Pernah membaca di salah satu artikel detikHealth (lupa artikel yang mana), katanya menonton film tidak akan berpengaruh signifikan pada perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh bahasa yang digunakan oleh pengasuhnya (ibu, ayah, nenek, kakek, atau siapa pun orang dewasa yang biasa berinteraksi dengannya). Hal ini karena film merupakan stimulus visual, sedangkan bahasa adalah stimulus auditorik. Salah satu eksperimennya adalah dengan memasukkan suara yang tidak sinkron ke dalam film Sesame Street, ternyata hampir ga ada anak-anak yang menjadi subjek eksperimen yang menyadari adanya suara yang tidak sinkron tersebut.
Nah...kalau begitu, aku jadi bertanya-tanya: apakah film tanpa kata-kata menjadi lebih baik untuk anak-anak? Sekarang ini sedang marak film animasi minim kata di televisi kita, sebut saja Bernard Bear, Saun the Sheep, dan Timmy Time yang jadi kesukaan anak-anak. Film-film ini punya stimulus visual yang sangat kuat, bahasa simbolnya melalui gerakan dan mimik muka pemerannya dibuat sangat jelas. Hingga Raysa pun bisa menebak emosi pemerannya: nangis, marah, senang, ketawa.
Raysa sebenarnya suka sekali menirukan kata-kata dalam film. Dari Dora, ia menirukan cara Dora berhitung: one, two, three (dengan pengucapan yang agak berbeda tentunya, hehehe). Dari Paddle Pop Begins ia menirukan percakapan saat Liona memperkenalkan diri pada Jak si kunang-kunang, "Aku Liona," katanya sambil menlekatkan tangan ke dada. Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah Raysa benar-benar tahu apa makna kata-kata yang diucapkannya?
Ia mengulang-ulang hitungan Dora sambil meletakkan benda-benda dan menyusunnya. Hmmm...sepertinya Raysa cukup memahami masalah hitungan ini. Ia mengulang percakapan Liona dan ternyata mengembangkannya dengan memperkenalkan orang-orang disekitarnya, "Aku Liona, ini Ibu, kalo yang itu Mas Novel, ini Ayah." Hmmm....sepertinya ia tahu kalau percakapan itu tentang perkenalan. Kalau begitu apakah berarti sebenarnya anak-anak juga bisa belajar penggunaan bahasa melalui video?
Yang agak meresahkan adalah, peniruan Raysa terhadap percakapan di Timmy Time. Tahu sendiri semua tokoh di Timmy Time menggunakan bahasa masing-masing dalam berbicara. Si Kucing bilang, "Miu miu miu," si Kambing bilang, "Baaa baaa baaa," lalu si Bebek bilang, "Kwek kwek kwek," dan herannya mereka semua bisa saling mengerti. Raysa suka sekali menirukan kata-kata si Kucing, "Miu miu miu," dan mengembangkannya menjadi, "Biu biu biu," atau "Kyu kyu kyu." Bahkan memanggil ibu menjadi, "Ibyyuuuuu."
Hadduh...jadi geleng-geleng kepala....sekarang Raysa pun makin suka menggunakan bahasa tubuh jika menginginkan sesuatu. Sebenarnya dari dulu ia sudah menyukai bahasa tubuh, tapi sekarang kan dia sudah punya banyak perbendaharaan kata, seharusnya ia bisa menggunakan kata-kata jika menginginkan sesuatu.
Apakah ini karena film animasi yang minim kata-kata namun kaya bahasa tubuh? Ataukah karena stimulus berupa kata-kata masih kurang didapatkannya di rumah?
Kalo melihat penelitian yang diangkat di atas, sepertinya Raysa membutuhkan lebih banyak stimulus bahasa dari Ayah dan Ibu ya....:-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar