Mesin Tik Jadul: Layarnya Mana? |
Ke Museum Bank Mandiri aja yuk....tinggal naik kereta satu kali, jalan sedikit ke seberang..sampe deh...
Museum Bank Mandiri terletak di Kota Tua Jakarta, tepat di seberang Stasiun Kota. Tadinya, gedung museum adalah gedung yang digunakan sebagai bank pada masa Belanda. Kemudian beralihtangan ke pemerintah Indonesia setelah kemerdekaan. Dan setelah bank-bank pemerintah dimerger jadi Bank Mandiri, jadilah gedung tersebut milik Bank Mandiri.
Biaya masuknya murah, bahkan gratis kalo kita punya ATM Mandiri, tapi kalo ga punya terpaksa keluar Rp. 2000,00/orang. Tapi khusus untuk anak-anak, gratis tis tis tis.
Kulkas Jadul |
Di dalamnya kita bisa melihat ruangan bank yang ditata seperti pada masa Belanda. Lengkap dengan meja kasir, dan mesin-mesin pembukuan rekening, mesin-mesin tik jaman dulu, juga kulkas yang ada di ruangan direktur.
Novel terheran-heran melihat mesin-mesin yang aneh. "Dulu orang ngetik pake ini, sebelum ada leptop," Ayah menjelaskan tentang mesin tik. "Layarnya mana?" tanya Novel heran. Hahahaha...dia tak bisa membayangkan ngetik tanpa layar....
Di sana kita juga bisa melihat ribetnya praktik perbankan jaman dulu. Lemari besi tidak hanya untuk menyimpan uang, tapi juga menyimpan buku-buku besar bukti transaksi dengan nasabah.
Ayunan Asiiikkk |
Kita juga bisa lihat bahwa ternyata praktik perbankan jaman dulu tuh, rasialis banget. Loket untuk nasabah Belanda berbeda dengan loket untuk nasabah keturunan Tionghoa. Pasti muncul pertanyaan, di mana nasabah pribumi? Jawabannya, ga ada. Orang pribumi jaman dulu nyimpen duit bukan di bank...heheheh
Tapi, karena orang Indonesia semangat naik haji, pihak bank memfasilitasi penukaran uang real, juga semacam tabungan yang nantinya bisa diambil di Mekkah sana, jadi ga perlu bawa duit banyak-banyak...yah..semacam traveler cheque-lah...
Web climbing frame |
Raysa paling suka meluncur di perosotan...wiiiii....
Novel manjat-manjat di climbing frame berbentuk jaring laba-laba. Tempat bermainnya cukup luas dan cukup aman karena bagian bawahnya diisi pasir lembut. Sayang banyak bagian dikotori oleh sampah dan pasirnya sudah menghilang ke mana-mana. Beberapa kuda-kudaannya juga sudah tidak kuat lagi per-nya, jadi kurang amana untuk dinaiki. Tapi perosotan, climbing frame, dan ayunan bisa dijadikan pilihan.
Jembatan antara 2 perosotan |
Karena tempat mainnya bikin betah, akhirnya hanya waktu yang bisa dijadikan alasan buat ngajak anak-anak pulang. Ketika itu kami pulang pukul 4 sore. Perjalanan di akhiri dengan melongok ruang bawah tanah bank. Di sana ditempatkan lemari besi tempat menyimpan barang berharga dan uang kas bank. Di sana juga kita bisa lihat berbagai jenis lemari besi mulai dari yang dari kayu sampai yang paling canggih.
Well...over all, fasilitas di museum ini termasuk baik. Mushollanya juga bagus dan sejuk. Cocok untuk jadi tempat istirahat setelah muter-muter gedung yang luas banget. Di bagian belakang juga ada kantin yang makanannya ga mahal-mahal amat...kalo rasa relatif-lah...hehehe...
Intinya..anak-anak pulang dengan senyum di wajah. "Apa yang Novel paling suka di tempat tadi?" "Main-mainnya," hehehe....ga usah berharap banyak-lah..Biar pun diajak melihat sejarah, tapi tetep, yang paling menyenangkan adalah episode main-mainnya...:-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar