginannya. Kelak di pabrik coklat ia akan menerima konsekuensi dari kemanjaannya ini.
Tiket ketiga didapatkan oleh Veronica Beauregarde dari Amerika Serikat. Ia selalu mengunyah permen karet. Bahkan ketika ia hendak mencoba makanan lain, ia mengeluarkan permen karetnya dan menempelkannya di belakang telinga. "Mengapa tidak kau buang saja?" tanya Charlie. Veronica menjawab, "Agar aku tidak menjadi pecundang sepertimu."
Mike Teavee adalah anak keempat yang tidak merasa terlalu beruntung telah mendapatkan tiket emas. Ia sedang sibuk main PS ketika kru televisi datang dan mewawancarainya tentang tiket emas. Dia hanya menjawab tak peduli.
Tiket kelima belum didapatkan. Charlie yang miskin hanya tertunduk menonton berita tentang tiket-tiket tersebut. Kakek Joe yang dulu pernah bekerja di pabrik Wonka memberikan Charlie kesempatan itu. Ia memberikan satu koin untuk membeli coklat Wonka.Charlie segera berlari keluar dan kembali lagi agar dapat membuka coklat itu bersama Kakek Joe. Dan walllaaaa! Tiket emas terakhir berhasil didapatkan.
Pertanyaan selanjutnya adalah: Siapa yang akan pergi bersama Charlie ke pabrik coklat?
Seluruh keluarga menginginkan Kakek Joe yang pergi. Tapi Charlie menunjuk ayahnya yang ikut serta pergi. Kemudian kakeknya yang lain berkata bahwa keluarga lebih berharga dari apa pun di dunia ini. Hanya orang bodoh yang menukarnya dengan uang yang banyak.
Akhirnya, Charlie pergi bersama kakek Joe ke pabrik coklat. Setelah masuk gerbang pabrik, mereka disambut oleh boneka-boneka yang berputar dan bernyanyi tentang kehebatan Willy Wonka. Di akhir lagu, kembang api yang memeriahkan perkenalan tersebut tanpa sengaja membakar boneka-boneka tersebut. Adegan ini terlihat cukup mengerikan walaupun yang terbakar hanya boneka. Namun penggambaran yang terlalu detil, boneka yang matanya terbakar, mukanya meleleh, cukup menyeramkan untuk anak-anak.
Selanjutnya mereka diajak masuk oleh Willy Wonka ke dalam pabriknya. Ruang pertama yang mereka masuki adalah ruang untuk mencampur coklat. Ruang ini terlihat seperti taman yang indah dengan sungai coklat yang mengalir di dalamnya. "Semua yang ada di sini bisa dimakan," begitu kata Willy Wonka. Labu-labu berisi manisan, cherry berupa permen, bahkan rumput-rumputnya pun adalah permen. Augustus Gloop begitu terpesona dan melupakan batang coklat yang dibawanya. Ia begitu rakus memakan semua yang ada, bahkan berlutut dan memakan rumput seperti kambing memakan rumput. Suatu pemandangan yang sama sekali tidak mendidik untuk anak-anak. Kemudian ia berusaha minum dari sungai coklat dan terjatuh ke dalamnya. "Tolong! Ia tidak bisa berenang!" teriak ibunya. Tapi Augustus terlanjur terhisap ke dalam pipa penyedot coklat dan dikirim ke ruang pembuatan fudge. Adegan ini agak menegangkan, namun di akhir cerita kita akan tahu bahwa Augustus baik-baik saja.
Selanjutnya, mereka semua diajak naik perahu berbentuk kuda laut yang dikemudikan oleh Oompa-Loompa, manusia-manusia pygmi yang dipekerjakan oleh Willy Wonka dengan coklat sebagai bayarannya. Perahu mereka melewati aliran sungai coklat yang deras. Perjalanan ini cukup menegangkan, seperti melewati arung jeram. Sepanjang perjalanan mereka melihat ruang-ruang lain. Salah satu ruang yang agak sadis ada ruang pembuatan Whipped Cream. Di ruang ini whipped cream (krim kocok) dibuat dengan mencambuk (whipping) sapi. Kalau kita menonton film yangs udah didubbing ke dalam bahasa Indonesia, permainan kata (whipped cream, whipped cow) ini tidak akan diketahui sehingga adegan ini akan terlihat sadis bagi anak-anak.
Ruang berikutnya adalah ruang riset Wonka (the inventing room). Di ruang ini Wonka melakukan eksperimen-eksperimen untuk mendapatkan berbagai macam permen yang menarik. Salah satu permen yang menarik bagi Veronica adalah Three Course Dinner Gum alias permen karet tiga macam makan malam. Dengan memakan satu permen karet ini, maka kita akan merasakan tiga macam makan malam. Tapi permen karet ini belum sempurna. Begitu yang memakannya merasa makanan penutupnya, Blueberry Pie, maka orang yang memakannya akan menggelembung dan menjadi blueberry. Veronica tidak mempedulikan peringakan Wonka dan memakan permen karet ini. Ia pun menggelembung dan terpaksa mengakhiri perjalanannya di ruang jus. Menurut Wonka, jusnya harus segera dikeluarkan agar Veronica dapat kembali seperti semula. Veronica akhirnya dapat kembali seperti semula, namun tetap dengan kulit biru dan tubuh yang sangat elastis.
Selanjutnya Wonka mengajak mereka ke ruang kacang (the nut room). Di ruang ini sepasukan tupai memilah kacang dan mengupasnya tanpa lelah. Veruca sangat tertarik dengan tupai-tupai cerdas itu. Ia memaksa untuk memiliki salah satunya. Tanpa mempedulikan peringatan Wonka, Veruca masuk ke area tupai dan berusaha mengambil salah satu tupai. Tupai-tupai marah dan menyerang Veruca. Ayahnya panik, namun Willy Wonka seperti memperlambat untuk menemukan kunci pintu masuk ke area tupai. Tupai kemudian memeriksa kepala Veruca seperti memeriksa kacang. Para Tupai memutuskan bahwa Veruca adalah kacang busuk dan memasukkannya ke dalam tempat sampah. Ayahnya pun akhirnya ikut masuk ke dalam tempat sampah. Oompa-Loompa menyanyikan lagu yang intinya menceritakan bahwa sang ayah pun ikut bersalah karena sudah memanjakan Veruca, karenanya juga pantas masuk ke tempat sampah. Di akhir cerita mereka berdua keluar dengan berlumuran sampah, namun secara fisik baik-baik saja.
Selanjutnya hanya tinggal Mike Teave dan Charlie Bucket. Willy Wonka mengajak mereka berdua masuk ke dalam suatu lift yang bisa bergerak ke mana saja. Ke atas, ke bawah, ke samping dan ke arah mana pun yang bisa terpikirkan. Dinding lift ini dipenuhi dengan tombol-tombol yang menunjukkan ruang yang dituju. Salah satu ruangan merupakan semacam rumahsakit bagi luka bakar. Di situ diperlihatkan boneka yang terbakar di awal perjalanan. Ruangan ini agak mengerikan sebenarnya.
Setelah berkelana dari satu ruangan ke ruangan lain, akhirnya Mike Teave memilih untuk berhenti di ruang televisi. Di ruang ini, Willy Wonka sedang melakukan eksperimen mutakhirnya: pengiriman coklat melalui televisi. Coklat yang superbesar diperkecil, lalu dikirim ke seluruh televisi di dunia. Di televisi coklat tersebut muncul dengan ukuran normal dan langsung dapat diambil dan dimakan. Mike sangat terpesona dengan penemuan ini dan memaksa mengirimkan dirinya sendiri ke dalam televisi tanpa mempedulikan peringatan Wonka. Mike pun mengecil hingga hanya seinchi tingginya. Wonka kemudian mengirimkannya ke ruang peregangan. Sayangnya peregangan itu terlalu berlebihan sehingga Mike menjadi sangat tinggi dan sangat tipis di akhir cerita.
Akhirnya hanya tinggal Charlie sendiri. Wonka menyelamatinya dan mengajaknya masuk ke dalam lift ke mana saja. Dengan lift tersebut, Wonka mengantar Charlie pulang. Lift langsung masuk menerobos rumah Charlie dari atas sehingga merusak sebagian rumah sederhana itu. Setelah sampai, Wonka berkenalan dengan seluruh keluarga Charlie dan mengatakan bahwa hadiah sesungguhnya adalah seluruh pabrik coklat miliknya. Namun dengan syarat: Charlie harus meninggalkan keluarganya. Menurut Wonka, tak mungkin mengurus seluruh pabrik coklat tanpa meninggalkan keluarganya.
Charlie menolak tawaran tersebut. "Aku tak akan menukar keluargaku dengan uang berapa pun jumlahnya," begitu katanya. Wonka pun pergi dengan kecewa.
Setelah Wonka pergi, keluarga Charlie kembali menjalani kehidupan mereka dengan bahagia. Hanya Wonka yang tidak bahagia. Permen-permen baru ciptaannya tidak ada yang berhasil di pasaran. Ia pun menjadi seorang yang menyedihkan. Akhirnya Wonka memutuskan untuk mengakhiri kesedihannya dengan menemui Charlie.
Charlie ketika itu sedang bekerja menyemir sepatu. Ia tidak tahu bahwa pelanggannya adalah Willy Wonka. Charlie lalu menyarankan untuk memperbaiki hubungannya dengan sang ayah yang adalah seorang dokter gigi. Mereka kemudian naik lift ke mana saja menemui ayah Wonka.
Wonka akhirnya bertemu ayahnya dan memperbaiki hubungannnya dengan sang ayah. Di akhir cerita, Cahrlie akhirnya menjadi pewaris Wonka dan Wonka menemukan kembali makna keluarga yang sesungguhnya.
Film ini sebenarnya masuk ke dalam genre film anak-anak. Tiap-tiap perilaku buruk di film ini mendapatkan konsekuensi yang cenderung terlihat sadis dan mengerikan. Dan kesimpulan akhirnya: Tak ada yang lebih berharga daripada keluarga, merupakan nilai pendidikan yang juga baik ditularkan untuk anak-anak.
Namun penggambaran yang aneh dan sangat imajinatif bahkan beberapa cenderung sadis, membuat film ini menjadi film anak-anak dengan bimbingan penuh dari orangtua.Agar anak-anak, terutama anak-anak yang masih kecil tidak mengalami salah paham mengenai adegan-adegan imajinatif di film ini.
Maaf Ya....
Kemarin adalah hari yang sangat melelahkan. Padahal sedang liburan, tapi entah mengapa, malamnya tubuh ini terasa sangat lelah. Mata sulit sekali diajak terbuka. Jam 8 malam aku sudah mapan di tempat tidur. Novel dan Raysa masih asyik nonton si Mamat, tapi aku sudah tak kuat lagi menemani mereka. Akhirnya memilih kasur sambil berharap si Mamat benar-benar tontonan yang children safe."Kalo Mamat-nya dah abis, matiin tivinya ya Novel," begitu saja pesanku sebelum memejamkan mata.
Setelah si Mamat berakhir, Novel langsung mematikan televisi dan tidur di sampingku. "Lampunya belom dimatikan," aku mengingatkan. "O, iya," Novel bangun lagi dan mematikan lampu ruang tengah. "Lampu kamar?" tanyaku. "Ya...kan mau cerita," kami memang biasa membaca cerita sebelum tidur. Tapi hari ini rasanya aku tak sanggup lagi, "Ibu capek banget, Novel, ga bisa cerita." "Ya udah," jawab Novel ringan.
Tumben, pikirku. Biasanya Novel akan memaksa agar dibacakan cerita. Tapi hari ini berbeda. Luar biasa.
Setelah mematikan lampu, aku bisikkan di telinganya, "Maaf ya...hari ini Ibu ga bisa cerita." Novel menjawab dengan sangat dewasa, "Ga pa-pa." Aihhhh...terharunya....Anakku sudah besar sekarang. Bahkan menjelang tidur pun ia tidak lagi rewel.
Ternyata, jika diajak bicara dewasa, anak-anak pun dapat bersikap dewasa. Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu perlu dipelajari. Segala puji bagi-Mu ya Allah, Sang Maha Pencipta, Maha Pengasih, Maha Penyayang....
Setelah si Mamat berakhir, Novel langsung mematikan televisi dan tidur di sampingku. "Lampunya belom dimatikan," aku mengingatkan. "O, iya," Novel bangun lagi dan mematikan lampu ruang tengah. "Lampu kamar?" tanyaku. "Ya...kan mau cerita," kami memang biasa membaca cerita sebelum tidur. Tapi hari ini rasanya aku tak sanggup lagi, "Ibu capek banget, Novel, ga bisa cerita." "Ya udah," jawab Novel ringan.
Tumben, pikirku. Biasanya Novel akan memaksa agar dibacakan cerita. Tapi hari ini berbeda. Luar biasa.
Setelah mematikan lampu, aku bisikkan di telinganya, "Maaf ya...hari ini Ibu ga bisa cerita." Novel menjawab dengan sangat dewasa, "Ga pa-pa." Aihhhh...terharunya....Anakku sudah besar sekarang. Bahkan menjelang tidur pun ia tidak lagi rewel.
Ternyata, jika diajak bicara dewasa, anak-anak pun dapat bersikap dewasa. Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu perlu dipelajari. Segala puji bagi-Mu ya Allah, Sang Maha Pencipta, Maha Pengasih, Maha Penyayang....
Label:
catatan harian,
parenting,
pendidikan
Senin, 19 Desember 2011
Huruf U Buat Raysa
aaaaaaSKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKIIIIIIIIIIIIIXXXXXXXXXX
js
XXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXX32KKUK
NM,cCZmxmxAAXXAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAq
bbbbbbb
JJ JNRTTTGTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
LKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK
HHHHHHHHH,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,................................................................................................................
JUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU
Alhamdulillah! setelah sekian lama akhirnya Raysa tahu huruf U. Tadi dia menulis di buku gambar, "Huruf U!" serunya dengan lidah cadel. Ternyata huruf pertama Raysa adalah U...xixixi...walaupun huruf U-nya lebih mirip V, tapi dia sudah mengerti huruf U.
Ini langkah awal, seperti langkah-langkah awal lainnya...masih banyak celah yang mungkin membuatnya terjatuh. Tapi sebagaimana langkah awal lainnya, hal tersulit telah terlampaui....yoooo! maju terus Raysa!
js
XXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXX32KKUK
NM,cCZmxmxAAXXAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAq
bbbbbbb
JJ JNRTTTGTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
LKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK
HHHHHHHHH,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,................................................................................................................
JUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU
Alhamdulillah! setelah sekian lama akhirnya Raysa tahu huruf U. Tadi dia menulis di buku gambar, "Huruf U!" serunya dengan lidah cadel. Ternyata huruf pertama Raysa adalah U...xixixi...walaupun huruf U-nya lebih mirip V, tapi dia sudah mengerti huruf U.
Ini langkah awal, seperti langkah-langkah awal lainnya...masih banyak celah yang mungkin membuatnya terjatuh. Tapi sebagaimana langkah awal lainnya, hal tersulit telah terlampaui....yoooo! maju terus Raysa!
Kamis, 15 Desember 2011
Dino Dan, When Dinosaurs Are Here
I
Ini tentang serial TV yang judulnya Dino Dan. Ceritanya tentang seorang anak bernama Dan. Dan berusia kurang lebih 8 atau 9 tahun...yah seusia Ben 10 ketika pertama kali muncul. Dan sangat terobsesi dengan Dinosaurus. Sepertinya yang ada di kepalanya hanya Dinosaurus. Ia punya satu buku panduan dinosaurus yang berisi tentang segala sesuatu mengenai dinosaurus. Di tiap episodenya, Dan selalu punya pertanyaan baru tentang Dinosaurus, seperti apakah T-rex hewan nocturnal? Dinosaurus mana yang tercepat? Dinosaurus mana yang berdarah panas?Untuk menjawab setiap pertanyaan, ia melakukan semacam penelitian kecil-kecilan, tentu saja dengan prinsip-prinsip metode ilmiah.Yang menarik di serial ini adalah pengenalan terhadap metode ilmiah dengan cara yang menyenangkan. Penelitian dibuat menjadi semacam permainan detektif yang sangat menyenangkan. Banyak pengetahuan baru terutama tentang dinosaurus di serial ini. Beberapa kali disisipkan juga tentang evolusi.
Yang agak membingungkan mungkin adalah kaburnya antara imajinasi dan realitas. Di serial ini, dinosaurus seakan hidup di masa ini. Dan bisa bermain-main dan melakukan eksperimen dengan para dinosaurus menjadi bahan eksperimennya. Entahlah, apakah ini baik untuk anak atau tidak.
Tapi Novel suka nonton serial ini. Tiap kali nonton, kalo ngga dapat istilah baru, ia dapat insight baru. Well...selain masalah berbaurnya imajinasi dan realitas, dan kemungkinan Dan mengalami gangguan halusinasi [lebay ga sih....] serial ini cukup menarik dan memberi pengetahuan untuk anak-anak. Walau bagaimana pun, pendampingan tetap wajib agar kita tahu apa yang ditangkap oleh anak dan kalau ada salah paham bisa langsung diperbaiki....:-)
Langganan:
Postingan (Atom)