Sang Auditorik dan Sang Visual |
Raysa ga bisa diam. Kesukaannya pada irama dan suara, digabungkan dengan seluruh tubuhnya yang selalu bergerak menciptakan kombinasi yang hebat sebagai seorang penari. Raysa dapat menirukan gerakan (walau tidak sama persis karena keterbatasan gerakan motorik kasar dan halusnya) dengan cepat. Ia langsung melompat setelah melihat Barney melompat. Dia juga menirukan gerakan Dora ketika bernyanyi, "Berhasil, berhasil, hore!"
Motorik halus Raysa pun berkembang lebih cepat dibanding Novel. Raysa sudah dapat memegang pensil dengan benar, dengan cara yang benar memegang pensil untuk menulis, sejak pertama kali ia diketahui bisa memegang pensil. Raysa mahir sekali dengan gerakan menjumputnya. Persendian jarinya begitu elastis bahkan jari jempolnya bisa ditekuk 90 derajat seperti patah, tak ada satu pun di antara Ayah, Ibu, dan Novel yang bisa melakukan itu.
Aku melihat Raysa sebagai seorang auditorik kinestetik. Sesuatu yang membuatku sedikit kesulitan. Aku sendiri seorang visual. Nah lho....Raysa belajar melalui pendengarannya, dan aku belajar melalui penglihatan.
Akhirnya, aku pun banyak bernyanyi demi Raysa. Banyak menari demi Raysa. Cara-cara belajar yang dulu diterapkan untuk Novel sang visual harus diubah dan diganti dengan cara-cara belajar auditorik untuk memenuhi kebutuhan Raysa.
Raysa butuh stimulus auditorik untuk mengembangkan potensinya. Kalo dulu Novel banyak dibelikan CD-CD film, sekarang Raysa punya CD-CD lagu-lagu anak. Barney atau Dora yang punya banyak lagu anak-anak di dalamnya. Raysa bosan melihat filmnya, tapi selalu semangat mendengarkan lagunya. Ketika di Gramedia, Raysa tertarik sekali dengan Alqur'an yang bisa bicara keluaran Read Boy. Yah..aku sadar, ini cara belajar yang tepat untuk Raysa, tapi mungkin tahun depan ketika Raysa sudah lebih siap belajar huruf. Biar setahun ini persiapan dulu untuk mulai masuk playgrup tahun depan.
Satu pengalaman menarik ketika Raysa rewel ga bisa tidur malam-malam. Setelah dinyanyikan lagu nina bobo ga mempan, diajak bicara juga ga mempan, akhirnya aku bacakan hafalan juz 'Amma dari al-Nas sampai al-Nashr, barulah Raysa tertidur pulas hingga pagi.
Banyak orangtua yang merasa anaknya lamban sekali dalam belajar. Banyak juga guru yang kurang memahami siswanya dan langsung mengklaimnya lamban belajar atau yang parah: bodoh. Saya percaya bahwa potensi otak manusia sangatlah luar biasa. Sayangnya banyak di antara mereka tidak sadar dan kurang memahami, salah satunya adalah memahami gaya belajar ini.
Contoh mudahnya, cara belajar Iqra' yang mengandalkan keaktifan santri dan pemahamannya akan bentuk-bentuk huruf memang cocok sekali untuk anak-anak visual. Mungkin ini salah satu sebabnya mengapa Novel cepat sekali belajar Iqra', cara belajarnya cocok dengan cara belajar Novel. Tapi bagi anak kinestetik yang tidak betah diam dalam waktu lama, cara ini mungkin kurang tepat. Anak-anak kinestetik mungkin lebih tepat diberi alat bantu huruf-huruf hijaiyah dari spons atau plastik. Dengan membolak-balik huruf tersebut anak kinestetik dapat belajar dengan lebih cepat. Anak-anak auditorik mungkin lebih tepat dengan cara belajar Iqra' dengan menirukan bunyi. Di Iqra' 3, guru dilarang membunyikan mad, tapi hanya memberitahu bahwa yang ini panjang dan yang itu pendek. Cara belajar seperti ini mungkin agak menyulitkan buat anak auditorik karena dia belajar melalui suara.
Mari kita hargai potensi yang sudah diberikan Allah, tak perlu memaksa anak belajar dengan cara yang tidak disukainya, karena anak akan lebih mudah belajar dalam suasana bahagia. Let's make our family, a happy family....amiiiiinnnn :-)
bagus sekali, kembangkan dan pelajari terus sehingga kita memenuhi kebutuhannya dan dapat dikembangkan bakatnya dan memudahkan nya dalam belajar, semoga mereka menjadi anak-anak yang pintar dan berkembang sesuai dengan bakatnya masing-masing
BalasHapusamiiinn...semoga Raysa dan Novel jadi anak-anak yang sholeh dan bahagia dunia akhirat...amiiinnn..
BalasHapus