Akhirnya....berhasil juga tinggal di rumah sendiri. Akhir Juni kemarin kami sekeluarga pindah ke Bogor...tepatnya di pinggiran Kabupaten Bogor, Cilebut namanya. Di sini kami tinggal di perumahan dengan rumah tipe 36 yang direnovasi dengan menutup halaman belakang jadi bertambah kurang lebih 5 meteran.
Tentu saja...aku bersyukur sekali, tak henti-hentinya mengucap syukur ke hadirat Ilahi karena atas perkenan Allah-lah semua ini terjadi. Tentu...karena aku sudah paham perbedaan antara ngontrak dengan tinggal di rumah sendiri.
Tapi bagi Novel, ini hal yang berat. Rumah yang kami kontrak dulu sangat luas. Di terasnya Novel bisa berputar-putar dengan sepedanya, dia bisa berlari dari depan hingga dapur. Ruang tengahnya terpisah dari ruang tamu dan dia bebas bermain sesukanya di ruang tengah.
Rumah yang sekarang ruang tamu dan ruang tengah jadi satu. Ruang belakang belum dikeramik sehingga otomatis yang bisa dipakai hanya dua buah kamar dan ruang tamu. Ruang belakang difungsikan sebagai tempat penyimpanan barang, dapur, tempat mencuci, dan ruang menjemur.
Hari-hari pertama dilalui dengan protes berkepanjangan tentang betapa jeleknya rumah di bogor, bagusan rumah yang di Kranji, dan seterusnya. Ibu dan ayah pun terus menerus menyuntikkan tentang pentingnya bersyukur ditambah dengan rencana rumah ini nantinya. "Nih, nanti di sini kita bikin kolam, kita bikin taman, trus nanti rumahnya ditingkat, kamar Novel nanti ada di atas," Dengan begini tampaknya kesedihan Novel sedikit terobati. Ia mulai berangan-angan tentang rumahnya nantinya, juga kamarnya nantinya, juga taman dan kolam ikannya.
Alhamdulillah, kini Novel sudah mulai bisa bahagia di rumah. Apalagi setelah ditanam rerumputan dan pohon mangga di depan rumah. Bahkan kalau sedang iseng, Novel ikut mencabuti rumput-rumput liar yang mengganggu pemandangan di depan rumah....
Semua butuh proses....proses butuh waktu dan energi....Semoga kami diberi karunia kesabaran dalam mengawal proses ini...amiinnn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar