Istana Pasir |
Cara bermainnya sebenarnya sederhana. Novel masuk ke bawah tumpukan bantal yang serupa terowongan. Agar istananya tidak rusak, ia harus bergerak dengan cara merangkak. Raysa mungkin bosan merangkak, ia pun berdiri, maka ambruklah istana yang suah susah payah dibangun oleh Novel.
Novel marah besar. Ia kemudian melarang Raysa masuk ke istananya. "Novel, kalo Novel ga mau main bareng-bareng, beresin lagi semuanya," begitu kata Ibu. Novel merengut. Kemudian terpaksa membiarkan Raysa ikutan bermain.
Kondisi di dalam terowongan yang gelap membuat Raysa cemas dan menangis. Ia pun keluar dan tak berani lagi masuk. "Tuh, kan!" kata Novel merasa menang.
Tapi beberapa waktu kemudian, "Ayo Raysa masuk, Ibu tunggu di sini," Ibu menunggu di ujung terowongan, ikut-ikutan menunduk agar Raysa bisa melihat wajah Ibu. Raysa pun merangkak masuk terowongan dan berhasil keluar dengan gembira. "Kita di belakang Dede, ya Bu," kemudian Novel ikut merangkak di belakang Dede.
Akhirnya Novel dan Raysa bisa bermain bersama tanpa perlu bertengkar. Raysa pun jadi tidak takut lagi untuk masuk ke dalam terowongan.
Istana Pasir, hasil imajinasi kreatif Mas Novel, yang akhirnya bisa jadi media belajar yang menyenangkan. Kita bisa belajar apa saja, di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, dengan cara apa saja....karena belajar itu menyenangkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar